THE
STORY OF MY LIFE
Author
: Alice Abbys
Cast
:
1. Han jina
2.
Kim
woobin
3.
Kim
sunhee
4.
Lee
jongsuk
5.
Shin
won ho
6.
Kim
jongin
7.
Kim
taemin
8. Choi hyunji
Genre
: romance
Rating
: PG-15
Length
: chaptered
Annyeong, readers. Chapter 2 sudah datang.. like usual, RCL
please
Chapter 2
“Kita selalu mempunyai alasan untuk membenci seseorang tapi kita
tidak pernah mempunyai alasan untuk menyukai seseorang.”
Dongguk university,
seoul south korea
Tuesday, May 06, 2014
, 12.30 pm
Woobin`s POV
Aku sedang berjalan tanpa tujuan di kampus. Aku tidak ada
kelas lagi karena tinggal mengurus skripsi. Hari ini pun tidak ada janji
bertemu dosen manapun. Singkatnya, aku nganggur. Kenapa aku ada di kampus?
Pertanyaan mudah. Jawabannya karena aku ingin bertemu jina. Aku sudah sadar
kalau aku tertarik dengannya. Dan aku ingin mencari tahu lebih jauh sampai
sejauh mana rasa ketertarikanku ini.
Tapi dari tadi aku merasa ada yang aneh dengan tatapan
orang-orang disekitarku. Memang sudah biasa aku diperhatikan oleh para wanita
yang ada dikampus. tapi khusus hari ini, bukan Cuma para mahasiswi, para
mahasiswapun juga memperhatikanku. Apa ada yang salah denganku hari ini?
“yo, brother!”. Aku sedikit terkejut melihat Jongsuk yang
tiba-tiba datang entah dari mana. Ternyata Aku terlalu banyak melamun.
“apa? kau tidak ada kelas?” tanyaku ketus.
“eeii.. kenapa kau ketus begitu?” aku heran melihat
cengirannya yang mencurigakan itu. Aku diam menunggu Jongsuk melanjutkan
ucapannya.
“hei, apa kau tertarik dengan jina? Semua mahasiswa sedang
membicarakan kalian karena kemarin kalian terlihat mengobrol di perpustakaan.
Semua kaget karena tiba-tiba wanita dan laki-laki yang paling terkenal dikampus
sedang mengobrol. Padahal semua tahu kalau sebelumnya kalian tidak saling
mengenal.” Mengobrol? jina bahkan sama sekali tidak membalas sapaanku kemarin
dan mereka bilang kami mengobrol? Huh mengingat kejadian kemarin, entah kenapa
aku mulai emosi lagi.
“apa sangat terlihat kalau aku tertarik dengannya?” tanyaku
heran.
“OMO! Kau benar-benar tertarik? Astaga! Laki-laki dengan
sikap paling dingin ini tertarik dengan seorang wanita? Hahahahaha” aku kesal
melihat jongsuk yang malah mentertawakanku. Baru saja aku ingin menendang kaki
laki-laki menyebalkan ini, tiba-tiba dia berhenti tertawa dan tersenyum
memandang kedepan. Bingung dengan sikapnya, aku melihat kearah yang dilihat
Jongsuk. Jina. Ada Jina didepan sana. Dia sedang duduk dibawah pohon bersama
dengan temannya yang kulihat kemarin di taman kampus.
“ayo kesana!” aku terkejut mendengar perkataan jongsuk yang
menurutku absurd. Belum selesai
dengan keterkejutanku, Jongsuk langsung menarik lenganku menuju kearah taman.
Astaga!
“hai, ladies!”sapa Jongsuk. Aku bisa melihat bahwa Jina dan temannya itu
terlihat terkejut dengan kedatangan kami. Aku sendiri terkejut melihat Jina
dari jarak sedekat ini. Dia, cantik seperti biasa. Wajahnya yang cantik dengan
make-up tipisnya, rambutnya yang agak ikal dan panjang dijalin longgar,
hot-pants diatas lutut dipadukan dengan kaus longgar yang ditutupi cape panjang
dan sepatu boots pendek membuatnya seperti boneka.
“Kalian …?” Tanya temannya kepada kami.
“lee jongsuk imnida. Dan ini Kim woobin. Kami anak semester
8. Sedang sibuk mengurus skripsi. Kami tertarik dengan kalian. Kami ingin
mengenal kalian. Hehe..” pernyataan Jongsuk justru terlihat seperti rayuan
ditelingaku. Aku pikir Jina juga pasti berpikir seperti itu melihat ekspresinya
yang seperti terganggu dengan kehadiran kami.
“ah..park sunhee imnida. Dan ini temanku, han Jina. ah, aku
pikir sunbae sudah tahu Jina. Kami anak semester 2. Salam kenal, Jongsuk
sunbae.” Teman jina yang menjawab pertanyaan jongsuk. Sedangkan Jina hanya
diam. Baru aku ingin membuka suara, aku terkejut mendengar apa yang dikatakan
Jina.
“aku mau pulang. Sunhee-a, ayo pergi.” Kulihat Jina mulai
membereskan barang-barangnya dan berdiri hendak pergi. Dan itu membuatku kesal.
“apa itu sikapmu terhadap orang yang ingin berteman
denganmu?” entah apa yang kupikirkan, tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu
saja dari mulutku. Dan sepertinya tidak bisa kuhentikan lagi.
“apa yang kau pikirkan tentang orang-orang disekitarmu? Kau
selalu terlihat tidak suka dengan semua orang yang ada disekitarmu. Kau tidak
pernah menunjukkan ketertarikanmu terhadap orang lain. Apa kau ini manusia?
Bukankah yang namanya manusia selalu membutuhkan orang lain?” astaga. Aku tidak
tahu kenapa aku bisa bicara seperti itu. Tapi aku benar-benar kesal dengannya.
“kau pikir dirimu itu siapa sampai-sampai seperti merasa
tidak membutuhkan orang lain? Sikapmu itu sangat menyebalkan, kau tahu?!”
Jina`s POV
“Sikapmu itu sangat menyebalkan, kau tahu?!”. Ucap laki-laki
yang kalau tidak salah bernama Woobin.
Apa?! aku menyebalkan? Mereka yang mengajak kami kenalan
kenapa kami yang dianggap menyebalkan?
“excuse me, sunbae. Kalau sunbae tidak tahu, yang
menyebalkan justru kalian. Kalian datang tiba-tiba dan merayu dua adik kelas
Sunbae sendiri disaat kalian bilang kalau kalian sedang sibuk dengan skripsi.
Bagiku itu sangat menyebalkan. Karena aku pikir, sunbae pasti hanya ingin
menjadikan kami pengisi waktu luang disaat sunbae sedang stress karena skripsi
bukan? Dan itu sama saja dengan menjadikan kami mainan. menyebalkan”. Bentakku
mengeluarkan segala emosi yang ada padaku. Astaga. Sepertinya ini adalah emosi
yang selama ini kusimpan. Dan aku mengeluarkan semuanya sekaligus pada satu
orang.
“dan aku tidak mau dijadikan mainan oleh siapapun. Karena
itu, lebih baik aku pergi sekarang” lanjutku. Baru saja aku melangkah,
tiba-tiba laki-laki ini mencengkram tanganku dengan cukup kuat. Membuatku
sedikit meringis kesakitan.
“apa itu yang selalu ada dipikiranmu tentang orang lain? apa
semua orang sama di dalam otakmu? Apa kau tahu bagaimana perasaan orang kalau
tahu apa yang ada didalam pikiranmu?” apa-apaan orang ini? Menyebalkan sekali.
Tanpa perlu menjawabnya, aku langsung menarik kembali tanganku dari
cengkramannya dan berjalan dengan langkah kaki seribu meninggalkannya. Kulihat
sunhee bicara sedikit kepada dua orang itu dan langsung mengejarku yang
berjalan kearah parkiran.
Woobin`s POV
Sepertinya kalimatku benar-benar keterlaluan. Aku bisa
melihat ekspresi terkejutnya karena ucapanku yang anehnya justru terlihat lucu
dimataku. Dia langsung menarik lengannya dari genggamanku dan pergi dengan
cepat meninggalkan kami.
“maaf sunbae, kami pergi duluan.” Pamit temannya yang
bernama Sunhee dan langsung pergi menyusul Jina. anehnya, aku baru sadar kalau
dari tadi jantungku tidak bisa berhenti berdebar-debar. Mulai dari saat aku dan
Jongsuk menghampiri Jina dan Sunhee, saat melihat jina yang akan pergi tanpa
memberi salam, bahkan saat aku mencercanya dengan kalimat tidak sopanku tadi.
“kau kurang ajar sekali, Woobin-a. Mencerca Jina dengan
kalimat tidak sopanmu tapi dengan wajah merah seperti kepiting rebus karena
malu berdekatan dengan Jina. Ckckck” sial. Jongsuk menyadarinya. Wajahku merah?
Apa ketahuan kalau aku sedang berdebar-debar? Karena gengsi, aku langsung
memasang poker face-ku yang biasa agar tidak ketahuan oleh Jongsuk.
“kurang ajar? Mungkin. Tapi aku puas.” Ucapku sebelum pergi
kearah parkiran dan memutuskan untuk pulang kerumah.
“wah, ice prince mode-on. Seringaian mu sangat mengerikan.
Bikin aku merinding saja.” Ucap Jongsuk yang langsung menyusulku yang sudah
berjalan duluan mendahuluinya.
Jina`s POV
Menyebalkan. Menyebalkan. Menyebalkan. Cuma satu kata itu
saja yang paling tepat menggambarkan sikap laki-laki tadi. Apa-apaan itu. Dia
mengucapkan kalimat tidak sopan pada orang yang baru pertama kali bicara
dengannya seakan-akan dia sudah kenal lama denganku.
“jina-a!” aku mendengar seruan Sunhee yang ternyata sedang
berlari kecil kearahku.
“kau baik-baik saja? Aku tahu kau kesal dengan ucapan sunbae
tadi. Tapi aku mohon jangan merusak wajahmu dengan ekspresi menakutkan seperti
itu. jina-ku yang cantik jadi berubah menjadi devil-Jina. Dan itu sangat
menyeramkan, tahu!” cecar Sunhee saat sudah tiba didepanku.
“siapa sih dia? Menyebalkan sekali.”
“maksudmu Woobin sunbae? Pangeran kampus kita?”
“pangeran? Laki-laki seperti iblis itu kau panggil pangeran?
Kau pasti bercanda!” ucapku tak percaya.
“bukan aku yang memanggil seperti itu. Tapi semua wanita
yang ada di kampus ini memanggilnya seperti itu. Dia adalah laki-laki idaman
semua wanita. Wajahnya tampan. Orang kaya. Pintar. Benar-benar seperti
pangeran. Tapi dia cuek. Tidak pernah tersenyum, selalu memancarkan aura dingin
seperti tidak ingin didekati. Tapi sifatnya yang seperti itu yang justru
digemari semua wanita di kampus kita.” Sunhee menjelaskan panang lebar tentang
laki-laki itu-Woobin-sepanjang perjalanan pulang di mobil. Aku menyesal
bertanya padanya tadi. Karena aku tahu kalau sunhee tidak akan berhenti sebelum
dia puas.
“kau tahu, perusahaannya adalah perusahaan sainganmu lho.
Phantom corp.pemilik SHINSEGAE. Mall tereksklusif di Korea. Tempat barang
dengan merek terkenal skala dunia dijual. Dan kudengar dia akan menjadi pewaris
perusahaan itu. Keren kan?”
“huh. Aku sama sekali tidak tertarik.” Ucapku ketus. Aku
menghidupkan radio dimobilku dan memutar lagu dengan volume yang agak besar
agar suara Sunhee tidak dapat kudengar lagi. Semua hal menjadi terasa
menyebalkan saat disambung-sambungkan dengan laki-laki bernama Woobin itu. Aku
tidak ingin bertemu dengannya lagi.
Han`s home
Apgujeong-dong,
gangnam-gu ,3 pm
Setelah aku mengantar Sunhee kerumahnya, tanpa mampir
seperti biasanya, aku langsung pulang kerumah. Aku ingin mandi air hangat
karena rasanya capai sekali. kuparkir asal mobilku dan aku langsung masuk
kedalam rumah.
“I`m home.” Seperti
biasa. Aku lebih sering menggunakan bahasa inggris di rumah karena sudah terbiasa
dari kecil. Aku lahir di Korea karena saat itu ayahku sedang mengurus
perusahaan di Korea. Tapi saat umurku satu tahun, kami sekeluarga pindah ke
Amerika. Lebih tepatnya kembali kesana. Karena orang tuaku sudah menetap di
Amerika sejak mereka menikah.
“Welcome home” . aku mendengar seseorang menjawab salamku.
huh?!. Aku tidak salah dengar kan. Suara ini,
“kau sudah pulang, Jina-a? Bagaimana kuliahmu hari ini?”
Gil. Han Gilbert. Kakakku.
“Gil? Gil oppa? oppa sudah pulang?” aku langsung berlari
kegirangan dan memeluk kakakku itu. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.
Terakhir kali kakak pulang, mungkin sekitar 3 bulan yang lalu.
“I miss u so much, Jina-a.” Gil mencium keningku dan
memelukku erat. Kubalas pelukannya
“I miss u to. When did you get home? Why you didn`t call me
first? Apa kau pulang karena urusan pekerjaan?” tanyaku bertubi-tubi setelah
melepaskan pelukan kami.
“Itu salah satu alasannya. Tapi alasan utamanya, aku sangat
merindukan adik kecilku ini. Hehe. Lagipula aku ingin memberi kejutan untukmu.
Karena itu aku tidak memberitahumu dulu. Mandilah. Setelah itu kita makan
bersama. Mom sebentar lagi pulang. Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian
berdua” ucap Gil tiba-tiba dengan wajah serius.
“ada apa? sepertinya serius sekali.” tanyaku penasaran
“kau akan tahu nanti.” Ucapnya dengan nada santai tapi
membuatku makin penasaran. Aku langsung menuju kamarku, melempar tasku,
mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.
Selama mandi, aku banyak berpikir menebak-nebak kira-kira apa yang akan
disampaikan kakakku itu.
Wajahnya serius sekali tadi. Apa ada hal yang gawat? Apa ada
hubungannya dengan perusahaan? Jangan-jangan perusahaan bankrupt? Ah, tidak
mungkin. Kutepis hal negative itu dari pikiranku. Bisa saja ini adalah berita
bahagia. Apakah Gil akan menikah? Wah, bisa saja.
Kutepis semua imajinasiku sambil keluar kamar setelah mandi
dan berjalan menuju ruang makan. Kulihat Mom sudah pulang dan sudah berganti
pakaian dan sedang duduk bersama Gil di meja makan. Aku langsung ikut bergabung
dengan perasaan sedikit bahagia karena sudah lama kami tidak makan bersama
seperti ini.
“ehem.” Tiba-tiba Gil berdeham memberi tanda kalau dia akan
mulai membicarakan hal yang ingin dia sampaikan.
“Jina-a, kau sudah 19 tahun.” Ucap Gil memulai pembicaraan
yang membuatku sedikit bingung.
“aku? ya, begitulah. Memangnya ada apa?” tanyaku penasaran
kemana arah pembicaraan ini. Kulihat wajah Mom tenang-tenang saja dan tidak
menunjukkan ekspresi apapun. Biar kutebak, Mom sudah tahu apa yang ingin disampaikan
oleh Gil. Dan aku menunggu Gil melanjutkan kalimatnya.
“itu artinya kau sudah memasuki usia diperbolehkan menikah.”
.
.
.
“Eoh?” aku merasakan firasat buruk.
“Aku ingin kau menikah, Jina-a.”
Kata-kata terakhir yang diucapkan Gil membuat duniaku terasa
berhenti berputar. Menikah? Menikah?! MENIKAH?! Apa Gil sudah gila?
TBC
EOtte? Chapter 2 berakhir disini. Aku minta maaf tentang
typo. Namanya aja manusia, pasti tidak luput dari kesalahan. Dan aku masih
mengharapkan RCL-nya. Wait for the next chapter, okey?? ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar