Minggu, 25 Mei 2014

what boys never tell girls 3


Q : cowok itu sebenarnya?
A :
Ø  20% suka dideketin duluan
Ø  20% memperhatikan penampilan
Ø  16% bisa nangis
Ø  12% sensitive
Ø  8% butuh tempat bersandar
Ø  8% cerewet
Ø  8% suka selfie
Ø  4% suka gossip
Ø  2% suka nonton film romantic
Ø  2% suka curhat galau
“cowok itu sebenernya mau juga dideketin sama cewek duluan. Pengin tau aja sebenernya itu cewek tertarik atau enggak sama kita.”
“beberapa cowok kadang suka ada yang malu buat ngedeketin duluan.”
“enggak semua cowok itu enggak bisa nangis seperti yang cewek pikir. Namanya juga manusia, kan sama-sama punya hati.”
“Enggak Cuma cewek, cowok juga memperhatikan penampillan, karena penampilan itu yang pertama kali dilihat cewek-cewek.”

what boys never tell girls 2


Q : hal apa yang sering dibicarain cowok soal cewek ketika bareng teman-temannya?
A :
Ø  30% fisik cewek
Ø  20% cewek idola bersama
Ø  14% cara PDKT
Ø  10% gebetan
Ø  10% curhat galau tentang cewek
Ø  4% seleb cewek
Ø  4%cewek-cewek yang me-friendzone mereka
Ø  4% gossip negative soal cewek
Ø  4% mantan
“cowok kalau ngelihat cewek pasti dari fisiknya. Mulai dari wajah sampai ke postur tubuh. Biasalah cowok, kalau ngeliat cewek cantik pasti langsung heboh.”
“biasanya kalau lagi ngumpul ya ngomongin cewek idola sekolah. Jadi pada rebutan gitu, deh”
“kalau sesame cowok lagi kumpul, suka ngomongin cara PDKT. Sekadar member masukan buat temen-temen yang lain gimana cara PDKT yang pas sama cewek”

what boys never tell girls


Q : apa sih hal pertama yang diperhatikan cowok ketika melihat cewek?
A :
Ø  36% senyum
Ø  20% mata
Ø  20% cara berpakaian
Ø  10% postur tubuh
Ø  4% dada
Ø  2% bokong
Ø  2% kaki
“mata menunjukkan cirri khas dan karakter orang itu sendiri. Apalagi mata cewek, bisa memberikan sinyal positif atau negative ke cowok dan itu gak bisa dibohongi”
“dari cara berpakaian bisa dilihat cewek itu rapi, sopan, elegan. Dan jika cewek itu berpakaian rapi dan sopan, tentunya akan lebih menarik daripada cewek cantik tapi pakaiannya enggak enak dilihat.”
“walaupun mainstream, tapi senyum cewek itu emang hal yang paling bikin klepek-klepek dan membuat cowok terpesona pada pandangan pertama.”
“secantik apapun cewek, kalau enggak senyum tuh kayak es buah yang enggak dingin. Sekalinya cewek itu senyum, rasanya kayak bikin hati meleleh. Pokoknya, kalau senyum, kecantikan cewek bakalan nambah 50%. Apalagi kalau senyumnya ikhlas, pasti TOP BGT.”

THE STORY OF MY LIFE [CHAPTER 3]


  
THE STORY OF MY LIFE



Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Kim sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance
Rating : PG-15
Length : chaptered

Annyeong, readers. Sudah menunggu lanjutan cerita ini? Chapter 3 telah hadir. ^_^
Keep RCL, please..
CHAPTER 3
Don’t marry the person you think you can live with; marry only the individual you think you can’t live without.
Jina`s POV
“menikah?!” teriakku kencang saking terkejutnya.
“tenanglah, Jina-a. biarkan gil menjelaskannya dulu padamu.” Ucap mom menenangkanku. Tidak. Ucapan mom sama sekali tidak menenangkanku dari keterkejutanku.
“begini, kau tau phantom corp? saingan perusahaan kita itu mengajak bekerjasama untuk membuat SHINSEGAE  resident. Sebuah apartemen mewah hasil kerjasama kilton corp dan phantom corp. Kebetulan mereka punya anak laki-laki. Mereka ingin menjodohkannya denganmu. Dan menurutkupun itu bukan ide yang buruk.”jelas gil panjang lebar. Aku hanya bisa terbengong mendengarnya tanpa tahu harus bereaksi seperti apa.
“I`m speechless. I don`t know what to say. Arrangement married? Are you kidding me? This must be joking, right? Gosh, it`s not funny at all.”
“i`m serious, Jina. I want you to accept this arrangement. I already make a plan about your engagement. And I don`t accept any rejection.” Ucap gil tegas menandakan dia tidak bisa dibantah sama sekali. aku hanya bisa terbengong mendengarkan ucapan gil. Perjodohan?! Pertunangan?! Omong kosong macam apa ini? Belum sempat aku mengajukan protesku, gil berdiri dari kursinya dan meninggalkan meja makan. Berjalan menuju ruang kerjanya. Meninggalkanku dan mom yang masih duduk diam di meja makan.
“Jina-a, sejujurnya, mom tidak tega melihatmu menikah dengan cara perjodohan seperti ini. Tapi mom tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua keputusan Gil. Dan menurut mom rencana ini juga tidak terlalu buruk untukmu. Mengingat yang dijodohkan denganmu adalah calon penerus phantom corp. masa depanmu terjamin, Jina-a.” apa aku tidak salah dengar? Ibu yang kupikir sudah trauma dengan yang namanya pernikahan bahkan menyetujui perjodohan ini?
“kenapa mom menyetujui aku menikah dengan orang yang sama sekali tidak kukenal? Apa mom tidak takut aku mengalami hal yang sama seperti mom dalam hal pernikahan?” ucapku frustasi. Tanpa sadar aku mengucapkan hal yang dapat membuat mom sakit hati. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung pergi meninggalkan meja makan dan langsung masuk ke kamarku dan menguncinya rapat-rapat.  Tidak kusangka, setelah lama tidak makan bersama-sama di meja makan, justru berakhir seperti ini.
Wednesday, may 7th 2014
dongguk university
Canteen, 11 am
Ji-na`s POV
Hari ini aku kurang tidur. Lagi. Aku tidak kaget lagi melihat lingkaran hitam dibawah mataku saat aku berkaca pagi ini. Semalam aku sama sekali tidak tidur karena memikirkan perjodohan ini. Aku memikirkan seribu macam cara untuk bisa membatalkan perjodohan ini. Tapi aku sama sekali tidak menemukan ide sama sekali. dan sekarang, disinilah aku. duduk sendiri sambil menelungkupkan kepala di atas meja di kantin.
“morning, my beauty princess Jina!” sapa sunhee. Aku memang mengirim sms padanya untuk menemuiku di kantin secepatnya setelah kelas pagi berakhir. Aku harus meminta saran darinya.
“kyaa!! Ada apa dengan wajahmu? Kau mengerikan sekali dengan lingkaran hitam dibawah matamu itu. Apa yang terjadi? Kau seperti habis diserang angin puting beliung.”seru sunhee saat Aku menegakkan wajahku untuk membalas sapaannya. Reaksi yang sudah diduga.
“huaaa. Sunhee-a. eothokhe? Dowajuseyo! (bagaimana ini? Tolong aku!)” . setelah itu aku menceritakan padanya tentang rencana gil menjodohkanku dengan anak koleganya itu.
“eeeehh?? Apa itu artinya kau akan segera menikah?” ucap sunhee dengan riang. Reaksi yang diluar dugaan. Kupikir ia akan kaget saat mendengar berita ini. Oke. Sunhee memang kaget. tapi kupikir ia tidak akan, bahagia?
“kenapa kedengarannya kau justru senang mendengar berita ini? Kau seharusnya prihatin dengan keadaanku. Hello? Aku dijodohkan! Ini bencana! Kenapa kau seperti bersikap seakan-akan aku baru saja memenangkan lottere? Dan perlu diingat. Ini baru pertunangan. Belum ada rencana menikah.” ucapku tak percaya.
“pabo! Aku senang dong melihat sahabatku akhirnya akan, oke. bertunangan. Belum menikah. tapi setelah bertunangan pasti gak akan lama sebelum akhirnya menikah, bukan? Hei, ini berita gembira. Sama sekali bukan bencana, tahu! Oya, siapa calon tunanganmu?”
“tidak tahu!” jawabku ketus. Ternyata bicara dengan sunhee sama sekali tidak membantu. Membuatku kesal saja.
“apa maksudmu tidak tahu? Masa kau tidak tahu akan bertunangan dengan siapa?”
“aku bilang tidak tahu ya berarti tidak tahu. Gil hanya memberi  tahu bahwa aku akan dijodohkan dengan anak koleganya di proyek baru perusahaan. Aku tidak bertanya lebih jauh. Dan aku lupa dari perusahaan mana.” Jelasku. Aku mulai emosi lagi.
“ayolah, jalani saja dulu. Kenalan saja belum. Masa sudah menyerah. Siapa tahu kau akan jatuh cinta pada orang yang akan dijodohkan denganmu.”
“jatuh cinta? Cih. Jatuh cinta tidak ada dalam kamus hidupku.”
“kalau aku jadi kau aku pasti akan menerimanya. Awalnya dijodohkan. Setelah itu saling jatuh cinta. Manis sekali. apalagi kalau yang dijodohkan denganku adalah pria tampan nan sempurna seperti orang itu.” Sunhee menunjuk kearah seseorang yang baru saja memasuki kantin. Eng, siapa ya namanya. Aku lupa.
“jongsuk sunbae. Woobin sunbae. Sini. Sini. Duduk bersama kami saja.” Aku terkejut mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut sunhee.
“Ya! Apa-apaan kau mengajak mereka duduk bersama kita disini. Shireo! Aku tidak mau.” Sergahku.
“sudahlah. Anggap saja ini kesempatanmu untuk berkenalan dengan baik dengan mereka berdua setelah kejadiaan tidak mengenakkan kemarin.” Aku hanya menunduk pasrah saat melihat kedua namja itu sudah mulai berjalan kearah meja kami.
Woobin`s POV
Aku dan Jongsuk sedang berjalan kearah kantin untuk makan siang. Sengaja memilih kantin dan bukan café dekat kampus langganan kami karena jongsuk ada rapat skripsi bersama dosennya sebentar lagi. Baru saja memasuki kantin, aku kaget mendengar ada yang memanggil kami. Lebih kaget lagi saat tahu bahwa yang memanggil kami adalah gadis itu. Jina. Bukan. Yang memanggil kami adalah temannya. Sunhee. Tapi karena ada Jina juga disana, bisa kusebut bahwa dia juga memanggil kami, bukan?
“jongsuk sunbae. Woobin sunbae. Sini. Sini. Duduk bersama kami saja.” Sunhee mengajak kami untuk duduk bersama mereka. Aku sih senang-senang saja dengan ajakannya karena itu berarti aku bisa makan siang bersama jina. Tapi mengingat kejadian kemarin, aku merasa tidak enak hati.
Aku lebih kaget lagi saat melihat jongsuk mengangkat jempolnya menandakan setuju dengan ajakan mereka tanpa meminta persetujuan dulu dariku. Aku langsung mendelik tajam kearahnya.
“oh, ayolah. Anggap saja ini kesempatan memperbaiki perkenalan kalian berdua kemarin. Kajja” akhirnya aku berjalan pasrah kearah meja mereka karena jongsuk sudah berjalan duluan kearah mereka.
Author`s POV
“annyeong!” sapa jongsuk menghampiri 2 yeoja cantik itu.
“annyeong, sunbae! silahkan duduk”. Tawar sunhee. Jongsuk langsung duduk disebelah sunhee menyisakan satu kursi disebelah jina menandakan Woobin akan duduk disana. Jina yang menyadarinya langsung mengambil tasnya yang tadinya dia taruh di kursi tersebut.
“tidak perlu terlalu formal. Panggil saja kami oppa.” Ucap jongsuk yang dihadiahi tatapan membunuh dari woobin. Woobin sama sekali tidak suka dengan hal-hal yang berbau lovely seperti ini.
“benarkah? Kalau begitu aku akan memanggil kalian jongsuk oppa dan woobin oppa. Otte?” ujar sunhee yang juga dihadiahi tatapan membunuh dari Jina. Tapi jina langsung menundukkan wajahnya kembali keatas meja.
“johayo. begitu saja.” Ucap jongsuk sambil mengedipkan sebelah matanya pada woobin. Membuat woobin melancarkan death glare kembali kearah jongsuk.
“kalian pesan apa? khusus hari ini aku yang akan mentraktir kalian.” Ucap jongsuk dengan senyum malaikatnya kearah sunhee dan jina.
“aku mau jajangmyeon. Jina, kau ingin pesan apa? kupesankan nasi goreng kesukaanmu saja ya.” Ucap sunhee saat melihat kearah jina yang tidak menggerakkan kepalanya sama sekali menandakan dia tidak tertarik untuk makan. Melihat keadaan jina yang sedikit aneh, jongsuk mendapat ide untuk membantu sahabatnya itu.
“baiklah, aku akan memesankan makanan. Sunhee-a, kau bisa membantuku memesan makanan?”Tanya jongsuk sambil tersenyum penuh arti kearah sunhee. Mengerti dengan tanda dari jongsuk, sunhee pun setuju dan pergi meninggalkan woobin dan jina. Woobin hanya bisa terbengong melihat mereka berdua yang langsung berjalan cepat meninggalkan meja.
Sunhee`s POV
“oppa, tadi oppa sengaja kan mengajakku memesan makanan agar bisa meninggalkan mereka berdua?” Tanya Sunhee pada Jongsuk setelah mereka meninggallkan meja
“eoh.. eotte? Rencana bagus, bukan?” ucap jongsuk dengan senyuman jahil diwajahnya
“ne. ini rencana bagus untuk mendekatkan mereka. Mungkin..” ucap Sunhee ragu
“mungkin? Kenapa kau ragu?”
“eng, jina sedang punya masalah yang, eng.. sedikit rumit untukknya. Jadi, begitulah. Aku tidak tahu apakah meninggalkan mereka berdua merupakan ide bagus atau tidak. Aku takut kalau woobin sunbae akan berkata yang tidak enak seperti kemarin lagi. Itu akan membuat mood jina semakin memburuk.” Ucap Sunhee panjang lebar
“hm… tenang saja. Woobin bisa mengatasinya. Hehe.” Ucap Jongsuk percaya diri.
“kuharap juga begitu.”
Woobin`s POV
Apa-apaan mereka meninggalkan aku berdua saja dengan jina?! Jongsuk sialan itu sepertinya sudah tidak sayang nyawa lagi. Awas saja dia nanti. Akan kuhajar dia. Bukannya aku tidak suka berdua saja dengan jina. Justru sebaliknya. Aku bahkan sudah tidak bisa menyembunyikan suara detak jantungku yang tidak karuan lagi. Aku takut jina bisa mendengar suara detak jantungku.
Tapi kondisinya agak aneh. Dari tadi jina terus menelungkupkan kepalanya ke meja dan tidak bergeming sama sekali. apa dia ada masalah? Atau bahkan dia segitu tidak sukanya kami ikut makan bersamanya?
“ehem. Jina-ssi? Gwenchana?” tanyaku memecah keheningan.
“jangan urusi aku. aku sedang tidak ingin diganggu.” Ucapnya dengan ketus. Tiba-tiba aku mulai emosi lagi.
“ada apa denganmu? Kau masih marah soal kejadian kemarin? Oke. Aku minta maaf. Aku memang sedikit kurang ajar kemarin. Aku ingin memperbaikinya. Ayo kita kenalan dari awal. Dengan baik. Tanpa emosi.”
“aku tidak tertarik.”ucapnya masih dengan kepala diatas meja. Tanpa melihatku sama sekali.
“chogi, agashi. Aku sedang bicara denganmu. Dan aku bicara baik-baik. Bisakah kau melihatku saat aku sedang bicara dan menjawabku dengan baik-baik?” ucapku sambil menahan emosi. Kulihat orang-orang disekitarku mulai memperhatikan kami. Tapi aku tidak peduli. Sudah cukup gadis ini mendiamkanku dari kemarin. Baru aku akan meneruskan ucapanku, jina menegakkan kepalanya.
“apa sudah ada orang yang memberitahu seberapa menyebalkannya dirimu?”
“eoh?” hanya itu yang bisa kuucapkan. kalimat itu sukses membuatku speechless.
Jina`s POV
“apa yang terjadi padaku sama sekali bukan urusanmu. Dan kau jangan terlalu percaya diri. Aku kesal dengan kejadian kemarin? Kejadian yang mana? Aku bahkan sudah tidak ingat lagi. Untuk apa aku memikirkannya? Seperti tidak ada kerjaan lain saja.” Ucapku setengah emosi. Apa-apaan pria ini. Dari kemarin selalu saja sukses membuatku darah tinggi.
Sebenarnya kepala ku sakit. Sangat. Pasti gara-gara aku kurang tidur akhir-akhir ini. Ditambah lagi aku belum makan dari pagi.
“kau kenapa? Wajahmu agak pucat.” Tanyanya. Heol. Sekarang dia malah sok perhatian padaku.
“makanan datang.” Ucap Sunhee yang baru saja datang bersama jongsuk membawa makanan yang anehnya sama sekali tidak menarik minatku.
“aku ingin pulang. Makanlah tanpa aku. aku permisi duluan.” Ucapku sembari menyampirkan tasku.
“eh? Kenapa? Kau belum makan. Kau harus makan. Nanti kau sakit. Apalagi kau sedang banyak pikiran seperti itu.” Ucap sunhee dengan nada khawatir. Tapi tak kuhiraukan dia. Aku hendak beranjak pergi. Tapi woobin menahan tanganku.
“makanlah terlebih dahulu baru kau pulang. Duduklah. Aku tidak tahu kau sedang ada masalah apa, tapi membiarkan perut kosong tidak baik untuk kesehatanmu. Makanlah dulu.” Ucap pria ini perhatian. Baru aku akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba aku limbung. Aku langsung menggenggam erat tangan woobin yang tadi menahan tanganku. Woobin yang melihatnya langsung memegangku agar aku tidak jatuh.
“kepalaku sakit. Aku ingin pulang. Aku ingin istirahat.” Ucapku tegas. Aku sangat ingin pulang dan tidur untuk istirahat. Aku sangat membutuhkan itu sekarang.
“biar aku yang mengantarmu pulang.” Ucap sunhee yang terlihat sangat khawatir melihatku.
“maaf, oppa. Aku akan mengantar pulang jina sekarang.” Tambah sunhee kepada woobin dan jongsuk
“ah, aku mengerti. Kau butuh bantuan?” Tanya jongsuk
“aniyo. Gwenchana. Aku bisa sendiri. Bukankah tadi oppa bilang kalau oppa ada rapat skripsi dengan dosen oppa? Aku tidak ingin merepotkan.” Ujar sunhee
“iya, tapi…”
“aku ingin pulang. Sekarang.” Ucapku memotong percakapan mereka yang terasa sangat panjang buatku.
“ayo.” Ucap sunhee akhirnya. “maaf oppa. Kami duluan.” Aku pergi dari kantin sambil dipegangi oleh sunhee.
Woobin`s POV
Dia terlihat sakit. Aku panik. Aku bingung harus berbuat apa. aku paling tidak bisa menangani orang sakit. Tapi aku ingin membantunya. Setidaknya mengantarnya pulang dan memastikan bahwa gadis itu akan sampai dirumah dengan selamat.
“aku bisa mengantar kalian pulang.” Tawarku . tapi tiba-tiba handphone ku berbunyi menandakan ada telepon masuk. Appa. Aku memandang kedua gadis itu ragu.
“gwenchana, oppa. Aku bisa sendiri mengantarkan jina. Akan aku pastikan jina sampai dirumah dengan selamat, oppa. Kau tidak perlu khawatir.” Ucap sunhee seperti bisa membaca pikiranku. Akhirnya aku mengangguk lemas. Mereka pergi. Aku mengutuk ayahku yang menelepon disaat yang tidak tepat. Ah, bukan saatnya menggerutu.
“yeoboseo, appa? Ada apa?” tanyaku setelah mengangkat teleponku.
“woobin-a, kau sedang sibuk?” Tanya appa.
“aniyo. Wae?”
“aku ingin makan siang denganmu. Sekalian ada yang ingin appa bicarakan denganmu. Kau bisa?”
“ah, ne appa. Aku bisa. Aku kesana sekarang.” Ucapku sembari menutup telepon. Kulihat jongsuk sedang menatapku bingung.
“eothokhe? Makanan ini jadi mubazir.” Ucapnya.
“aku akan makan dengan ayahku.” Ucapku sembari mengambil tasku dan berdiri.
“eoh? Lalu bagaimana denganku dan makanan ini?”
“kau makan sendiri saja atau ajak saja wanita-wanita itu.” Ucapku sembari menunjuk beberapa wanita yang duduk tidak jauh dari meja kami. Aku langgsung pergi meninggalkan jongsuk sendirian di kantin dan pergi ke SHINSEGAE. Tempat ayahku berada.
At SHINSEGAE
Aku memarkinkan kendaraanku dan langsung menuju ke restaurant dimana ayahku sudah menunggu.
“apa appa sudah menunggu lama? Maaf, tadi jalanan agak macet.” Ucapku pada ayahku
“tidak. Tidak terlalu lama. Pesanlah makanan. Kita akan bicara setelah makan.”setelah itu aku memesan beberapa makanan dan langsung menyantapnya seperti perintah ayahku. Tidak banyak yang kami bicarakan selagi makan. Hanya seputar kemajuan SHINSEGAE akhir-akhir ini dan tentang rencana proyek baru yang akan dikerjakan dengan bekerja sama dengan perusahaan lain. setelah makan, appa mulai bicara tentang maksud sebenarnya memanggilku kesini dan bukan membicarakan ini dirumah saat makan malam. Sepertinya serius.
“woobin-a, sebentar lagi kau lulus kuliah. Itu artinya aku akan segera mewariskan perusahaan padamu.” Ucap appa memulai. Aku diam menunggu kelanjutannya.
“kau juga sudah sering membantu appa mengurus perusahaan sebagai latihanmu. Dan appa pikir kau sudah bisa mengurus perusahaan dengan baik.” Lanjutnya.
“aku berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan karena aku memang berniat meneruskannya, appa.” Ucapku
“tapi, aku tidak bisa pensiun dan memberikan perusahaan begitu saja kepadamu.” Kalimat appa selanjutnya membuatku begitu terkejut. Baru saja aku mau mengajukan protes, appa mengangkat tangannya menandakan dia tidak ingin kalimatnya dipotong. Jadi aku memutuskan untuk diam dan menunggu kalimat appa selanjutnya.
“tidak dengan keadaanmu sekarang.” Ucapan appa semakin mebuatku bingung.
“aku ingin kau menikah terlebih dahulu sebelum duduk di kursi direktur perusahaan.” Ucapan appa membuatku Bagai tersambar petir. Apa?! menikah?! punya pacar saja tidak. Bagaimana aku bisa menikah?! apa appa sedang mempermainkanku?
“appa. Apa kau sedang bercanda? Menikah? pacar saja tidak punya. Bagaimana bisa aku menikah? appa sedang bercanda, ya?” ucapku dengan nada tidak percaya
“tidak. Aku sedang tidak bercanda. Dan soal calon, itu yang akan kita bicarakan. Aku ingin menjodohkanmu dengan adik kolega appa.” Ujar appa dengan nada tenangnya
“menjodohkanku?” omong kosong apa lagi ini?
“dengarkan appa dulu. Appa ingin menjadikan putri kilton corp sebagai menantu appa. Karena itu, appa menawarkan sebuah perjodohan dengan direkturnya saat ini, Kakak calon istri mu.  dan dia menyetujuinya. Karena itu pula, appa memberikan persyaratan untukmu. Dan juga adikmu.” Appa menggantung ucapannya sebentar. Sedikit memberi ku waktu untuk berpikir. Penawaran? Penawaran apa? dan kenapa membawa nama adikku segala?
“appa hanya punya dua anak laki-laki. Kau dan jin woon. karena itu, penawaran ini berlaku untuk kalian. Bagi siapapun diantara kalian berdua yang menjadi suami putri kilton corp, akan aku jadikan pewaris perusahaan.” Ucap appa . APA?! penawaran macam apa itu?
“jadi kalau aku menolak perjodohan ini aku tidak akan menjadi penerus phantom corp?” tanyaku
“begitulah. Karena kupikir tidak adil kalau kalau aku tidak memberikan kesempatan kepada adikmu untuk menjadi pewaris, meskipun adikmu sama sekali tidak berminat untuk mengurus perusahaan, maka aku memberikan penawaran ini. Bagaimana? Lagipula kau tidak punya pacar kan? Jadi kupikir tidak ada masalah.” Ucap ayah meyakinkan. Aku berpikir sejenak. Bertahun-tahun aku berusaha keras agar aku bisa menjadi penerus ayah dan sekarang kesempatan itu bisa hilang begitu saja hanya karena aku menolak dijodohkan? Jangan bercanda. Aku menatap ayahku dengan tatapan meyakinkan
“aku tahu kau tidak akan menolak. Lagipula, kupikir kau pasti menyukai calon istrimu ini. Dia sangat cantik, kau tahu?” huh. Cantik? Cantik itu relative. Sampai sekarang baru satu wanita saja yang aku anggap cantik selain ibu kandungku dan nunaku.
“aku punya fotonya.” Ujar appa sembari memberi selebar foto yang membuatku kaget setengah mati melihat siapa yang ada di foto itu.
“namanya han jina. Putri perusahaan kilton corp. kalau tidak salah dia satu kampus denganmu. Apa kau mengenalnya?”
“ne, appa. Aku mengenalnya.” Ucapku penuh arti. Akhirnya aku punya cara untuk mendekatimu, han jina. Aku bahkan bisa membuatmu menjadi milikku selamanya. Batinku.
Cheongdam-dong, gangnam-gu
Kim`s home
Setelah menerima penawaran appa, aku langsung pulang kerumah karena appa ada rapat setelah itu.
aKu langsung berbaring di kamarku dan mulai mengingat-ingat kembali pembicaraanku dengan appa tadi.
“appa dan kakaknya jina sedang merencanakan pertunangan kalian. Appa akan segera memberitahumu kapan waktunya”
Ucapan appa terakhir masih terngiang-ngiang dikepalaku. Tidak kusangka, aku bahkan akan berstatus sebagai tunangannya sebentar lagi. Apa jina tahu tentang perjodohan ini?
Aku langsung teringat dengan keadaannya siang ini. Dia terlihat begitu depresi. Dan jina bilang tidak ada hubungannya dengan kejadian kemarin. Apa itu artinya jina kesal dengan perjodohan ini? Apa ia akan menolak dijodohkan denganku? Tapi melihat sikapnya padaku, tidak terlihat dia kesal denganku. Apa jangan-jangan dia tidak tahu bahwa dia akan dijodohkan denganku?
Aaah.. molla. Aku pusing. Daripada memikirkannya, lebih baik aku menanyakannya langsung.
TBC
So, how about it? Chapter 3 bersambung disini. Dan aku perlu comment buat tahu apa yang kurang dan apa yang perlu aku tambahin buat cerita ini. Wait for the next chapter, okey? ^_^

THE STORY OF MY LIFE [CHAPTER 2]

THE STORY OF MY LIFE 




Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Kim sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance
Rating : PG-15
Length : chaptered

Annyeong, readers. Chapter 2 sudah datang.. like usual, RCL please
Chapter 2
“Kita selalu mempunyai alasan untuk membenci seseorang tapi kita tidak pernah mempunyai alasan untuk menyukai seseorang.”
Dongguk university, seoul south korea
Tuesday, May 06, 2014 , 12.30 pm
Woobin`s POV
Aku sedang berjalan tanpa tujuan di kampus. Aku tidak ada kelas lagi karena tinggal mengurus skripsi. Hari ini pun tidak ada janji bertemu dosen manapun. Singkatnya, aku nganggur. Kenapa aku ada di kampus? Pertanyaan mudah. Jawabannya karena aku ingin bertemu jina. Aku sudah sadar kalau aku tertarik dengannya. Dan aku ingin mencari tahu lebih jauh sampai sejauh mana rasa ketertarikanku ini.
Tapi dari tadi aku merasa ada yang aneh dengan tatapan orang-orang disekitarku. Memang sudah biasa aku diperhatikan oleh para wanita yang ada dikampus. tapi khusus hari ini, bukan Cuma para mahasiswi, para mahasiswapun juga memperhatikanku. Apa ada yang salah denganku hari ini?
“yo, brother!”. Aku sedikit terkejut melihat Jongsuk yang tiba-tiba datang entah dari mana. Ternyata Aku terlalu banyak melamun.
“apa? kau tidak ada kelas?” tanyaku ketus.
“eeii.. kenapa kau ketus begitu?” aku heran melihat cengirannya yang mencurigakan itu. Aku diam menunggu Jongsuk melanjutkan ucapannya.
“hei, apa kau tertarik dengan jina? Semua mahasiswa sedang membicarakan kalian karena kemarin kalian terlihat mengobrol di perpustakaan. Semua kaget karena tiba-tiba wanita dan laki-laki yang paling terkenal dikampus sedang mengobrol. Padahal semua tahu kalau sebelumnya kalian tidak saling mengenal.” Mengobrol? jina bahkan sama sekali tidak membalas sapaanku kemarin dan mereka bilang kami mengobrol? Huh mengingat kejadian kemarin, entah kenapa aku mulai emosi lagi.
“apa sangat terlihat kalau aku tertarik dengannya?” tanyaku heran.
“OMO! Kau benar-benar tertarik? Astaga! Laki-laki dengan sikap paling dingin ini tertarik dengan seorang wanita? Hahahahaha” aku kesal melihat jongsuk yang malah mentertawakanku. Baru saja aku ingin menendang kaki laki-laki menyebalkan ini, tiba-tiba dia berhenti tertawa dan tersenyum memandang kedepan. Bingung dengan sikapnya, aku melihat kearah yang dilihat Jongsuk. Jina. Ada Jina didepan sana. Dia sedang duduk dibawah pohon bersama dengan temannya yang kulihat kemarin di taman kampus.
“ayo kesana!” aku terkejut mendengar perkataan jongsuk yang menurutku absurd. Belum selesai dengan keterkejutanku, Jongsuk langsung menarik lenganku menuju kearah taman. Astaga!
“hai, ladies!”sapa Jongsuk. Aku  bisa melihat bahwa Jina dan temannya itu terlihat terkejut dengan kedatangan kami. Aku sendiri terkejut melihat Jina dari jarak sedekat ini. Dia, cantik seperti biasa. Wajahnya yang cantik dengan make-up tipisnya, rambutnya yang agak ikal dan panjang dijalin longgar, hot-pants diatas lutut dipadukan dengan kaus longgar yang ditutupi cape panjang dan sepatu boots pendek membuatnya seperti boneka.
“Kalian …?” Tanya temannya kepada kami.
“lee jongsuk imnida. Dan ini Kim woobin. Kami anak semester 8. Sedang sibuk mengurus skripsi. Kami tertarik dengan kalian. Kami ingin mengenal kalian. Hehe..” pernyataan Jongsuk justru terlihat seperti rayuan ditelingaku. Aku pikir Jina juga pasti berpikir seperti itu melihat ekspresinya yang seperti terganggu dengan kehadiran kami.
“ah..park sunhee imnida. Dan ini temanku, han Jina. ah, aku pikir sunbae sudah tahu Jina. Kami anak semester 2. Salam kenal, Jongsuk sunbae.” Teman jina yang menjawab pertanyaan jongsuk. Sedangkan Jina hanya diam. Baru aku ingin membuka suara, aku terkejut mendengar apa yang dikatakan Jina.
“aku mau pulang. Sunhee-a, ayo pergi.” Kulihat Jina mulai membereskan barang-barangnya dan berdiri hendak pergi. Dan itu membuatku kesal.
“apa itu sikapmu terhadap orang yang ingin berteman denganmu?” entah apa yang kupikirkan, tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku. Dan sepertinya tidak bisa kuhentikan lagi.
“apa yang kau pikirkan tentang orang-orang disekitarmu? Kau selalu terlihat tidak suka dengan semua orang yang ada disekitarmu. Kau tidak pernah menunjukkan ketertarikanmu terhadap orang lain. Apa kau ini manusia? Bukankah yang namanya manusia selalu membutuhkan orang lain?” astaga. Aku tidak tahu kenapa aku bisa bicara seperti itu. Tapi aku benar-benar kesal dengannya.
“kau pikir dirimu itu siapa sampai-sampai seperti merasa tidak membutuhkan orang lain? Sikapmu itu sangat menyebalkan, kau tahu?!”
Jina`s POV
“Sikapmu itu sangat menyebalkan, kau tahu?!”. Ucap laki-laki yang kalau tidak salah bernama Woobin.
Apa?! aku menyebalkan? Mereka yang mengajak kami kenalan kenapa kami yang dianggap menyebalkan?
“excuse me, sunbae. Kalau sunbae tidak tahu, yang menyebalkan justru kalian. Kalian datang tiba-tiba dan merayu dua adik kelas Sunbae sendiri disaat kalian bilang kalau kalian sedang sibuk dengan skripsi. Bagiku itu sangat menyebalkan. Karena aku pikir, sunbae pasti hanya ingin menjadikan kami pengisi waktu luang disaat sunbae sedang stress karena skripsi bukan? Dan itu sama saja dengan menjadikan kami mainan. menyebalkan”. Bentakku mengeluarkan segala emosi yang ada padaku. Astaga. Sepertinya ini adalah emosi yang selama ini kusimpan. Dan aku mengeluarkan semuanya sekaligus pada satu orang.
“dan aku tidak mau dijadikan mainan oleh siapapun. Karena itu, lebih baik aku pergi sekarang” lanjutku. Baru saja aku melangkah, tiba-tiba laki-laki ini mencengkram tanganku dengan cukup kuat. Membuatku sedikit meringis kesakitan.
“apa itu yang selalu ada dipikiranmu tentang orang lain? apa semua orang sama di dalam otakmu? Apa kau tahu bagaimana perasaan orang kalau tahu apa yang ada didalam pikiranmu?” apa-apaan orang ini? Menyebalkan sekali. Tanpa perlu menjawabnya, aku langsung menarik kembali tanganku dari cengkramannya dan berjalan dengan langkah kaki seribu meninggalkannya. Kulihat sunhee bicara sedikit kepada dua orang itu dan langsung mengejarku yang berjalan kearah parkiran.
Woobin`s POV
Sepertinya kalimatku benar-benar keterlaluan. Aku bisa melihat ekspresi terkejutnya karena ucapanku yang anehnya justru terlihat lucu dimataku. Dia langsung menarik lengannya dari genggamanku dan pergi dengan cepat meninggalkan kami.
“maaf sunbae, kami pergi duluan.” Pamit temannya yang bernama Sunhee dan langsung pergi menyusul Jina. anehnya, aku baru sadar kalau dari tadi jantungku tidak bisa berhenti berdebar-debar. Mulai dari saat aku dan Jongsuk menghampiri Jina dan Sunhee, saat melihat jina yang akan pergi tanpa memberi salam, bahkan saat aku mencercanya dengan kalimat tidak sopanku tadi.
“kau kurang ajar sekali, Woobin-a. Mencerca Jina dengan kalimat tidak sopanmu tapi dengan wajah merah seperti kepiting rebus karena malu berdekatan dengan Jina. Ckckck” sial. Jongsuk menyadarinya. Wajahku merah? Apa ketahuan kalau aku sedang berdebar-debar? Karena gengsi, aku langsung memasang poker face-ku yang biasa agar tidak ketahuan oleh Jongsuk.
“kurang ajar? Mungkin. Tapi aku puas.” Ucapku sebelum pergi kearah parkiran dan memutuskan untuk pulang kerumah.
“wah, ice prince mode-on. Seringaian mu sangat mengerikan. Bikin aku merinding saja.” Ucap Jongsuk yang langsung menyusulku yang sudah berjalan duluan mendahuluinya.
Jina`s POV
Menyebalkan. Menyebalkan. Menyebalkan. Cuma satu kata itu saja yang paling tepat menggambarkan sikap laki-laki tadi. Apa-apaan itu. Dia mengucapkan kalimat tidak sopan pada orang yang baru pertama kali bicara dengannya seakan-akan dia sudah kenal lama denganku.
“jina-a!” aku mendengar seruan Sunhee yang ternyata sedang berlari kecil kearahku.
“kau baik-baik saja? Aku tahu kau kesal dengan ucapan sunbae tadi. Tapi aku mohon jangan merusak wajahmu dengan ekspresi menakutkan seperti itu. jina-ku yang cantik jadi berubah menjadi devil-Jina. Dan itu sangat menyeramkan, tahu!” cecar Sunhee saat sudah tiba didepanku.
“siapa sih dia? Menyebalkan sekali.”
“maksudmu Woobin sunbae? Pangeran kampus kita?”
“pangeran? Laki-laki seperti iblis itu kau panggil pangeran? Kau pasti bercanda!” ucapku tak percaya.
“bukan aku yang memanggil seperti itu. Tapi semua wanita yang ada di kampus ini memanggilnya seperti itu. Dia adalah laki-laki idaman semua wanita. Wajahnya tampan. Orang kaya. Pintar. Benar-benar seperti pangeran. Tapi dia cuek. Tidak pernah tersenyum, selalu memancarkan aura dingin seperti tidak ingin didekati. Tapi sifatnya yang seperti itu yang justru digemari semua wanita di kampus kita.” Sunhee menjelaskan panang lebar tentang laki-laki itu-Woobin-sepanjang perjalanan pulang di mobil. Aku menyesal bertanya padanya tadi. Karena aku tahu kalau sunhee tidak akan berhenti sebelum dia puas.
“kau tahu, perusahaannya adalah perusahaan sainganmu lho. Phantom corp.pemilik SHINSEGAE. Mall tereksklusif di Korea. Tempat barang dengan merek terkenal skala dunia dijual. Dan kudengar dia akan menjadi pewaris perusahaan itu. Keren kan?”
“huh. Aku sama sekali tidak tertarik.” Ucapku ketus. Aku menghidupkan radio dimobilku dan memutar lagu dengan volume yang agak besar agar suara Sunhee tidak dapat kudengar lagi. Semua hal menjadi terasa menyebalkan saat disambung-sambungkan dengan laki-laki bernama Woobin itu. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi.
Han`s home
Apgujeong-dong, gangnam-gu ,3  pm
Setelah aku mengantar Sunhee kerumahnya, tanpa mampir seperti biasanya, aku langsung pulang kerumah. Aku ingin mandi air hangat karena rasanya capai sekali. kuparkir asal mobilku dan aku langsung masuk kedalam rumah.
“I`m home.”  Seperti biasa. Aku lebih sering menggunakan bahasa inggris di rumah karena sudah terbiasa dari kecil. Aku lahir di Korea karena saat itu ayahku sedang mengurus perusahaan di Korea. Tapi saat umurku satu tahun, kami sekeluarga pindah ke Amerika. Lebih tepatnya kembali kesana. Karena orang tuaku sudah menetap di Amerika sejak mereka menikah.
“Welcome home” . aku mendengar seseorang menjawab salamku. huh?!. Aku tidak salah dengar kan. Suara ini,
“kau sudah pulang, Jina-a? Bagaimana kuliahmu hari ini?” Gil. Han Gilbert. Kakakku.
“Gil? Gil oppa? oppa sudah pulang?” aku langsung berlari kegirangan dan memeluk kakakku itu. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Terakhir kali kakak pulang, mungkin sekitar 3 bulan yang lalu.
“I miss u so much, Jina-a.” Gil mencium keningku dan memelukku erat. Kubalas pelukannya
“I miss u to. When did you get home? Why you didn`t call me first? Apa kau pulang karena urusan pekerjaan?” tanyaku bertubi-tubi setelah melepaskan pelukan kami.
“Itu salah satu alasannya. Tapi alasan utamanya, aku sangat merindukan adik kecilku ini. Hehe. Lagipula aku ingin memberi kejutan untukmu. Karena itu aku tidak memberitahumu dulu. Mandilah. Setelah itu kita makan bersama. Mom sebentar lagi pulang. Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian berdua” ucap Gil tiba-tiba dengan wajah serius.
“ada apa? sepertinya serius sekali.” tanyaku penasaran
“kau akan tahu nanti.” Ucapnya dengan nada santai tapi membuatku makin penasaran. Aku langsung menuju kamarku, melempar tasku, mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selama mandi, aku banyak berpikir menebak-nebak kira-kira apa yang akan disampaikan kakakku itu.
Wajahnya serius sekali tadi. Apa ada hal yang gawat? Apa ada hubungannya dengan perusahaan? Jangan-jangan perusahaan bankrupt? Ah, tidak mungkin. Kutepis hal negative itu dari pikiranku. Bisa saja ini adalah berita bahagia. Apakah Gil akan menikah? Wah, bisa saja.
Kutepis semua imajinasiku sambil keluar kamar setelah mandi dan berjalan menuju ruang makan. Kulihat Mom sudah pulang dan sudah berganti pakaian dan sedang duduk bersama Gil di meja makan. Aku langsung ikut bergabung dengan perasaan sedikit bahagia karena sudah lama kami tidak makan bersama seperti ini.
“ehem.” Tiba-tiba Gil berdeham memberi tanda kalau dia akan mulai membicarakan hal yang ingin dia sampaikan.
“Jina-a, kau sudah 19 tahun.” Ucap Gil memulai pembicaraan yang membuatku sedikit bingung.
“aku? ya, begitulah. Memangnya ada apa?” tanyaku penasaran kemana arah pembicaraan ini. Kulihat wajah Mom tenang-tenang saja dan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Biar kutebak, Mom sudah tahu apa yang ingin disampaikan oleh Gil. Dan aku menunggu Gil melanjutkan kalimatnya.
“itu artinya kau sudah memasuki usia diperbolehkan menikah.”
.
.
.
“Eoh?” aku merasakan firasat buruk.
“Aku ingin kau menikah, Jina-a.”
Kata-kata terakhir yang diucapkan Gil membuat duniaku terasa berhenti berputar. Menikah? Menikah?! MENIKAH?! Apa Gil sudah gila?
TBC
EOtte? Chapter 2 berakhir disini. Aku minta maaf tentang typo. Namanya aja manusia, pasti tidak luput dari kesalahan. Dan aku masih mengharapkan RCL-nya. Wait for the next chapter, okey?? ^_^

Kamis, 15 Mei 2014

The Story of My Life [chapter 1]



THE STORY OF MY LIFE



Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Kim sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance
Rating : PG-15
Length : chaptered


 annyeong. suci imnida. konnichiwa minna-san. ini FF pertama yang kupublish. RCL please. ^_^

  

Chapter 1
Don’t find love…
Let love find you…
That’s why it’s called falling in love
Because you don’t force yourself to fall…
You just fall…
Seoul, south korea
Sunday, May 4th 2014  7.30 pm
Blue café, itaewon
ji-na`s POV
“aku ingin kita putus!” . kata-kata itu diucapkannya. Akhirnya diucapkannya juga, pikirku. Aku tidak heran lagi mendengarnya. Karena aku tahu apa yang dilakukannya dengan wanita lain dibelakangku.
“maaf, tapi aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan kita. Aku, aku sudah lelah. Aku.. aku minta maaf.” Ujarnya lagi sebelum akhirnya ia bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Meninggalkan aku yang hanya duduk diam dikursiku memandang cangkir kopiku dengan tatapan kosong.
Kuambil gelas kopiku dan menelan cairan yang ada didalamnya sampai habis. Lelah katanya? Justru aku yang lelah karena harus menghadapi laki-laki bodoh sepertimu. Kau yang berselingkuh dibelakangku, tapi kau bicara seolah-olah aku yang bersalah disini.
Kuambil tasku dan aku berjalan keluar café menyusuri jalanan yang mulai agak sepi karena jam sudah menunjukkan waktu 9 malam. Disaat kebanyakan orang sudah berada dialam mimpi dibalik selimutnya dirumah, aku masih disini. Di halte yang sudah sepi. Aku duduk malas di halte itu karena tiba-tiba hujan turun setelah aku keluar dari café.
Huh, ternyata langit menangis melihat keadaanku sekarang. Tapi kalau orang-orang berpikir aku patah hati, mereka salah besar. Aku memang baru putus dari pacarku, tapi aku sama sekali tidak sakit hati. Aku justru lega karena bisa terbebas dari laki-laki bodoh itu. Lagipula, aku berpacaran dengannya bukan karena aku suka. Sunhee-sahabatku- yang memaksaku berpacaran dengannya. Sunhee bilang dia kasihan melihatku yang tidak pernah jalan dengan laki-laki.
Tidak pernah pacaran juga bukan karena aku tidak laku. Justru sebaliknya. Banyak laki-laki yang ingin dekat denganku. Tapi aku yang menghindar. Hal yang paling aku benci didunia ini adalah makhluk barjenis laki-laki. Mereka menjijikan. Dimataku. Mereka selalu mengeluarkan kata-kata manis untuk merayu perempuan yang justru terdengar menjijikan ditelingaku. Mereka malah membuatku takut dengan segala tingkah laku mereka yang aneh dimataku. Satu-satunya laki-laki yang dekat denganku hanya kakak laki-laki ku. Ayahku? Jangan Tanya. Justru dialah sumber dari segala kejijikanku terhadap laki-laki.
Ayahku tidak ada. Bukan meninggal. Ayahku masih hidup. Bersama keluarga barunya. Ayahku mencampakkan keluargaku demi wanita murahan yang merupakan sekertarisnya dikantor. Menjijikan. Satu kata itu cukup untuk menggambarkan ayahku.
Aku menghentikan monolog ku dan berdiri saat melihat ada taksi. Kupanggil taksi itu untuk mengantarku pulang. Aku sudah lelah hari ini. Aku ingin tidur dikamarku yang hangat secepatnya dan bangun pagi besok karena ada jadwal kuliah pagi.
Woobin`s POV
“aku ingin kita putus! maaf, tapi aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan kita. Aku, aku sudah lelah. Aku.. aku minta maaf.”
Huh, sepertinya aku baru saja mendengar sesuatu yang seharusnya tidak kudengar. Kulihat laki-laki yang baru saja bicara itu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Meninggalkan seorang wanita yang hanya diam dikursinya.
Bukannya aku mau menguping, aku hanya tidak sengaja mendengarnya karena aku duduk tepat disamping meja mereka. Kualihkan sedikit kepalaku untuk melihat wanita yang baru saja ditinggalkan itu. Wanita itu diam saja dan sedikit menundukkan wajahnya. Tiba-tiba dia menegakkan wajahnya dan menegak isi gelas yang ada didepannya.
Dan aku langsung menyadari sesuatu. Wajah wanita ini, cantik. Cuma satu kata itu yang dapat kuberikan untuk mendeskripsikan wajahnya. Aku langsung memperhatikan wanita itu secara keseluruhan. Kulitnya putih, matanya besar. Tidak seperti orang korea yang dominannya bermata sipit. Bibirnya tipis dan berwarna merah. Tipe wanita yang tidak memerlukan polesan make-up terlalu banyak untuk membuatnya cantik. Kakinya jenjang seperti model-model. Ah, kalau dia berjalan-jalan didaerah Apgujong, pasti akan ada banyak para pencari bakat yang menawarinya untuk menjadi model. Dan dilihat dari wajahnya, aku yakin umur wanita ini tidak lebih dari 20 tahun.
Aku terbangun dari lamunanku saat wanita itu berdiri dan pergi dari café ini. Akupun baru sadar bahwa dari tadi yang kulakukan hanya memperhatikannya dan sama sekali tidak mendengarkan ocehan pria yang ada didepanku.
“woobin-a, kau dengar aku tidak? Dari tadi kau melamun terus. Kau mengabaikanku, huh?” ucap pria itu yang dari tadi hanya mengoceh tentang pacarnya.
“aku mau pulang. Bereskan sendiri urusanmu dengan kekasihmu. Jangan hanya mengoceh seperti ibu-ibu dihadapnku seperti ini.”ucapku seraya berdiri hendak meninggalkan temanku yang terbengong mendengar kata-kataku barusan.
Aku berjalan keluar dan sedikit berlari kearah mobilku karena hujan mulai turun tanpa ampun. Aku mulai memacu mobilku melewati halte yang ada didekat situ saat aku melihat wanita yang aku lihat di cafe tadi sedang duduk dihalte itu. Aku menghentikan mobilku dan memperhatikan wanita itu dari dalam mobil. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari wanita itu. Aku merasa ada perasaan aneh menghampiriku. Aku tidak tahu perasaan apa ini dan aku ingin mencari tahunya. Baru saja aku akan membuka pintu mobilku, wanita itu berdiri dan memanggil taksi yang lewat dan segera pergi dengan taksi tersebut.
Aku mengumpat karena gagal mendekati wanita itu. Akhirnya aku melajukan lagi mobilku menuju rumahku. Entah kenapa aku punya perasaan bahwa aku akan bertemu lagi dengannya.
Keesokan harinya…
dongguk university 8.30 am
ji-na`s POV
Aku melangkah gontai menuju kelasku pagi ini. Aku kurang tidur karena saat sampai dirumah semalam, aku baru ingat kalau ada tugas yang harus dikumpul hari ini dan aku belum selesai mengerjakannya. Sial, gara-gara laki-laki bodoh itu yang mengajakku bertemu hanya untuk memutuskanku, aku jadi lupa dengan tugasku.
Belum selesai aku bermonolog, seseorang mengapit leherku dari samping.
“morning, beauty.. OMO! Ada apa dengan wajahmu? Kau tidak tidur semalam? Lihatlah lingkaran hitam dibawah matamu itu. Parah sekali. Apa yang terjadi padamu? Kau bergadang? Bergadang itu tidak baik untuk kesehatan dan kecantikan kulitmu, tahu!” Cecar wanita yang mengapit leherku.  Sunhee. Sahabatku yang satu ini memang susah untuk menutup mulutnya walau hanya sebentar.
“lepaskan tanganmu, berat tahu. Aku kurang tidur karena harus menyelesaikan tugasku yang belum selesai. Kau cerewet sekali.” Ucapku sambil melepaskan tangan Sunhee dari leherku. Tiba-tiba kulihat dia memasang tampang aneh. Aku mengikuti arah pandangnya dan tahu apa penyebabnya. Shin won ho. Dia ada di depan sana sedang bercanda ria dengan seorang wanita yang aku tahu dialah alasan kenapa shin-begitu cara aku memanggilnya- memutuskanku semalam.
“ke..kenapa dia..” ucap Sunhee terbata-bata sambil melihat kearahku meminta penjelasan.
“kami putus semalam.” Hanya itu yang kukatakan pada Sunhee. Aku melihat diamenatapku meminta penjelasan lebih jauh saat aku juga melihat Mr. kris memasuki kelas yang akan kuhadiri pagi ini. Merasa aku terlambat karena Mr.kris memasuki kelas lebih dulu daripada aku, aku langsung pergi meninggalkan Sunhee yang masih menatapku.
“hei, kau harus memberi penjelasan padaku saat makan siang nanti.” Seru Sunhee. Ah, dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan.
Afternoon, 12.30 pm
At a café near university
“jadi dia selingkuh dibelakangmu?!” seru Sunhee saat kami sedang makan siang di café langganan kami yang tidak jauh dari universitas. Aku sudah menceritakan tentang bagaimana Shin dan aku sampai bisa putus.
“iya. Aku sudah tahu sejak minggu kemarin. Tapi shin baru memutuskanku tadi malam.” Ujarku santai sambil menyesap moccachino yang kupesan.
“shin yang memutuskanmu? Kenapa? Kalau kau tahu di selingkuh, kenapa tidak langsung kau putuskan saja dia?”
“ah, aku cuma tidak mau kau mengomeliku karena metutuskannya lebih dulu seperti saat aku memutuskan ken sebelumnya.” Ucapku sambil mengingat kejadian waktu itu. Saat itu aku tahu kalau ken pacaran denganku karena aku anak pemilik kilton corp. salah satu perusahaan besar skala dunia yang bergerak dibanyak bidang. Yang membuatku menyandang status orang kaya dimata orang-orang.
“ah, maaf” Sepertinya Sunhee juga ingat kejadian waktu itu.
“maaf, lagi-lagi aku menjodohkanmu dengan lelaki yang salah. Maaf” ujar Sunhee dengan nada sedih dan raut wajah yang tampak menyesal.
“sudahlah. Kau tidak salah kok. Kau Cuma ingin aku mendapatkan laki-laki yang baik. Aku sangat berterimakasih atas perhatianmu itu.” . benar. sunhee tidak salah. Dia hanya ingin aku bisa bahagia meskipun keadaanku seperti ini.
Bukannya berlebihan, tapi sejak ayahku meninggalkan keluargaku, aku jadi sangat membenci laki-laki. Bukan Cuma menghancurkan keluarga, dia juga membuat ibuku dan kakakku menjauh. Ibu yang sakit hati setelah ditinggalkan, memilih menggantikan ayahku menjadi presdir di perusahaan yang diwariskan kakekku dari pihak ibuku untuk menyembuhkan sakit hatinya. Kakakku, sebagai satu-satunya laki-laki yang ada dikeluargaku sekarang, ditugaskan ibuku untuk mengurus perusahaan yang ada di newyork dan membuatnya jarang pulang ke korea. Ibu yang selalu sibuk pun selalu pulang larut atau bahkan tidak pulang kerumah sama sekali meniggalkanku sendirian.
Tapi bukan berarti aku adalah anak yang kesepian. Sunhee satu-satunya sahabat yang menemaniku dan mengerti tentang situasiku. Sunhee selalu ada sejak kami berteman di SMP kelas 3. Sunhee adalah anak pindahan waktu itu dan Dia satu-satunya yang berteman denganku tanpa melihat status sosialku yang lebih diperhatikan oleh orang lain untuk berteman denganku. Dengan umurku yang sudah menginjak 19 tahun, berarti kami sudah 5 tahun bersahabat. Dan aku bersyukur tentang itu.
“astaga! Sudah jam satu. Aku ada kelas setengah jam lagi.” Lamunanku buyar seketika mendengar suara Sunhee.
“kalau begitu, ayo kita kembali ke kampus.” Ucapku sambil menegak minumanku sampai habis sebelum berdiri mengikuti Sunhee yang sudah jalan duluan.
At university, 1.30 pm
Sebenarnya aku tidak ada kelas lagi. Tapi aku malas pulang cepat karena aku tahu kalau dirumah sudah pasti tidak ada siapa-siapa selain pelayan rumah. Aku memutuskan pergi ke perpustakaan dan menunggui Sunhee karena aku ingin pulang bersamanya. Mungkin mampir ke mall dan shoping sedikit bukan ide yang buruk.
Aku mengambil beberapa buku dan duduk di meja ujung dekat jendela untuk membaca buku. Tempat strategis menurutku agar tidak ada yang menggangu ku. Tapi percuma. Banyak orang yang melintas sambil sekali-sekali melirik kearahku. Situasi biasa. Aku mengalihkan pikiranku kearah buku dan mencoba berkonsentrasi untuk membacanya.
Woobin`s POV
Skripsi! Cuma itu yang ada dikepalaku sekarang. Aku sedang amat sangat sibuk untuk menyelesaikan skripsiku yang hampir deadline dan tidak punya waktu untuk mendengar ocehan sahabatku ini.
“aku melihatnya dengan jelas saat dia bermesraan dengan laki-laki itu tapi dia tidak mau mengaku kalau dia berselingkuh. Dan tiba-tiba dia meminta putus dariku. Wanita itu menyebalkan sekali. Hei! Kau dengar tidak, woobin-a?” oceh jongsuk tanpa henti dan mengabaikan ekspresiku yang sudah sangat dongkol mendengar ocehannya yang tidak ada akhirnya itu.
Aku memasuki perpustakaan. Tempat paling ampuh yang dapat menutup mulut sahabatku itu karena diperpustakaan dilarang berisik. Dan rencanaku berhasil. jongsuk langsung menutup mulutnya saat melihat petugas perpustakaan yang melotot kearahnya karena terganggu dengan suaranya yang tidak kecil itu.
Aku mengambil beberapa buku untuk referensi skripsiku dan memandang perpustakaan untuk mencari tempat yang bagus untuk belajar. Tiba-tiba pandanganku berhenti saat melihat sesuatu yang tidak asing lagi. Wanita itu!. Dia adalah wanita yang aku lihat semalam. Wanita yang baru saja diputusin oleh pacarnya dan wanita yang membuatku merasakan perasaan aneh yang sedang kurasakan lagi sekarang.
Karena penasaran, aku mengambil tempat duduk dimana aku bisa dengan leluasa melihat wanita itu tanpa dicurigai. Kecuali oleh sahabatku yang jeli ini.
“kau sedang memandangi jina,kan?”tanyanya
“siapa?” tanyaku pura-pura tidak tahu bahwa jongsuk baru saja menangkap basah aku sedang memandangi wanita itu. Apa namanya jina? Nama yang lucu.
“Jina. Wanita yang duduk diujung itu. Kau tidak bisa membohongiku, tuan Woobin. Jelas-jelas kau sedang memperhatikannya.”
“Kau kenal dengannya?” tanyaku mengabaikan pertanyaan Jongsuk.
“tentu saja. Siapa yang tidak kenal nona Han jina. Wanita paling cantik dan Wanita paling kaya di universitas ini. Dia anak dari pemilik Kilton corp. perusahaan raksasa yang bergerak dibidang hotel, bisnis perhiasan dan aksesoris terkenal. Juga bisnis mobil diluar negeri. Apa kau tidak tahu tentangnya? Ah, wajar saja. Karena yang ada didalam otakmu kan hanya belajar untuk meneruskan perusahaan keluarga saja. Tidak pernah tertarik dengan wanita..” ucap Jongsuk panjang lebar tanpa henti dengan suara yang agak dikecilkan karena mengingat ini adalah perpustakaan. Namun aku mendengarkannya dengan baik.
“ah, aku ganti pernyataanku. Kau tertarik dengan nona Jina.” Ujar jongsuk menambahkan. Aku hanya tersenyum simpul mendengar ucapannya barusan. Tertarik? Jadi perasaan aneh yang dari kemarin aku rasakan ini adalah perasaan tertarik? Dan melihatku tersenyum, Jongsuk makin kaget.
“oh. Astaga, Kim woobin. Kau tertarik? Dengan wanita? Astaga, apa ini tanda-tanda kiamat?” aku langsung menoyor kepala jongsuk yang menyebalkan. “enak saja” ujarku.
“habis, seorang woobin yang selama ini selalu dingin terhadap wanita sampai-sampai dijuluki ice prince, selalu menolak wanita yang menembaknya dan tidak pernah menunjukkan ekspresinya tiba-tiba tertarik dengan wanita? Ada apa ini? Apalagi yang disukai juga seorang yuki onna. Ckckck. Ada apa dengan dunia?” ucap jongsuk hiperbola.
yuki onna? Apa maksudmu?” tanyaku mulai tertarik dengan penjelasan jongsuk yang serba tahu. Jangan Tanya tentang gender jongsuk padaku. Didepan orang-orang dia terlihat seperti prince charming yang ramah pada semua orang. Tapi didepanku, jongsuk seperti ibu-ibu yang suka bergosip.
“dia tidak pernah tertarik dengan laki-laki. Bukan berarti dia berkelainan. Tapi dia terlalu menutup diri dari orang-orang disekitarnya. Cuma seorang wanita saja yang dekat dengannya. Sahabatnya sejak SMP. Bukan berarti juga dia tidak pernah pacaran, tapi kudengar semua laki-laki yang mendekatinya hanya mengincar hartanya saja. Menurutku itu yang membuatnya menutup diri. Tapi tetap saja dia adalah wanita paling cantik di kampus kita dan wanita yang paling diincar oleh hampir semua laki-laki di kampus kita. Wajah cantik, badan sempurna bak model, fashionnya yang selalu keren, dia idola kampus kita”tutur jongsuk. Aku mendengarkannya dengan seksama. Yuuki onna. Putri salju, eoh? Ini akan menjadi semakin menarik, pikirku.
ji-na’s POV
Aku bosan. Sangat. Aku menoleh jam ku sekali lagi dan melihat kalau kelas Sunhee akan berakhir 15 menit lagi. Tinggal sebentar lagi. Aku akan menunggu didepan kelasnya saja. Pikirku.
Aku membereskan barang-barangku dan hendak jalan keluar saat tiba-tiba ada yang menyapaku. Laki-laki. Tapi aku tidak kenal dengan orang ini.
Woobin’s POV
Aku masih mendengarkan penjelasan tentang Jina saat aku melihat Jina membereskan barang-barangnya dan hendak pergi. Tanpa sadar aku berdiri dan melangkah kearahnya.
“hai,” sapaku. Astaga. Apa aku terdengar seperti sedang merayunya. Aku bahkan merasa jijik sendiri dengan apa yang baru saja aku katakan. Aku bisa melihat Jina melihatku dengan bingung.
“eng.. ano.. etto..” ucapku gelagapan. Crap. Aku bahkan tidak tahu apa yang ingin aku sampaikan. Kenapa tadi aku berjalan ke arahnya? Tiba-tiba aku dengar suara riuh dari orang-orang disekitarku sambil menatap heran dan kaget kearah kami. Kaget? apa-apaan mereka? Kenapa mereka melihat kami seperti itu.
Sepertinya Jina juga menyadari tatapan orang-orang dang mendengus perlahan. Setelah itu dia mulai berjalan lagi melewatiku tanpa membalas sapaanku tadi atau bahkan menoleh kearahku. Dia hanya berjalan melewatiku tanpa mengacuhkanku dan keluar dari perpustakaan.
Aku hanya terbengong melihatnya. Dia mengacuhkanku? Dia mengacuhkan aku? Laki-laki yang paling digemari oleh seluruh wanita dikampus? Apa-apaan dia? Entah karena alasan apa, aku merasa emosiku mulai naik. Aku mengacuhkan Jongsuk yang entah bicara apa dan langsung keluar perpustakaan.
Aku langsung berjalan kearah parkiran saat tiba-tiba aku melihatnya. Lagi. Jina sedang bersama seorang wanita. Yang aku tebak adalah sahabat Jina yang jongsuk katakan tadi. Yang membuatku kaget adalah, Jina sedang tertawa. Tawa pertama yang kulihat sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Saat itu juga, aku merasa dunia berhenti berputar. Aku terpaku melihat tawanya. Cantik. Indah. Mengagumkan. Sekarang aku mengerti apa yang dikatakan Jongsuk tentang dia yang jadi incaran laki-laki. Karena aku melihat beberapa laki-laki di dekat situ sedang terpukau melihat Jina, sama seperti aku. Tiba-tiba aku jadi kesal karena Jina dilihat oleh laki-laki lain. Eh? Kenapa aku seperti sedang cemburu? Sial. Aku langsung masuk kedalam Ferrari hitamku dan memacunya pulang kerumah. Aku butuh mandi dengan air dingin untuk mendinginkan kepalaku yang panas entah karena alasan apa.
Pertemuan pertama itu yang harus selalu dikenang. Agar aku ingat mengapa aku begitu mencintaimu. Waktu itu, sekarang, kelak.

so, gimana readers? aku butuh comment nya nih. supaya aku tahu dimana aja aku salah. and sorry for the typo. wait for the chapter, ok? RCL please