Minggu, 25 Mei 2014

THE STORY OF MY LIFE [CHAPTER 3]


  
THE STORY OF MY LIFE



Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Kim sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance
Rating : PG-15
Length : chaptered

Annyeong, readers. Sudah menunggu lanjutan cerita ini? Chapter 3 telah hadir. ^_^
Keep RCL, please..
CHAPTER 3
Don’t marry the person you think you can live with; marry only the individual you think you can’t live without.
Jina`s POV
“menikah?!” teriakku kencang saking terkejutnya.
“tenanglah, Jina-a. biarkan gil menjelaskannya dulu padamu.” Ucap mom menenangkanku. Tidak. Ucapan mom sama sekali tidak menenangkanku dari keterkejutanku.
“begini, kau tau phantom corp? saingan perusahaan kita itu mengajak bekerjasama untuk membuat SHINSEGAE  resident. Sebuah apartemen mewah hasil kerjasama kilton corp dan phantom corp. Kebetulan mereka punya anak laki-laki. Mereka ingin menjodohkannya denganmu. Dan menurutkupun itu bukan ide yang buruk.”jelas gil panjang lebar. Aku hanya bisa terbengong mendengarnya tanpa tahu harus bereaksi seperti apa.
“I`m speechless. I don`t know what to say. Arrangement married? Are you kidding me? This must be joking, right? Gosh, it`s not funny at all.”
“i`m serious, Jina. I want you to accept this arrangement. I already make a plan about your engagement. And I don`t accept any rejection.” Ucap gil tegas menandakan dia tidak bisa dibantah sama sekali. aku hanya bisa terbengong mendengarkan ucapan gil. Perjodohan?! Pertunangan?! Omong kosong macam apa ini? Belum sempat aku mengajukan protesku, gil berdiri dari kursinya dan meninggalkan meja makan. Berjalan menuju ruang kerjanya. Meninggalkanku dan mom yang masih duduk diam di meja makan.
“Jina-a, sejujurnya, mom tidak tega melihatmu menikah dengan cara perjodohan seperti ini. Tapi mom tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua keputusan Gil. Dan menurut mom rencana ini juga tidak terlalu buruk untukmu. Mengingat yang dijodohkan denganmu adalah calon penerus phantom corp. masa depanmu terjamin, Jina-a.” apa aku tidak salah dengar? Ibu yang kupikir sudah trauma dengan yang namanya pernikahan bahkan menyetujui perjodohan ini?
“kenapa mom menyetujui aku menikah dengan orang yang sama sekali tidak kukenal? Apa mom tidak takut aku mengalami hal yang sama seperti mom dalam hal pernikahan?” ucapku frustasi. Tanpa sadar aku mengucapkan hal yang dapat membuat mom sakit hati. Tapi aku tidak peduli. Aku langsung pergi meninggalkan meja makan dan langsung masuk ke kamarku dan menguncinya rapat-rapat.  Tidak kusangka, setelah lama tidak makan bersama-sama di meja makan, justru berakhir seperti ini.
Wednesday, may 7th 2014
dongguk university
Canteen, 11 am
Ji-na`s POV
Hari ini aku kurang tidur. Lagi. Aku tidak kaget lagi melihat lingkaran hitam dibawah mataku saat aku berkaca pagi ini. Semalam aku sama sekali tidak tidur karena memikirkan perjodohan ini. Aku memikirkan seribu macam cara untuk bisa membatalkan perjodohan ini. Tapi aku sama sekali tidak menemukan ide sama sekali. dan sekarang, disinilah aku. duduk sendiri sambil menelungkupkan kepala di atas meja di kantin.
“morning, my beauty princess Jina!” sapa sunhee. Aku memang mengirim sms padanya untuk menemuiku di kantin secepatnya setelah kelas pagi berakhir. Aku harus meminta saran darinya.
“kyaa!! Ada apa dengan wajahmu? Kau mengerikan sekali dengan lingkaran hitam dibawah matamu itu. Apa yang terjadi? Kau seperti habis diserang angin puting beliung.”seru sunhee saat Aku menegakkan wajahku untuk membalas sapaannya. Reaksi yang sudah diduga.
“huaaa. Sunhee-a. eothokhe? Dowajuseyo! (bagaimana ini? Tolong aku!)” . setelah itu aku menceritakan padanya tentang rencana gil menjodohkanku dengan anak koleganya itu.
“eeeehh?? Apa itu artinya kau akan segera menikah?” ucap sunhee dengan riang. Reaksi yang diluar dugaan. Kupikir ia akan kaget saat mendengar berita ini. Oke. Sunhee memang kaget. tapi kupikir ia tidak akan, bahagia?
“kenapa kedengarannya kau justru senang mendengar berita ini? Kau seharusnya prihatin dengan keadaanku. Hello? Aku dijodohkan! Ini bencana! Kenapa kau seperti bersikap seakan-akan aku baru saja memenangkan lottere? Dan perlu diingat. Ini baru pertunangan. Belum ada rencana menikah.” ucapku tak percaya.
“pabo! Aku senang dong melihat sahabatku akhirnya akan, oke. bertunangan. Belum menikah. tapi setelah bertunangan pasti gak akan lama sebelum akhirnya menikah, bukan? Hei, ini berita gembira. Sama sekali bukan bencana, tahu! Oya, siapa calon tunanganmu?”
“tidak tahu!” jawabku ketus. Ternyata bicara dengan sunhee sama sekali tidak membantu. Membuatku kesal saja.
“apa maksudmu tidak tahu? Masa kau tidak tahu akan bertunangan dengan siapa?”
“aku bilang tidak tahu ya berarti tidak tahu. Gil hanya memberi  tahu bahwa aku akan dijodohkan dengan anak koleganya di proyek baru perusahaan. Aku tidak bertanya lebih jauh. Dan aku lupa dari perusahaan mana.” Jelasku. Aku mulai emosi lagi.
“ayolah, jalani saja dulu. Kenalan saja belum. Masa sudah menyerah. Siapa tahu kau akan jatuh cinta pada orang yang akan dijodohkan denganmu.”
“jatuh cinta? Cih. Jatuh cinta tidak ada dalam kamus hidupku.”
“kalau aku jadi kau aku pasti akan menerimanya. Awalnya dijodohkan. Setelah itu saling jatuh cinta. Manis sekali. apalagi kalau yang dijodohkan denganku adalah pria tampan nan sempurna seperti orang itu.” Sunhee menunjuk kearah seseorang yang baru saja memasuki kantin. Eng, siapa ya namanya. Aku lupa.
“jongsuk sunbae. Woobin sunbae. Sini. Sini. Duduk bersama kami saja.” Aku terkejut mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut sunhee.
“Ya! Apa-apaan kau mengajak mereka duduk bersama kita disini. Shireo! Aku tidak mau.” Sergahku.
“sudahlah. Anggap saja ini kesempatanmu untuk berkenalan dengan baik dengan mereka berdua setelah kejadiaan tidak mengenakkan kemarin.” Aku hanya menunduk pasrah saat melihat kedua namja itu sudah mulai berjalan kearah meja kami.
Woobin`s POV
Aku dan Jongsuk sedang berjalan kearah kantin untuk makan siang. Sengaja memilih kantin dan bukan café dekat kampus langganan kami karena jongsuk ada rapat skripsi bersama dosennya sebentar lagi. Baru saja memasuki kantin, aku kaget mendengar ada yang memanggil kami. Lebih kaget lagi saat tahu bahwa yang memanggil kami adalah gadis itu. Jina. Bukan. Yang memanggil kami adalah temannya. Sunhee. Tapi karena ada Jina juga disana, bisa kusebut bahwa dia juga memanggil kami, bukan?
“jongsuk sunbae. Woobin sunbae. Sini. Sini. Duduk bersama kami saja.” Sunhee mengajak kami untuk duduk bersama mereka. Aku sih senang-senang saja dengan ajakannya karena itu berarti aku bisa makan siang bersama jina. Tapi mengingat kejadian kemarin, aku merasa tidak enak hati.
Aku lebih kaget lagi saat melihat jongsuk mengangkat jempolnya menandakan setuju dengan ajakan mereka tanpa meminta persetujuan dulu dariku. Aku langsung mendelik tajam kearahnya.
“oh, ayolah. Anggap saja ini kesempatan memperbaiki perkenalan kalian berdua kemarin. Kajja” akhirnya aku berjalan pasrah kearah meja mereka karena jongsuk sudah berjalan duluan kearah mereka.
Author`s POV
“annyeong!” sapa jongsuk menghampiri 2 yeoja cantik itu.
“annyeong, sunbae! silahkan duduk”. Tawar sunhee. Jongsuk langsung duduk disebelah sunhee menyisakan satu kursi disebelah jina menandakan Woobin akan duduk disana. Jina yang menyadarinya langsung mengambil tasnya yang tadinya dia taruh di kursi tersebut.
“tidak perlu terlalu formal. Panggil saja kami oppa.” Ucap jongsuk yang dihadiahi tatapan membunuh dari woobin. Woobin sama sekali tidak suka dengan hal-hal yang berbau lovely seperti ini.
“benarkah? Kalau begitu aku akan memanggil kalian jongsuk oppa dan woobin oppa. Otte?” ujar sunhee yang juga dihadiahi tatapan membunuh dari Jina. Tapi jina langsung menundukkan wajahnya kembali keatas meja.
“johayo. begitu saja.” Ucap jongsuk sambil mengedipkan sebelah matanya pada woobin. Membuat woobin melancarkan death glare kembali kearah jongsuk.
“kalian pesan apa? khusus hari ini aku yang akan mentraktir kalian.” Ucap jongsuk dengan senyum malaikatnya kearah sunhee dan jina.
“aku mau jajangmyeon. Jina, kau ingin pesan apa? kupesankan nasi goreng kesukaanmu saja ya.” Ucap sunhee saat melihat kearah jina yang tidak menggerakkan kepalanya sama sekali menandakan dia tidak tertarik untuk makan. Melihat keadaan jina yang sedikit aneh, jongsuk mendapat ide untuk membantu sahabatnya itu.
“baiklah, aku akan memesankan makanan. Sunhee-a, kau bisa membantuku memesan makanan?”Tanya jongsuk sambil tersenyum penuh arti kearah sunhee. Mengerti dengan tanda dari jongsuk, sunhee pun setuju dan pergi meninggalkan woobin dan jina. Woobin hanya bisa terbengong melihat mereka berdua yang langsung berjalan cepat meninggalkan meja.
Sunhee`s POV
“oppa, tadi oppa sengaja kan mengajakku memesan makanan agar bisa meninggalkan mereka berdua?” Tanya Sunhee pada Jongsuk setelah mereka meninggallkan meja
“eoh.. eotte? Rencana bagus, bukan?” ucap jongsuk dengan senyuman jahil diwajahnya
“ne. ini rencana bagus untuk mendekatkan mereka. Mungkin..” ucap Sunhee ragu
“mungkin? Kenapa kau ragu?”
“eng, jina sedang punya masalah yang, eng.. sedikit rumit untukknya. Jadi, begitulah. Aku tidak tahu apakah meninggalkan mereka berdua merupakan ide bagus atau tidak. Aku takut kalau woobin sunbae akan berkata yang tidak enak seperti kemarin lagi. Itu akan membuat mood jina semakin memburuk.” Ucap Sunhee panjang lebar
“hm… tenang saja. Woobin bisa mengatasinya. Hehe.” Ucap Jongsuk percaya diri.
“kuharap juga begitu.”
Woobin`s POV
Apa-apaan mereka meninggalkan aku berdua saja dengan jina?! Jongsuk sialan itu sepertinya sudah tidak sayang nyawa lagi. Awas saja dia nanti. Akan kuhajar dia. Bukannya aku tidak suka berdua saja dengan jina. Justru sebaliknya. Aku bahkan sudah tidak bisa menyembunyikan suara detak jantungku yang tidak karuan lagi. Aku takut jina bisa mendengar suara detak jantungku.
Tapi kondisinya agak aneh. Dari tadi jina terus menelungkupkan kepalanya ke meja dan tidak bergeming sama sekali. apa dia ada masalah? Atau bahkan dia segitu tidak sukanya kami ikut makan bersamanya?
“ehem. Jina-ssi? Gwenchana?” tanyaku memecah keheningan.
“jangan urusi aku. aku sedang tidak ingin diganggu.” Ucapnya dengan ketus. Tiba-tiba aku mulai emosi lagi.
“ada apa denganmu? Kau masih marah soal kejadian kemarin? Oke. Aku minta maaf. Aku memang sedikit kurang ajar kemarin. Aku ingin memperbaikinya. Ayo kita kenalan dari awal. Dengan baik. Tanpa emosi.”
“aku tidak tertarik.”ucapnya masih dengan kepala diatas meja. Tanpa melihatku sama sekali.
“chogi, agashi. Aku sedang bicara denganmu. Dan aku bicara baik-baik. Bisakah kau melihatku saat aku sedang bicara dan menjawabku dengan baik-baik?” ucapku sambil menahan emosi. Kulihat orang-orang disekitarku mulai memperhatikan kami. Tapi aku tidak peduli. Sudah cukup gadis ini mendiamkanku dari kemarin. Baru aku akan meneruskan ucapanku, jina menegakkan kepalanya.
“apa sudah ada orang yang memberitahu seberapa menyebalkannya dirimu?”
“eoh?” hanya itu yang bisa kuucapkan. kalimat itu sukses membuatku speechless.
Jina`s POV
“apa yang terjadi padaku sama sekali bukan urusanmu. Dan kau jangan terlalu percaya diri. Aku kesal dengan kejadian kemarin? Kejadian yang mana? Aku bahkan sudah tidak ingat lagi. Untuk apa aku memikirkannya? Seperti tidak ada kerjaan lain saja.” Ucapku setengah emosi. Apa-apaan pria ini. Dari kemarin selalu saja sukses membuatku darah tinggi.
Sebenarnya kepala ku sakit. Sangat. Pasti gara-gara aku kurang tidur akhir-akhir ini. Ditambah lagi aku belum makan dari pagi.
“kau kenapa? Wajahmu agak pucat.” Tanyanya. Heol. Sekarang dia malah sok perhatian padaku.
“makanan datang.” Ucap Sunhee yang baru saja datang bersama jongsuk membawa makanan yang anehnya sama sekali tidak menarik minatku.
“aku ingin pulang. Makanlah tanpa aku. aku permisi duluan.” Ucapku sembari menyampirkan tasku.
“eh? Kenapa? Kau belum makan. Kau harus makan. Nanti kau sakit. Apalagi kau sedang banyak pikiran seperti itu.” Ucap sunhee dengan nada khawatir. Tapi tak kuhiraukan dia. Aku hendak beranjak pergi. Tapi woobin menahan tanganku.
“makanlah terlebih dahulu baru kau pulang. Duduklah. Aku tidak tahu kau sedang ada masalah apa, tapi membiarkan perut kosong tidak baik untuk kesehatanmu. Makanlah dulu.” Ucap pria ini perhatian. Baru aku akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba aku limbung. Aku langsung menggenggam erat tangan woobin yang tadi menahan tanganku. Woobin yang melihatnya langsung memegangku agar aku tidak jatuh.
“kepalaku sakit. Aku ingin pulang. Aku ingin istirahat.” Ucapku tegas. Aku sangat ingin pulang dan tidur untuk istirahat. Aku sangat membutuhkan itu sekarang.
“biar aku yang mengantarmu pulang.” Ucap sunhee yang terlihat sangat khawatir melihatku.
“maaf, oppa. Aku akan mengantar pulang jina sekarang.” Tambah sunhee kepada woobin dan jongsuk
“ah, aku mengerti. Kau butuh bantuan?” Tanya jongsuk
“aniyo. Gwenchana. Aku bisa sendiri. Bukankah tadi oppa bilang kalau oppa ada rapat skripsi dengan dosen oppa? Aku tidak ingin merepotkan.” Ujar sunhee
“iya, tapi…”
“aku ingin pulang. Sekarang.” Ucapku memotong percakapan mereka yang terasa sangat panjang buatku.
“ayo.” Ucap sunhee akhirnya. “maaf oppa. Kami duluan.” Aku pergi dari kantin sambil dipegangi oleh sunhee.
Woobin`s POV
Dia terlihat sakit. Aku panik. Aku bingung harus berbuat apa. aku paling tidak bisa menangani orang sakit. Tapi aku ingin membantunya. Setidaknya mengantarnya pulang dan memastikan bahwa gadis itu akan sampai dirumah dengan selamat.
“aku bisa mengantar kalian pulang.” Tawarku . tapi tiba-tiba handphone ku berbunyi menandakan ada telepon masuk. Appa. Aku memandang kedua gadis itu ragu.
“gwenchana, oppa. Aku bisa sendiri mengantarkan jina. Akan aku pastikan jina sampai dirumah dengan selamat, oppa. Kau tidak perlu khawatir.” Ucap sunhee seperti bisa membaca pikiranku. Akhirnya aku mengangguk lemas. Mereka pergi. Aku mengutuk ayahku yang menelepon disaat yang tidak tepat. Ah, bukan saatnya menggerutu.
“yeoboseo, appa? Ada apa?” tanyaku setelah mengangkat teleponku.
“woobin-a, kau sedang sibuk?” Tanya appa.
“aniyo. Wae?”
“aku ingin makan siang denganmu. Sekalian ada yang ingin appa bicarakan denganmu. Kau bisa?”
“ah, ne appa. Aku bisa. Aku kesana sekarang.” Ucapku sembari menutup telepon. Kulihat jongsuk sedang menatapku bingung.
“eothokhe? Makanan ini jadi mubazir.” Ucapnya.
“aku akan makan dengan ayahku.” Ucapku sembari mengambil tasku dan berdiri.
“eoh? Lalu bagaimana denganku dan makanan ini?”
“kau makan sendiri saja atau ajak saja wanita-wanita itu.” Ucapku sembari menunjuk beberapa wanita yang duduk tidak jauh dari meja kami. Aku langgsung pergi meninggalkan jongsuk sendirian di kantin dan pergi ke SHINSEGAE. Tempat ayahku berada.
At SHINSEGAE
Aku memarkinkan kendaraanku dan langsung menuju ke restaurant dimana ayahku sudah menunggu.
“apa appa sudah menunggu lama? Maaf, tadi jalanan agak macet.” Ucapku pada ayahku
“tidak. Tidak terlalu lama. Pesanlah makanan. Kita akan bicara setelah makan.”setelah itu aku memesan beberapa makanan dan langsung menyantapnya seperti perintah ayahku. Tidak banyak yang kami bicarakan selagi makan. Hanya seputar kemajuan SHINSEGAE akhir-akhir ini dan tentang rencana proyek baru yang akan dikerjakan dengan bekerja sama dengan perusahaan lain. setelah makan, appa mulai bicara tentang maksud sebenarnya memanggilku kesini dan bukan membicarakan ini dirumah saat makan malam. Sepertinya serius.
“woobin-a, sebentar lagi kau lulus kuliah. Itu artinya aku akan segera mewariskan perusahaan padamu.” Ucap appa memulai. Aku diam menunggu kelanjutannya.
“kau juga sudah sering membantu appa mengurus perusahaan sebagai latihanmu. Dan appa pikir kau sudah bisa mengurus perusahaan dengan baik.” Lanjutnya.
“aku berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan karena aku memang berniat meneruskannya, appa.” Ucapku
“tapi, aku tidak bisa pensiun dan memberikan perusahaan begitu saja kepadamu.” Kalimat appa selanjutnya membuatku begitu terkejut. Baru saja aku mau mengajukan protes, appa mengangkat tangannya menandakan dia tidak ingin kalimatnya dipotong. Jadi aku memutuskan untuk diam dan menunggu kalimat appa selanjutnya.
“tidak dengan keadaanmu sekarang.” Ucapan appa semakin mebuatku bingung.
“aku ingin kau menikah terlebih dahulu sebelum duduk di kursi direktur perusahaan.” Ucapan appa membuatku Bagai tersambar petir. Apa?! menikah?! punya pacar saja tidak. Bagaimana aku bisa menikah?! apa appa sedang mempermainkanku?
“appa. Apa kau sedang bercanda? Menikah? pacar saja tidak punya. Bagaimana bisa aku menikah? appa sedang bercanda, ya?” ucapku dengan nada tidak percaya
“tidak. Aku sedang tidak bercanda. Dan soal calon, itu yang akan kita bicarakan. Aku ingin menjodohkanmu dengan adik kolega appa.” Ujar appa dengan nada tenangnya
“menjodohkanku?” omong kosong apa lagi ini?
“dengarkan appa dulu. Appa ingin menjadikan putri kilton corp sebagai menantu appa. Karena itu, appa menawarkan sebuah perjodohan dengan direkturnya saat ini, Kakak calon istri mu.  dan dia menyetujuinya. Karena itu pula, appa memberikan persyaratan untukmu. Dan juga adikmu.” Appa menggantung ucapannya sebentar. Sedikit memberi ku waktu untuk berpikir. Penawaran? Penawaran apa? dan kenapa membawa nama adikku segala?
“appa hanya punya dua anak laki-laki. Kau dan jin woon. karena itu, penawaran ini berlaku untuk kalian. Bagi siapapun diantara kalian berdua yang menjadi suami putri kilton corp, akan aku jadikan pewaris perusahaan.” Ucap appa . APA?! penawaran macam apa itu?
“jadi kalau aku menolak perjodohan ini aku tidak akan menjadi penerus phantom corp?” tanyaku
“begitulah. Karena kupikir tidak adil kalau kalau aku tidak memberikan kesempatan kepada adikmu untuk menjadi pewaris, meskipun adikmu sama sekali tidak berminat untuk mengurus perusahaan, maka aku memberikan penawaran ini. Bagaimana? Lagipula kau tidak punya pacar kan? Jadi kupikir tidak ada masalah.” Ucap ayah meyakinkan. Aku berpikir sejenak. Bertahun-tahun aku berusaha keras agar aku bisa menjadi penerus ayah dan sekarang kesempatan itu bisa hilang begitu saja hanya karena aku menolak dijodohkan? Jangan bercanda. Aku menatap ayahku dengan tatapan meyakinkan
“aku tahu kau tidak akan menolak. Lagipula, kupikir kau pasti menyukai calon istrimu ini. Dia sangat cantik, kau tahu?” huh. Cantik? Cantik itu relative. Sampai sekarang baru satu wanita saja yang aku anggap cantik selain ibu kandungku dan nunaku.
“aku punya fotonya.” Ujar appa sembari memberi selebar foto yang membuatku kaget setengah mati melihat siapa yang ada di foto itu.
“namanya han jina. Putri perusahaan kilton corp. kalau tidak salah dia satu kampus denganmu. Apa kau mengenalnya?”
“ne, appa. Aku mengenalnya.” Ucapku penuh arti. Akhirnya aku punya cara untuk mendekatimu, han jina. Aku bahkan bisa membuatmu menjadi milikku selamanya. Batinku.
Cheongdam-dong, gangnam-gu
Kim`s home
Setelah menerima penawaran appa, aku langsung pulang kerumah karena appa ada rapat setelah itu.
aKu langsung berbaring di kamarku dan mulai mengingat-ingat kembali pembicaraanku dengan appa tadi.
“appa dan kakaknya jina sedang merencanakan pertunangan kalian. Appa akan segera memberitahumu kapan waktunya”
Ucapan appa terakhir masih terngiang-ngiang dikepalaku. Tidak kusangka, aku bahkan akan berstatus sebagai tunangannya sebentar lagi. Apa jina tahu tentang perjodohan ini?
Aku langsung teringat dengan keadaannya siang ini. Dia terlihat begitu depresi. Dan jina bilang tidak ada hubungannya dengan kejadian kemarin. Apa itu artinya jina kesal dengan perjodohan ini? Apa ia akan menolak dijodohkan denganku? Tapi melihat sikapnya padaku, tidak terlihat dia kesal denganku. Apa jangan-jangan dia tidak tahu bahwa dia akan dijodohkan denganku?
Aaah.. molla. Aku pusing. Daripada memikirkannya, lebih baik aku menanyakannya langsung.
TBC
So, how about it? Chapter 3 bersambung disini. Dan aku perlu comment buat tahu apa yang kurang dan apa yang perlu aku tambahin buat cerita ini. Wait for the next chapter, okey? ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar