THE
STORY OF MY LIFE
Author
: Alice Abbys
Cast
:
1. Han jina
2.
Kim
woobin
3.
Kim
sunhee
4.
Lee
jongsuk
5.
Shin
won ho
6.
Kim
jongin
7.
Kim
taemin
8. Choi hyunji
Genre
: romance
Rating
: PG-15
Length
: chaptered
Annyeong, readers. Sudah menunggu lanjutan cerita ini?
Chapter 3 telah hadir. ^_^
Keep RCL, please..
CHAPTER 3
Don’t marry the person you think you
can live with; marry only the individual you think you can’t live without.
Jina`s POV
“menikah?!” teriakku
kencang saking terkejutnya.
“tenanglah, Jina-a.
biarkan gil menjelaskannya dulu padamu.” Ucap mom menenangkanku. Tidak. Ucapan
mom sama sekali tidak menenangkanku dari keterkejutanku.
“begini, kau tau
phantom corp? saingan perusahaan kita itu mengajak bekerjasama untuk membuat
SHINSEGAE resident. Sebuah apartemen
mewah hasil kerjasama kilton corp dan phantom corp. Kebetulan mereka punya anak
laki-laki. Mereka ingin menjodohkannya denganmu. Dan menurutkupun itu bukan ide
yang buruk.”jelas gil panjang lebar. Aku hanya bisa terbengong mendengarnya
tanpa tahu harus bereaksi seperti apa.
“I`m speechless. I
don`t know what to say. Arrangement married? Are you kidding me? This must be
joking, right? Gosh, it`s not funny at all.”
“i`m serious, Jina.
I want you to accept this arrangement. I already make a plan about your
engagement. And I don`t accept any rejection.” Ucap gil tegas menandakan dia
tidak bisa dibantah sama sekali. aku hanya bisa terbengong mendengarkan ucapan
gil. Perjodohan?! Pertunangan?! Omong kosong macam apa ini? Belum sempat aku
mengajukan protesku, gil berdiri dari kursinya dan meninggalkan meja makan.
Berjalan menuju ruang kerjanya. Meninggalkanku dan mom yang masih duduk diam di
meja makan.
“Jina-a, sejujurnya,
mom tidak tega melihatmu menikah dengan cara perjodohan seperti ini. Tapi mom
tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua keputusan Gil. Dan menurut mom
rencana ini juga tidak terlalu buruk untukmu. Mengingat yang dijodohkan
denganmu adalah calon penerus phantom corp. masa depanmu terjamin, Jina-a.” apa
aku tidak salah dengar? Ibu yang kupikir sudah trauma dengan yang namanya
pernikahan bahkan menyetujui perjodohan ini?
“kenapa mom
menyetujui aku menikah dengan orang yang sama sekali tidak kukenal? Apa mom
tidak takut aku mengalami hal yang sama seperti mom dalam hal pernikahan?”
ucapku frustasi. Tanpa sadar aku mengucapkan hal yang dapat membuat mom sakit
hati. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung pergi meninggalkan meja makan dan
langsung masuk ke kamarku dan menguncinya rapat-rapat. Tidak kusangka, setelah lama tidak makan
bersama-sama di meja makan, justru berakhir seperti ini.
Wednesday, may 7th 2014
dongguk university
Canteen, 11 am
Ji-na`s POV
Hari ini aku kurang
tidur. Lagi. Aku tidak kaget lagi melihat lingkaran hitam dibawah mataku saat
aku berkaca pagi ini. Semalam aku sama sekali tidak tidur karena memikirkan
perjodohan ini. Aku memikirkan seribu macam cara untuk bisa membatalkan
perjodohan ini. Tapi aku sama sekali tidak menemukan ide sama sekali. dan
sekarang, disinilah aku. duduk sendiri sambil menelungkupkan kepala di atas
meja di kantin.
“morning, my beauty
princess Jina!” sapa sunhee. Aku memang mengirim sms padanya untuk menemuiku di
kantin secepatnya setelah kelas pagi berakhir. Aku harus meminta saran darinya.
“kyaa!! Ada apa
dengan wajahmu? Kau mengerikan sekali dengan lingkaran hitam dibawah matamu
itu. Apa yang terjadi? Kau seperti habis diserang angin puting beliung.”seru
sunhee saat Aku menegakkan wajahku untuk membalas sapaannya. Reaksi yang sudah
diduga.
“huaaa. Sunhee-a.
eothokhe? Dowajuseyo! (bagaimana ini? Tolong aku!)” . setelah itu aku
menceritakan padanya tentang rencana gil menjodohkanku dengan anak koleganya
itu.
“eeeehh?? Apa itu
artinya kau akan segera menikah?” ucap sunhee dengan riang. Reaksi yang diluar
dugaan. Kupikir ia akan kaget saat mendengar berita ini. Oke. Sunhee memang
kaget. tapi kupikir ia tidak akan, bahagia?
“kenapa
kedengarannya kau justru senang mendengar berita ini? Kau seharusnya prihatin
dengan keadaanku. Hello? Aku dijodohkan! Ini bencana! Kenapa kau seperti
bersikap seakan-akan aku baru saja memenangkan lottere? Dan perlu diingat. Ini
baru pertunangan. Belum ada rencana menikah.” ucapku tak percaya.
“pabo! Aku senang
dong melihat sahabatku akhirnya akan, oke. bertunangan. Belum menikah. tapi
setelah bertunangan pasti gak akan lama sebelum akhirnya menikah, bukan? Hei,
ini berita gembira. Sama sekali bukan bencana, tahu! Oya, siapa calon
tunanganmu?”
“tidak tahu!”
jawabku ketus. Ternyata bicara dengan sunhee sama sekali tidak membantu.
Membuatku kesal saja.
“apa maksudmu tidak
tahu? Masa kau tidak tahu akan bertunangan dengan siapa?”
“aku bilang tidak
tahu ya berarti tidak tahu. Gil hanya memberi
tahu bahwa aku akan dijodohkan dengan anak koleganya di proyek baru
perusahaan. Aku tidak bertanya lebih jauh. Dan aku lupa dari perusahaan mana.”
Jelasku. Aku mulai emosi lagi.
“ayolah, jalani saja
dulu. Kenalan saja belum. Masa sudah menyerah. Siapa tahu kau akan jatuh cinta
pada orang yang akan dijodohkan denganmu.”
“jatuh cinta? Cih.
Jatuh cinta tidak ada dalam kamus hidupku.”
“kalau aku jadi kau
aku pasti akan menerimanya. Awalnya dijodohkan. Setelah itu saling jatuh cinta.
Manis sekali. apalagi kalau yang dijodohkan denganku adalah pria tampan nan
sempurna seperti orang itu.” Sunhee menunjuk kearah seseorang yang baru saja
memasuki kantin. Eng, siapa ya namanya. Aku lupa.
“jongsuk sunbae.
Woobin sunbae. Sini. Sini. Duduk bersama kami saja.” Aku terkejut mendengar
kata-kata yang baru saja keluar dari mulut sunhee.
“Ya! Apa-apaan kau
mengajak mereka duduk bersama kita disini. Shireo! Aku tidak mau.” Sergahku.
“sudahlah. Anggap
saja ini kesempatanmu untuk berkenalan dengan baik dengan mereka berdua setelah
kejadiaan tidak mengenakkan kemarin.” Aku hanya menunduk pasrah saat melihat
kedua namja itu sudah mulai berjalan kearah meja kami.
Woobin`s POV
Aku dan Jongsuk
sedang berjalan kearah kantin untuk makan siang. Sengaja memilih kantin dan
bukan café dekat kampus langganan kami karena jongsuk ada rapat skripsi bersama
dosennya sebentar lagi. Baru saja memasuki kantin, aku kaget mendengar ada yang
memanggil kami. Lebih kaget lagi saat tahu bahwa yang memanggil kami adalah
gadis itu. Jina. Bukan. Yang memanggil kami adalah temannya. Sunhee. Tapi
karena ada Jina juga disana, bisa kusebut bahwa dia juga memanggil kami, bukan?
“jongsuk sunbae.
Woobin sunbae. Sini. Sini. Duduk bersama kami saja.” Sunhee mengajak kami untuk
duduk bersama mereka. Aku sih senang-senang saja dengan ajakannya karena itu
berarti aku bisa makan siang bersama jina. Tapi mengingat kejadian kemarin, aku
merasa tidak enak hati.
Aku lebih kaget lagi
saat melihat jongsuk mengangkat jempolnya menandakan setuju dengan ajakan
mereka tanpa meminta persetujuan dulu dariku. Aku langsung mendelik tajam
kearahnya.
“oh, ayolah. Anggap
saja ini kesempatan memperbaiki perkenalan kalian berdua kemarin. Kajja”
akhirnya aku berjalan pasrah kearah meja mereka karena jongsuk sudah berjalan
duluan kearah mereka.
Author`s POV
“annyeong!” sapa jongsuk menghampiri 2 yeoja cantik itu.
“annyeong, sunbae! silahkan duduk”. Tawar sunhee. Jongsuk
langsung duduk disebelah sunhee menyisakan satu kursi disebelah jina menandakan
Woobin akan duduk disana. Jina yang menyadarinya langsung mengambil tasnya yang
tadinya dia taruh di kursi tersebut.
“tidak perlu terlalu formal. Panggil saja kami oppa.” Ucap
jongsuk yang dihadiahi tatapan membunuh dari woobin. Woobin sama sekali tidak
suka dengan hal-hal yang berbau lovely seperti ini.
“benarkah? Kalau begitu aku akan memanggil kalian jongsuk
oppa dan woobin oppa. Otte?” ujar sunhee yang juga dihadiahi tatapan membunuh
dari Jina. Tapi jina langsung menundukkan wajahnya kembali keatas meja.
“johayo. begitu saja.” Ucap jongsuk sambil mengedipkan
sebelah matanya pada woobin. Membuat woobin melancarkan death glare kembali
kearah jongsuk.
“kalian pesan apa? khusus hari ini aku yang akan mentraktir
kalian.” Ucap jongsuk dengan senyum malaikatnya kearah sunhee dan jina.
“aku mau jajangmyeon. Jina, kau ingin pesan apa? kupesankan
nasi goreng kesukaanmu saja ya.” Ucap sunhee saat melihat kearah jina yang
tidak menggerakkan kepalanya sama sekali menandakan dia tidak tertarik untuk
makan. Melihat keadaan jina yang sedikit aneh, jongsuk mendapat ide untuk
membantu sahabatnya itu.
“baiklah, aku akan memesankan makanan. Sunhee-a, kau bisa
membantuku memesan makanan?”Tanya jongsuk sambil tersenyum penuh arti kearah
sunhee. Mengerti dengan tanda dari jongsuk, sunhee pun setuju dan pergi
meninggalkan woobin dan jina. Woobin hanya bisa terbengong melihat mereka
berdua yang langsung berjalan cepat meninggalkan meja.
Sunhee`s POV
“oppa, tadi oppa sengaja kan mengajakku memesan makanan agar
bisa meninggalkan mereka berdua?” Tanya Sunhee pada Jongsuk setelah mereka
meninggallkan meja
“eoh.. eotte? Rencana bagus, bukan?” ucap jongsuk dengan
senyuman jahil diwajahnya
“ne. ini rencana bagus untuk mendekatkan mereka. Mungkin..”
ucap Sunhee ragu
“mungkin? Kenapa kau ragu?”
“eng, jina sedang punya masalah yang, eng.. sedikit rumit
untukknya. Jadi, begitulah. Aku tidak tahu apakah meninggalkan mereka berdua
merupakan ide bagus atau tidak. Aku takut kalau woobin sunbae akan berkata yang
tidak enak seperti kemarin lagi. Itu akan membuat mood jina semakin memburuk.”
Ucap Sunhee panjang lebar
“hm… tenang saja. Woobin bisa mengatasinya. Hehe.” Ucap
Jongsuk percaya diri.
“kuharap juga begitu.”
Woobin`s POV
Apa-apaan mereka meninggalkan aku berdua saja dengan jina?!
Jongsuk sialan itu sepertinya sudah tidak sayang nyawa lagi. Awas saja dia
nanti. Akan kuhajar dia. Bukannya aku tidak suka berdua saja dengan jina.
Justru sebaliknya. Aku bahkan sudah tidak bisa menyembunyikan suara detak
jantungku yang tidak karuan lagi. Aku takut jina bisa mendengar suara detak
jantungku.
Tapi kondisinya agak aneh. Dari tadi jina terus
menelungkupkan kepalanya ke meja dan tidak bergeming sama sekali. apa dia ada
masalah? Atau bahkan dia segitu tidak sukanya kami ikut makan bersamanya?
“ehem. Jina-ssi? Gwenchana?” tanyaku memecah keheningan.
“jangan urusi aku. aku sedang tidak ingin diganggu.” Ucapnya
dengan ketus. Tiba-tiba aku mulai emosi lagi.
“ada apa denganmu? Kau masih marah soal kejadian kemarin?
Oke. Aku minta maaf. Aku memang sedikit kurang ajar kemarin. Aku ingin
memperbaikinya. Ayo kita kenalan dari awal. Dengan baik. Tanpa emosi.”
“aku tidak tertarik.”ucapnya masih dengan kepala diatas
meja. Tanpa melihatku sama sekali.
“chogi, agashi. Aku sedang bicara denganmu. Dan aku bicara
baik-baik. Bisakah kau melihatku saat aku sedang bicara dan menjawabku dengan
baik-baik?” ucapku sambil menahan emosi. Kulihat orang-orang disekitarku mulai
memperhatikan kami. Tapi aku tidak peduli. Sudah cukup gadis ini mendiamkanku
dari kemarin. Baru aku akan meneruskan ucapanku, jina menegakkan kepalanya.
“apa sudah ada orang yang memberitahu seberapa
menyebalkannya dirimu?”
“eoh?” hanya itu yang bisa kuucapkan. kalimat itu sukses
membuatku speechless.
Jina`s POV
“apa yang terjadi padaku sama sekali bukan urusanmu. Dan kau
jangan terlalu percaya diri. Aku kesal dengan kejadian kemarin? Kejadian yang
mana? Aku bahkan sudah tidak ingat lagi. Untuk apa aku memikirkannya? Seperti
tidak ada kerjaan lain saja.” Ucapku setengah emosi. Apa-apaan pria ini. Dari
kemarin selalu saja sukses membuatku darah tinggi.
Sebenarnya kepala ku sakit. Sangat. Pasti gara-gara aku
kurang tidur akhir-akhir ini. Ditambah lagi aku belum makan dari pagi.
“kau kenapa? Wajahmu agak pucat.” Tanyanya. Heol. Sekarang
dia malah sok perhatian padaku.
“makanan datang.” Ucap Sunhee yang baru saja datang bersama
jongsuk membawa makanan yang anehnya sama sekali tidak menarik minatku.
“aku ingin pulang. Makanlah tanpa aku. aku permisi duluan.”
Ucapku sembari menyampirkan tasku.
“eh? Kenapa? Kau belum makan. Kau harus makan. Nanti kau
sakit. Apalagi kau sedang banyak pikiran seperti itu.” Ucap sunhee dengan nada
khawatir. Tapi tak kuhiraukan dia. Aku hendak beranjak pergi. Tapi woobin
menahan tanganku.
“makanlah terlebih dahulu baru kau pulang. Duduklah. Aku
tidak tahu kau sedang ada masalah apa, tapi membiarkan perut kosong tidak baik
untuk kesehatanmu. Makanlah dulu.” Ucap pria ini perhatian. Baru aku akan
mengatakan sesuatu, tiba-tiba aku limbung. Aku langsung menggenggam erat tangan
woobin yang tadi menahan tanganku. Woobin yang melihatnya langsung memegangku
agar aku tidak jatuh.
“kepalaku sakit. Aku ingin pulang. Aku ingin istirahat.” Ucapku
tegas. Aku sangat ingin pulang dan tidur untuk istirahat. Aku sangat
membutuhkan itu sekarang.
“biar aku yang mengantarmu pulang.” Ucap sunhee yang
terlihat sangat khawatir melihatku.
“maaf, oppa. Aku akan mengantar pulang jina sekarang.”
Tambah sunhee kepada woobin dan jongsuk
“ah, aku mengerti. Kau butuh bantuan?” Tanya jongsuk
“aniyo. Gwenchana. Aku bisa sendiri. Bukankah tadi oppa
bilang kalau oppa ada rapat skripsi dengan dosen oppa? Aku tidak ingin
merepotkan.” Ujar sunhee
“iya, tapi…”
“aku ingin pulang. Sekarang.” Ucapku memotong percakapan
mereka yang terasa sangat panjang buatku.
“ayo.” Ucap sunhee akhirnya. “maaf oppa. Kami duluan.” Aku
pergi dari kantin sambil dipegangi oleh sunhee.
Woobin`s POV
Dia terlihat sakit. Aku panik. Aku bingung harus berbuat
apa. aku paling tidak bisa menangani orang sakit. Tapi aku ingin membantunya.
Setidaknya mengantarnya pulang dan memastikan bahwa gadis itu akan sampai
dirumah dengan selamat.
“aku bisa mengantar kalian pulang.” Tawarku . tapi tiba-tiba
handphone ku berbunyi menandakan ada telepon masuk. Appa. Aku memandang kedua
gadis itu ragu.
“gwenchana, oppa. Aku bisa sendiri mengantarkan jina. Akan
aku pastikan jina sampai dirumah dengan selamat, oppa. Kau tidak perlu
khawatir.” Ucap sunhee seperti bisa membaca pikiranku. Akhirnya aku mengangguk
lemas. Mereka pergi. Aku mengutuk ayahku yang menelepon disaat yang tidak
tepat. Ah, bukan saatnya menggerutu.
“yeoboseo, appa? Ada apa?” tanyaku setelah mengangkat
teleponku.
“woobin-a, kau sedang sibuk?” Tanya appa.
“aniyo. Wae?”
“aku ingin makan siang denganmu. Sekalian ada yang ingin
appa bicarakan denganmu. Kau bisa?”
“ah, ne appa. Aku bisa. Aku kesana sekarang.” Ucapku sembari
menutup telepon. Kulihat jongsuk sedang menatapku bingung.
“eothokhe? Makanan ini jadi mubazir.” Ucapnya.
“aku akan makan dengan ayahku.” Ucapku sembari mengambil
tasku dan berdiri.
“eoh? Lalu bagaimana denganku dan makanan ini?”
“kau makan sendiri saja atau ajak saja wanita-wanita itu.”
Ucapku sembari menunjuk beberapa wanita yang duduk tidak jauh dari meja kami.
Aku langgsung pergi meninggalkan jongsuk sendirian di kantin dan pergi ke
SHINSEGAE. Tempat ayahku berada.
At SHINSEGAE
Aku memarkinkan kendaraanku dan langsung menuju ke
restaurant dimana ayahku sudah menunggu.
“apa appa sudah menunggu lama? Maaf, tadi jalanan agak
macet.” Ucapku pada ayahku
“tidak. Tidak terlalu lama. Pesanlah makanan. Kita akan
bicara setelah makan.”setelah itu aku memesan beberapa makanan dan langsung
menyantapnya seperti perintah ayahku. Tidak banyak yang kami bicarakan selagi
makan. Hanya seputar kemajuan SHINSEGAE akhir-akhir ini dan tentang rencana
proyek baru yang akan dikerjakan dengan bekerja sama dengan perusahaan lain.
setelah makan, appa mulai bicara tentang maksud sebenarnya memanggilku kesini dan
bukan membicarakan ini dirumah saat makan malam. Sepertinya serius.
“woobin-a, sebentar lagi kau lulus kuliah. Itu artinya aku
akan segera mewariskan perusahaan padamu.” Ucap appa memulai. Aku diam menunggu
kelanjutannya.
“kau juga sudah sering membantu appa mengurus perusahaan
sebagai latihanmu. Dan appa pikir kau sudah bisa mengurus perusahaan dengan
baik.” Lanjutnya.
“aku berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan karena
aku memang berniat meneruskannya, appa.” Ucapku
“tapi, aku tidak bisa pensiun dan memberikan perusahaan
begitu saja kepadamu.” Kalimat appa selanjutnya membuatku begitu terkejut. Baru
saja aku mau mengajukan protes, appa mengangkat tangannya menandakan dia tidak
ingin kalimatnya dipotong. Jadi aku memutuskan untuk diam dan menunggu kalimat
appa selanjutnya.
“tidak dengan keadaanmu sekarang.” Ucapan appa semakin
mebuatku bingung.
“aku ingin kau menikah terlebih dahulu sebelum duduk di
kursi direktur perusahaan.” Ucapan appa membuatku Bagai tersambar petir. Apa?!
menikah?! punya pacar saja tidak. Bagaimana aku bisa menikah?! apa appa sedang
mempermainkanku?
“appa. Apa kau sedang bercanda? Menikah? pacar saja tidak
punya. Bagaimana bisa aku menikah? appa sedang bercanda, ya?” ucapku dengan
nada tidak percaya
“tidak. Aku sedang tidak bercanda. Dan soal calon, itu yang
akan kita bicarakan. Aku ingin menjodohkanmu dengan adik kolega appa.” Ujar
appa dengan nada tenangnya
“menjodohkanku?” omong kosong apa lagi ini?
“dengarkan appa dulu. Appa ingin menjadikan putri kilton
corp sebagai menantu appa. Karena itu, appa menawarkan sebuah perjodohan dengan
direkturnya saat ini, Kakak calon istri mu.
dan dia menyetujuinya. Karena itu pula, appa memberikan persyaratan
untukmu. Dan juga adikmu.” Appa menggantung ucapannya sebentar. Sedikit memberi
ku waktu untuk berpikir. Penawaran? Penawaran apa? dan kenapa membawa nama
adikku segala?
“appa hanya punya dua anak laki-laki. Kau dan jin woon.
karena itu, penawaran ini berlaku untuk kalian. Bagi siapapun diantara kalian
berdua yang menjadi suami putri kilton corp, akan aku jadikan pewaris
perusahaan.” Ucap appa . APA?! penawaran macam apa itu?
“jadi kalau aku menolak perjodohan ini aku tidak akan
menjadi penerus phantom corp?” tanyaku
“begitulah. Karena kupikir tidak adil kalau kalau aku tidak
memberikan kesempatan kepada adikmu untuk menjadi pewaris, meskipun adikmu sama
sekali tidak berminat untuk mengurus perusahaan, maka aku memberikan penawaran
ini. Bagaimana? Lagipula kau tidak punya pacar kan? Jadi kupikir tidak ada
masalah.” Ucap ayah meyakinkan. Aku berpikir sejenak. Bertahun-tahun aku
berusaha keras agar aku bisa menjadi penerus ayah dan sekarang kesempatan itu
bisa hilang begitu saja hanya karena aku menolak dijodohkan? Jangan bercanda.
Aku menatap ayahku dengan tatapan meyakinkan
“aku tahu kau tidak akan menolak. Lagipula, kupikir kau
pasti menyukai calon istrimu ini. Dia sangat cantik, kau tahu?” huh. Cantik?
Cantik itu relative. Sampai sekarang baru satu wanita saja yang aku anggap
cantik selain ibu kandungku dan nunaku.
“aku punya fotonya.” Ujar appa sembari memberi selebar foto
yang membuatku kaget setengah mati melihat siapa yang ada di foto itu.
“namanya han jina. Putri perusahaan kilton corp. kalau tidak
salah dia satu kampus denganmu. Apa kau mengenalnya?”
“ne, appa. Aku mengenalnya.” Ucapku penuh arti. Akhirnya aku
punya cara untuk mendekatimu, han jina. Aku bahkan bisa membuatmu menjadi
milikku selamanya. Batinku.
Cheongdam-dong,
gangnam-gu
Kim`s
home
Setelah menerima penawaran appa, aku langsung pulang kerumah
karena appa ada rapat setelah itu.
aKu langsung berbaring di kamarku dan mulai mengingat-ingat
kembali pembicaraanku dengan appa tadi.
“appa dan kakaknya
jina sedang merencanakan pertunangan kalian. Appa akan segera memberitahumu
kapan waktunya”
Ucapan appa terakhir masih terngiang-ngiang dikepalaku.
Tidak kusangka, aku bahkan akan berstatus sebagai tunangannya sebentar lagi.
Apa jina tahu tentang perjodohan ini?
Aku langsung teringat dengan keadaannya siang ini. Dia
terlihat begitu depresi. Dan jina bilang tidak ada hubungannya dengan kejadian
kemarin. Apa itu artinya jina kesal dengan perjodohan ini? Apa ia akan menolak
dijodohkan denganku? Tapi melihat sikapnya padaku, tidak terlihat dia kesal
denganku. Apa jangan-jangan dia tidak tahu bahwa dia akan dijodohkan denganku?
Aaah.. molla. Aku pusing. Daripada memikirkannya, lebih baik
aku menanyakannya langsung.
TBC
So, how about it? Chapter 3 bersambung disini. Dan aku perlu
comment buat tahu apa yang kurang dan apa yang perlu aku tambahin buat cerita
ini. Wait for the next chapter, okey? ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar