THE
STORY OF MY LIFE
Author
: Alice Abbys
Cast
:
1. Han jina
2.
Kim
woobin
3.
Kim
sunhee
4.
Lee
jongsuk
5.
Shin
won ho
6.
Kim
jongin
7.
Kim
taemin
8. Choi hyunji
Genre
: romance
Rating
: PG-15
Length
: chaptered
Konnichiwa, minna-san.. chapter 4 telah hadir.
Siapa yang menunggu kelanjutan cerita acungkan tangan kalian. Hehe.. RCL-nya,
please. ^_^
CHAPTER 4
Love
is if you allow your love for another people. Love is easy
Author`s POV
Thursday, may 7 2014
han`s home 7.30 am
Suasana rumah begitu sepi. Tepatnya diruang makan itu. Hanya
ada nyonya sharon dan jina yang sedang sarapan dalam diam. Tanpa ada satupun
yang berniat membuka percakapan, pada awalnya. Sampai jina mulai membuka suara.
“eng, mom..” ucap jina ragu. Dia masih merasa begitu
bersalah atas apa yang diucapkannya tempo hari pada eomma nya. Dan situasi
seperti ini membuatnya merasa semakin bersalah.
“ya? Ada apa, sweety?” Tanya nyonya sharon lembut.
Menandakan dia tidak marah yang justru membuat
perasaan bersalah jina semakin besar.
“eng, aku ingin minta maaf, atas.. atas ucapanku tempo hari.
Aku rasa ucapanku sedikit keterlaluan. Aku..” ucap hina terbata-bata.
“tidak apa-apa, sayang. Mom bisa mengerti kenapa kau sampai
bicara begitu. Mom juga merasa bersalah karena tidak bisa membantumu mengubah
keputusan kakakmu.” Ucap nyonya sharon lembut. Jina mulai merasa tenang
mendengar jawaban eomma nya.
“eng, soal perjodohan itu..” belum sempat jina melanjutkan
kalimatnya, Gilbert datang dan menginterupsi ucapannya.
“aku sudah membuat rencana pertemuanmu dengan calon
tunanganmu. Malam ini kita akan makan bersama keluarga kim.” Ucap gil tiba-tiba
sembari duduk bergabung di meja makan.
“apa? malam ini? Oppa, aku bahkan belum bilang kalau aku
setuju dengan perjodohan ini. Kenapa oppa malah seenaknya saja membuat rencana
ini dan itu? Ini tidak adil.” Ucap jina mulai emosi.
“jina-ah, jaga nada bicaramu didepan orang yang lebih tua
darimu. Aku tidak mau nanti kau malah bersikap tidak sopan didepan keluarga
kim. Jangan sampai kau membuat malu keluarga ini.” Ucap gilbert
“ap-..”
“dan tentang perjodohanmu, oppa tahu apa yang terbaik
untukmu. Dan menurut oppa pria yang akan dijodohkan denganmu ini adalah yang
terbaik untukmu.” Ucap gil. Lagi.
“oppa!” seru jina.
“jina, tolong dengarkan kakakmu sampai dia selesai bicara.”
Ucap nyonya sharon membela gilbert.
“mom. Kenapa mom malah membela gil oppa?! Apa mom
benar-benar ingin aku menikah dengan orang yang bahkan tidak aku kenal sama
sekali?” seru jina mulai frustasi.
“kalau mom boleh jujur, mom sangat setuju tentang perjodohan
ini. Karena mom rasa pria ini adalah pria yang tepat buatmu.” Ucap mom.
“jina, mom ingin kau mencobanya dulu. Mom ingin kau menjalin
hubungan dulu dengannya. Kalau kau benar-benar tidak bisa, mom bisa membatalkan
perjodohan ini. Tapi mom mohon padamu, tolong kau jalani dulu perjodohan ini.”
Ucap mom tegas.
“kalau aku bilang ini dari awal, aku yakin kau tidak bisa
menolaknya.” Ucap gil.
“apa?” Tanya jina bingung.
“bukankah aku sudah bilang, kilton corp dan phantom corp
sedang bekerja sama membuat aparteman. Dan proyek bersama ini akan berjalan
terus ke bidang lainnya karena kau akan dijadikan menantu mereka. Singkatnya,
ini kesempatan besar untuk memperluas asset milik perusahaan. Dan sudah pasti
akan sangat merugikan jika perjodohan ini dibatalkan.” Ucap gilbert.
“singkatnya, nasib kilton corp agar tidak mengalami kerugian
ada ditanganmu, jina” tambah nyonya sharon yang membuat jina jadi mengerti
kenapa kakak dan eomma nya sangat memaksakan perjodohan ini. Membuatnya dengan
amat sangat terpaksa mengangguk lemah menandakan jina setuju untuk dijodohkan.
“aku mengerti.” Hanya itu yang jina katakana sebelum dia
beranjak dari meja makan dan pergi.
“apa benar ini yang terbaik, gil? aku merasa sangat bersalah
pada jina.” Ucap nyonya sharon memelas pada gilbert.
“aku harap begitu, mom. Trust me, okey?” jawab gilbert
meyakinkan nyonya sharon. Nyonya sharon sendiri hanya mengangguk setuju.
Raina café,
apgujeong-dong, gangnam-gu
Jina`s POV
Kuparkir ferarri F360 Spider-ku di pelataran parkir raina
café. Salah satu café langgananku yang dekat dari rumah. Hari ini aku tidak ada
jadwal kuliah, tapi aku malas dirumah. Jadi saat keluar dari rumah tadi, aku
langsung menghubungi sunhee untuk menemuiku disini.
Kumasuki café tersebut dan memilih tempat duduk dipojok
dekat jendela seperti biasa. Aku langsung memesan cheese cake dan mochaccino
pada pelayan. Sembari menunggu, kukeluarkan handphone ku yang bergetar di dalam
tas. Ternyata pesan dari gil.
From : gil oppa
Subject : nanti malam
Nanti malam kita akan makan malam dengan keluarga kim di
Ritz Carlton Hotel jam 7. Aku akan ada dikantor sampai sore. Tapi Aku akan
menjemputmu jam 6 dirumah. Berdandanlah yang cantik, oke?
Aku membacanya dan berpikir sejenak. Lalu mulai mengetik
balasannya.
To : gil oppa
Subject : aku akan bawa mobil
Gwenchana, oppa. Aku akan berangkat sendiri kalau oppa
sibuk. Berangkatlah duluan bersama mommy. Aku akan bawa mobil sendiri. Ne, aku
akan berdandan cantik untuk oppa. ^_^
Aku mengirim balasannya pada gil dan hendak memasukkan
kembali handphoneku kedalam tas saat aku baru ingat sesuatu. Dan aku keluarkan
kembali handphone ku.
To: gil oppa
Subject: nugu?
Oppa, aku baru ingat. Aku belum menanyakan siapa yang akan
dijodohkan denganku. Beritahu aku. tidak mungkin aku mengenalkan diri pada
calon suami yang namanya tidak kuketahui bukan?
Aku menunggu balasan dari gil oppa. Tapi nihil. Gil tidak
membalasnya. Akhirnya aku menyerah dan memasukkan handphone ku sembarangan
kedalam tas saat kulihat sunhee yang memasuki café. Kulambaikan tanganku agar
sunhee melihatku. Kulihat sunhee mendekatiku.
“morning, princess. How are you today? Didn`t frustration
anymore?” sapa sunhee sembari duduk dikursi didepanku.
“apa sekarang kata frustasi sudah cukup melekat pada
image-ku, eoh?” jawabku jahil padanya.
“wah wah wah, apa yang kulewatkan?”
“tidak banyak. Sepertinya aku akan memutuskan untuk
menyetujui perjodohan ini.” Ucapku santai.
“jinjja? Kau benar-benar setuju? Apa yang terjadi?” Tanya
sunhee penasaran setelah memesan makanan dan minuman bersamaan dengan datangnya
makanan dan minuman yang kupesan
“kami bicara. Aku, mom, dan gil. Kami berdebat, dan aku kalah.”
Ucapku sambil menyesap mochaccino yang kupesan. Setelah itu aku menceritakan
percakapanku di ruang makan tadi.
“ah, begitu ya. Jadi malam ini kau akan bertemu dengan calon
tunanganmu itu? Ngomong-ngomong, siapa yang akan dijodohkan denganmu? Kau belum
memberitahuku.” Tanya sunhee
“soal itu, aku masih belum tahu.” Jawabku seadanya
“kenapa kau belum tahu? Apa kakakmu tidak memberitahumu?”
“tidak. Dan aku lupa bertanya. Kami, lebih sibuk berdebat
sepertinya.”
“bahkan asal-usulnya kau tidak tahu? Bukankah calonmu itu
kolega kerja kakakmu? Nama perusahaannya?”
“eng… aku lupa.” Jawabku. Aku memang lupa apa namanya. Aku
terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara membatalkan perjodohan ini
sampai-sampai tidak terlalu mendengarkan omongan gil.
“huh. Kau ini bagaimana sih. Masa kau tidak tahu siapa calon
tunanganmu sendiri. Ada-ada saja. Jadi, kau sudah menyiapkan apa yang akan kau
pakai hari ini?” Tanya sunhee
“belum. Belum aku pikirkan” ucapku.
“kau ini bagaimana sih. Kalau begitu, ayo kita shopping.”
Ajak sunhee
“kau mau menemaniku? Kalau begitu ayo kita ke COEX MALL.”
Ucapku
“tentu saja aku akan menemanimu. Ah, daripada ke mall
milikmu, bagaimana kalau kita ke SHINSEGAE saja? Sekali-kali ketempat dimana
kau harus membayar. Kalau ke mall milikmu, kita kan tidak perlu membayar. Untuk
apa punya uang banyak kalau tidak digunakan?” tawar sunhee
“terserah kau. Aku ikut saja. Sekarang habisi dulu makanan
mu.” Ucapku sembari menunjuk kearah makanan yang dipesan sunhee sudah tiba.
Dongguk university, 9
am
Woobin`s POV
Sudah tiga kali aku mengelilingi kampus untuk mencari gadis
itu. Jina-ku. Jina-ku. Aku kaget
dengan pemikiran yang tiba-tiba terlintas itu. Jina-ku? Sejak kapan aku
menambahkan akhiran seposesif itu pada gadis yang bahkan belum kukenal lebih
dari seminggu.
Tapi gadis itu adalah calon istriku. Jadi wajar saja kalau
aku menganggap dia adalah milikku kan? Oke. Ini bukan saatnya memikirkan itu.
Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin bicara dengannya. Aku ingin lebih
dekatnya. Karena dari awal kami bertemu, kami belum sempat bicara santai.
Terakhir kali bicara kemarin, dia terlihat sakit dan kami tidak berbicara
banyak.
Tapi hari ini, aku sama sekali tidak bisa menemukan batang
hidungnya. apa dia tidak masuk? Apa sakitnya parah? Apa dia baik-baik saja? Aku
jadi mengkhawatirkannya.
Kulewati-lagi- taman tengah kampus dimana aku pernah
melihatnya duduk disana. Tapi nihil. Baru aku akan berjalan ke kantin,
handphone ku berbunyi. Appa meneleponku.
“yeoboseo, appa? “
“woobin-ah, kau sedang sibuk? Appa membutuhkanmu di
SHINSEGAE.”
“aniyo, appa. Aku akan segera kesana.”
Akhirnya aku menyerah untuk mencari jina dan memutuskan
untuk pergi ke SHINSEGAE. Kulajukan Ferrari F430-ku dengan kecepatan 95 km/jam.
Itu masih lambat buatku. Inipun karena jalanan agak macet. Kalau jalanan
lengang, aku pasti sudah melajukan mobilku dengan kecapatn 120 km/jam. Kurang
dari 20 menit aku sudah sampai di SHINSEGAE.
At SHINSEGAE. 9.30 am
Tanpa mampir-mampir lagi, aku langsung menuju ke ruang
manajer, tempat ayahku berada. Kulihat beliau sedang duduk bersama manajer lee
hyuk jae, orang yang dipercayakan ayahku mengurus SHINSEGAE.
“appa, aku sudah datang.” Ucapku yang disambut lambaian
tangan ayahku memberi tanda padaku untuk duduk didepannya.
“woobin-ah, kau sudah tahu lee hyukjae, bukan?” Tanya ayahku
“tentu saja, appa. Aku beberapa kali membantu beliau saat
appa memintaku latihan mengurus perusahaan.” Jawabku.
“beliau manajer hyukjae. Tapi sebentar lagi jabatannya akan
menjadi asisten manajer karena kau yang akan menjadi manajer disini sebelum kau
menduduki jabatan presdir di perusahaan pusat.”ucap appa
“annyeonghaseyo. Lee hyukjae imnida.” Sapa manajer lee. Ah,
asisten lee maksudku.
“annyeonghaseyo. Kim woobin imnida. Kau bisa memanggilku
woobin saja. Dan aku akan memanggilmu hyung. Oke?” ucapku
“ah, ne. saya mengerti.”
10.30 am
Jina`s POV
Aku memakirkan mobilku di parkiran SHINSEGAE dan memasuki
kawasan tempat menjual baju-baju dan sepatu-sepatu dengan merk terkenal
berskala dunia. Tempat ini benar-benar surga belanja bagi orang-orang yang
hobby shopping dari semua kalangan. Bahkan ditempat ini kita bisa dengan mudah
bertemu aktris-aktris yang sedang berbelanja.
Sesekali kulihat handphone ku mengecek apakah gil sudah
membalas pesanku. Masih nihil. Akhirnya ku fokuskan dulu pikiranku untuk
mencari apa yang kupakai untuk nanti malam. Kami berdua berkeliling SHINSEGAE
selama hampir 3 jam.
Akhirnya kami menyerah karena perut kami sudah berteriak
minta diisi. Kami mampir di salah satu restaurant dan memesan beberapa makanan.
Sebenarnya apa yang akan kupakai nanti malam sudah aku dapatkan semua. Tapi
karena sudah lama tidak shopping, kami keliling-keliling membeli apa saja yang
menarik perhatian kami.
“sunhee-ah, kau bisa membantuku berdandan setelah ini?”
tanyaku pada sunhee.
“tentu saja. Akan kubuat kau menjadi wanita paling cantik
agar calon tunanganmu jatuh cinta padamu pada pandangan pertama.” Jawab sunhee
“haha. Gomawo, sunhee-ah.” ucapku.
Woobin`s POV
Aku sedang berjalan mengelilingi SHINSEGAE bersama hyukjae
untuk mempelajari apa yang perlu kuketahui. Sudah tiga jam kami mengelilingi
tempat ini. Tempat ini terlalu luas untuk dikelilingi dalam waktu singkat. Jam
sudah menunjukkan pukul setengah dua siang dan kami belum makan siang.
“hyung, aku lapar. Ayo makan dulu.” Ajak ku sembari menunjuk
sebuah café di arena food court.
“ah, ayo. Aku juga sudah lapar.” Saat aku memasuki café
tersebut, aku kaget melihat apa yang kulihat. Gadis itu. Calon gadisku. Jina.
Dia ada disana. Sedang duduk sambil mengobrol bersama temannya. Dari tadi pagi
aku mencarinya, ternyata dia sedang ada disini? Apa yang sedang dilakukannya
disini? Oh, pertanyaan bodoh. Ini sebuah Mall. Tentu saja dia sedang
berbelanja, woobin pabo.
Aku penasaran apa yang sedang dia bicarakan dengan
sahabatnya sampai-sampai dia tidak menyadari aku yang berjalan melewati meja mereka. Dengan niat
menguping pembicaraan mereka, aku sengaja memilih meja tepat dibelakang mereka.
Untungnya café ini memiliki sekat yang memisahkan setiap meja. Jadi jina dan
temannya tidak akan menyadari bahwa aku yang duduk dibelakang mereka.
“woobin-ssi, kau ingin pesan apa? biar aku yang memesan.”
Tanya hyukjae hyung.
“apa saja. Samakan saja denganmu.” Ucapku asal sembari
menajamkan telingaku untuk mencuri dengar pembicaraan jina.
“dan tidak perlu bicara formal padaku.” Tambahku sebelum
hyukjae hyung pergi.
“jina-ah, kau pasti akan tampil cantik dengan gaun itu.”
Ucap sunhee.
“benarkah? Menurutku biasa saja.” Ujar jina
“eei.. jangan bicara begitu. Aku yakin calon tunganmu akan
terpesona dan langsung jatuh cinta padamu saat melihatmu malam ini. Akan
kupastikan kau tampil memukau malam ini.”ucap sunhee lagi.
“terserah kau saja. Kau sudah selesai? Ayo pulang. Aku ingin
tidur siang.” Ucap jina. Setelah itu mereka berdua berdiri dan pergi.
Gaun? Tampil memepesona? Malam ini? Apa aku boleh berasumsi?
Jina datang ke SHINSEGAE untuk berbelanja gaun yang akan dipakainya malam ini
untuk bertemu denganku? Apa jina setuju untuk dijodohkan denganku? Sepertinya
aku mulai besar kepala.
“woobin-ssi, ah, maksudku woobin-ah. ini makanannya. Ayo
makan”
“ah, ne. hyung. Gomawo.” Setelah itu aku makan sambil tersenyum
dalam hati. Tidak sabar menunggu malam ini.
Han`s home 5.30 pm
Author`s POV
“jina-ah, cepatlah. Ppali. Kau lambat sekali. lihatlah.
Sudah jam segini tapi kau belum siap-siap sama sekali.” oceh sunhee saat jina
baru keluar dari kamar mandi setelah bangun tidur.
“tenanglah. Baru jam segini. Acara dimulai jam jam 7 nanti.
Masih lama.” Ucap jina santai.
“tapi kau sama sekali belum berdandan. Ah, kenapa tadi aku
mengijinkanmu tidur siang?!” ucap sunhee
“tenanglah sunhee-ah. aku yang ada acara kenapa kau yang
panik?”ujar jina. Setelah itu sunhee menghabiskan waktu hampir satu jam untuk
mendandani jina. Jina terlihat mempesona malam ini. Gaun mini berwarna coklat
muda selutut dan highheels 9 cm berwarna
sama. Rambut panjangnya dijalin longgar kesamping. Dan sapuan tipis makeup
diwajahnya membuatnya sangat cantik malam ini.
“biar aku yang menyetir, nanti kau bawa pulang mobilku.”
Ucap jina saat hendak berangkat.
“karena kau sedang terburu-buru dan ini adalah hari yang
penting, akan aku beri izin.” Ucap Sunhee pasrah. Jina hanya tersenyum simpul
sambil mengenakan sabuk pengamannya. Mengendarai mobil dengan kecepatan yang
tidak biasa memang sudah hobi jina dari awal dia bisa mengendarai mobil. Karena
itulah sunhee selalu menemaninya. Agar bisa melarang jina untuk mengebut. Itu
salah satu alasannya. Masih banyak alasan lain yang membuat sunhee harus selalu
‘menempel’ pada jina.
Ritz Carlton Hotel 7
pm
Tidak sampai setengah jam, mereka sudah tiba di Ritz Carlton
Hotel. Kemampuan menyetir jina kali ini sudah membuat rekor baru dari rekor
sebelumnya.
“ini adalah terakhir kalinya aku akan memperbolehkanmu
menyetir. Karena yang selanjutnya aku bisa mati terkena serangan jantung” ucap
Sunhee
“hehe.” Jina hanya tertawa kecil dan langsung memasuki
hotel. Saat keluar dari lift dan hendak berjalan menuju tempat mereka akan
makan malam, jina melihat seseorang yang familiar juga sedang berjalan kearah
ruangan yang akan dituju jina.
“orang itu kan,” belum sempat berpikir lebih jauh, tiba-tiba
handphone jina berbunyi nyaring menandakan ada pesan masuk. Jina yang kaget
langsung terburu-buru mengambil handphonenya dari dalam tas dan membukanya.
Empat pesan masuk. Dibacanya satu persatu pesan tersebut dimulai dari pesan
yang paling baru yang ternyata pesan dari gil yang khawatir karena jina belum
datang. Dua pesan lainnya pun sama. Matanya tiba-tiba terpaku pada pesan
pertama yang ternyata masuk sore tadi saat jina sedang tidur siang.
To : jina
Subject : calonmu
Calon tunanganmu adalah penerus Phantom corp. namanya kim
woobin. Dia satu kampus denganmu. Tapi akan segera lulus.
Sebaris pesan dari gil seperti petir yang menyambar jina.
Jina langsung menoleh ketempat dia melihat woobin tadi. Dan dilihatnya woobin
juga sedang melihat kearahnya.
Woobin`s POV
Sudah hampir jam tujuh dan aku baru sampai di hotel tempat
keluargaku dan keluarga jina akan makan malam. Kalau ternyata keluarga jina
sudah datang dan itu artinya aku terlambat, aku bisa membuat kesan pertama yang
kurang baik pada keluarga jina. Setelah keluar dari lift, aku langsung berjalan
cepat kearah ruangan tempat acara makan malam diadakan.
Aku bisa melihat kalau selain keluargaku, ada dua orang lain
yang sedang mengobrol bersama mereka. Itu pasti keluarga jina. Sial. Aku
terlambat. Tapi aku tidak melihat jina. Apa jina belum datang?
Tiba-tiba aku mendengar suara yang cuku keras dari
belakangku. Aku langsung berbalik dan kaget melihat apa yang kulihat. Dia
disana. Jina. Aku melihatnya yang juga sedang melihatku dengan tatapan..
bingung?
“jina-ah.” panggilku karena jina hanya berdiri diam disana
tanpa bergerak sedikitpun.
Author`s POV
“what are you doing, here?” Tanya jina tiba-tiba tanpa
mengubah ekspresi bingungnya.
“eh?” jawab woobin yang tak kalah bingungnya dengan ekspresi
jina.
“i`m asking you. What are you doing here? Don`t tell me that
you`re the one..” ucap jina. Melihat itu, woobin jadi mengerti.
”yes, i`m your fiancé to be, jina-ah” ucap woobin jelas.
Seketika ekspresi jina menjaadi lebih kaget lagi dari sebelumnya mendengar
jawaban woobin.
“apa kau tidak tahu kalau yang akan dijodohkan denganmu
adalah aku?” ucap woobin lagi. Tapi jina hanya diam terpaku ditempatnya
“woobin-ah” suara seseorang yang tiba-tiba memanggil woobin
membuat woobin dan jina menoleh kesumber suara bersamaan.
“nuna?” ucap woobin memanggil orang yang barusan
memanggilnya.
“kenapa kau ada disini? Kenapa tidak masuk? Dan, siapa gadis
itu?” Tanya yoo ra-kakak perempuan woobin.
“eh, ini.. “ ucap woobin terbata-bata. Bingung bagaimana
harus menjelaskan tentang jina.
“annyeonghaseo, han jina imnida.” Ucap jina memotong
kata-kata woobin. Woobin kaget melihat jina yang tiba-tiba berubah ramah.
Padahal jina masih terlihat bingung satu menit yang lalu
“omo! Jadi kau jina? Aigoo, kau cantik sekali. kenapa kau
berdiri disitu? Ayo masuk. woobin-ah. kau juga ayo masuk.” ucap yoo-ra sembari
menarik lengan jina dan mengajaknyanya masuk.
“eomma, appa, calon menantumu sudah datang.” Ucap yoo-ra
riang setelah mereka masuk keruangan itu.
“annyeonghaseo, han jina imnida. Salam kenal.” Ucap jina
memperkenalkan diri.
“aigoo, kau cantik sekali. duduklah, jina.” Ucap nyonya kim.
“woobin-ah, kenapa kau malah bengong? Ayo perkenalkan dirimu
pada ibu dan kakak jina.” Ucap tuan kim pada woobin yang dari tadi hanya diam.
“ah, ne. annyeonghaseo. Kim woobin imnida.” Ucap woobin.
Setelah itu mereka makan sambil mengobrol saling membicarakan tentang woobin
dan jina dan hal-hal lain. tuan kim dan gilbert membicarakan proyek bersama
mereka dan woobin sesekali ikut mengobrol. Nyonya kim dan nyonya sharon sibuk
membicarakan tentang acara pertunangan anak mereka. Dan yoo ra mengobrol dengan
jina.
“oya, jadi kapan pertunangan akan dilangsungkan?” Tanya
nyonya sharon pada gilbert dan tuan kim.
“em, rencananya mungkin dua minggu lagi.” Ucap gilbert.
“terlalu lama. Kenapa tidak minggu depan saja?” ucap nyonya
kim.
“aku setuju. Lebih cepat, lebih baik.” Ucap nyonya sharon.
“bagaimana menurutmu, jina?” Tanya nyonya sharon lagi.
“eng, tidak masalah. Aku setuju-setuju saja.” Ucap jina.
Woobin kaget mendengar jawaban jina. Apa ini artinya jina benar-benar setuju
dengan perjodohan ini?
Woobin`s POV
Kenapa jina terlihat aneh? Apa dia benar-benar setuju
dijodohkan denganku? Tapi sikapnya sedikit aneh buatku. Entahlah. Rasanya ada
yang tidak beres.
“jina-ah, kau ingin keluar dan mengobrol denganku?” tanyaku
pada jina. Semua orang menoleh dan sedikit kaget dengan ucapanku.
“benar. Pergilah berdua dan mengobrol agar bisa lebih
mengenal satu sama lain.” ucap nyonya sharon
“iya. Sekalian saja
kau antarkan jina pulang, woobin-ah.” ucap nyona kim setuju.
“ne. aku mau.” Ucap jina setuju. Setelah itu kami pamit
pulang duluan. Kami menaiki mobilku dan aku mulai melesatkan mobilku keluar
dari hotel itu. tidak ada tempat tujuan.
“kau ingin kita bicara dimana?” tanyaku.
“antarkan saja aku pulang.” Ujar jina ketus
“pulang? Tapi kita harus bicara. Bukankah alasan kita keluar
duluan adalah untuk mengobrol? Mengenal satu sama lain?”
“aku tidak tertarik untuk mengenalmu. Beritahu saja aku semua
yang perlu aku ketahui tentangmu. Seperti tanggal lahirmu, hobimu, makanan
kesukaanmu agar keluarga kita tidak curiga.”
Jina`s POV
Dia tiba-tiba
mengerem mobilnya mendadak, membuat bannya berdecit dengan suara keras. Aku
sampai terdorong ke depan dan hampir membentur dashboard kalau dia tidak
menarik tubuhku. Membuatku menatap kearahnya.
Jarak kami sangat
dekat. Dan ini membuat jantungku berdetak tidak karuan. Wajahku pasti mulai
merah karena malu. Dan aku baru sadar kalau pria ini lumayan, tidak, pria ini
sangat tampan dilihat dari jarak sedekat ini. Sekarang aku tahu apa alasan
semua yeoja di kampusku mengidolakan pria ini. Tapi sekarang bukan saatnya
memikirkan itu.
“apa maumu? Apa kau
setuju menikah denganku?” tanyanya setelah melepaskan tangannya yang menahan
tubuhku.
“menikah dengan
siapapun tidak ada bedanya denganku. Toh, aku tidak tertarik dengan yang
namanya jatuh cinta.” Jawabku. Seumur hidupku aku tidah pernah berpikir untuk
jatuh cinta. Hanya satu kali saja aku jatuh cinta. Saat aku masih di SMP. Tapi
kupikir itu Cuma cinta monyet biasa. Buktinya aku sudah tidak ingat lagi soal
itu sekarang.
“kenapa kau setuju dijodohkan denganku?” tanyaku lagi.
“agar aku bisa memiliki perusahaan ayahku sepenuhnya, tentu
saja. Itu syarat yang tiba-tiba diberikan ayahku agar aku bisa mewarisi
perusahaan.” Jawabnya. “kau?”
“bukankah sudah kubilang menikah dengan siapapun tidak ada
bedanya denganku.” Jawabku jujur.
“Wae?
Kau tidak pernah bermimpi ingin menikah dengan pria yang kau cintai?”
“karena
gadis lain juga berpikir seperti itu? tentu saja. Pasti sangat menyenangkan
bisa menikah dengan orang yang dicintai. tapi itu urusanku. Bukan urusanmu.”
Jawabku ketus. Tadi aku sudah berpikir. Memangnya kenapa kalau aku menikah?
tidak akan ada yang berubah selain status single ku, bukan? Aku masih bebas
melakukan apapun yang aku suka.
Author`s POV
“oke. Aku mengerti. Terserah padamu. Tapi, Boleh aku minta
Sesuatu padamu?” Tanya woobin.
“apa?”
“terserah bagaimana perasaanmu padaku, tapi aku ingin kau
bersikap sewajarnya sebagai tunanganku. Aku ingin kau menemaniku ke acara-acara
perusahaan dan semacamnya dan mungkin harus bersandiwara sedikit untuk
memperlihatkan semacam… kemesraan? Itu bukan hal yang sulit, kan?”
“tentu
saja.” Jawab jina asal. “ aku tahu apa yang harus kulakukan.”
“baiklah.
Sekarang kau akan kuantar pulang.”
Woobin
tidak habis pikir dengan gadis ini. Pikirannya sangat aneh. Tapi tidak bisa
dipungkiri bahwa woobin sedikit lega mengetahui bahwa gadis ini tidak menolak
untuk dijodohkan dengannya. Meskipun woobin juga harus sangat berhati-hati agar
tidak hilang kendali saat sedang berdua saja dengannya. Seperti saat ini. Dia
harus menahan keinginannya untuk tidak menarik tengkuk gadis ini dan mencium
bibirnya sekarang juga. Gadis ini sudah membuat pikirannya kacau.
“terimakasih
sudah mengantarku, woobin-ssi.” Ujar jina setelah mereka sampai.
“ya.
Ah, kau tidak perlu memanggilku dengan formal seperti itu. kau bisa memanggilku
dengan, eng, oppa mungkin?”
“oppa?
Wueek. Shireo. Memalukan. Aku akan memanggilmu woobin saja.”
“yak.
Aku ini lebih tua darimu.”
“tidak
mau. Sudah ah, aku capek.” Ucap jina.
“ah,
jina-ah. kau tahu, kau cantik sekali malam ini. Mimpi indah, jina-ah.” ucap
woobin sambil tersenyum saat jina keluar dari mobil. Setelah itu woobin
langsung melajukan mobilnya meninggalkan rumah jina. Meninggalkan jina yang
masih terpaku ditempat dengan wajah merah setelah apa yang dikatakan woobin
tadi.
“sial.”
Ujar jina
Ritz Carlton Hotel
May 18 2014. 19.00 pm
woobin
mengecek jam di pergelangan tangannya, sedangkan tangan kanannya terbenam dalam
saku celana. Dia memandangi pintu masuk, sedikit merasa terganggu karena
berkali-kali seseorang menghampirinya untuk sekedar menyapa, memberi hormat,
selamat, atau malah membicarakan bisnis.
Hari
ini adalah hari yang ditungggunya. Ini adalah hari pertunangan woobin dan jina.
Pesta pertunangan ini berlangsung meriah. Semua kolega perusahaan woobin dan
jina diundang. Dan teman dekat jina dan woobin seperti jongsuk dan sunhee pun
diundang dan sekarang mereka sedang mengobrol.
Sedangkan
woobin, dia sedang gelisah karena jina belum datang juga. Saat dia bertanya
pada sunhee tadi, gadis itu bilang jina sedang berdandan dan sunhee disuruh
berangkat duluan.
“menunggu
jina?” Tanya yoora yang tiba-tiba datang menghampiri woobin.
“seharusnya
dia sudah datang sekarang.” Ucap woobin cemas.
“oh,
ayolah. Wanita butuh waktu untuk berdandan yang cantik. Apalagi dipesta
pertunangannya sendiri. Dia pasti ingin tampil sempurna.” Ucap yoora
menenangkan. Baru woobin akan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi gadis
itu, yoora menyikutnya.
“lihat
itu!” bisiknya penuh semangat. Tatapannya menuju kearah pintu masuk.
Woobin
menoleh, sama seperti orang-orang yang baru disadarinya juga menatap kearah
yang sama. Gadis itu sudah datang. Woobin memperhatikan gadis itu lekat-leat.
Sama sekali tidak berniat melepaskan pandangannya sedikitpun. Gadis itu memakai
gaun selutut berwarna putih dengan lipit dibagian bawahnya. Membalut tubuhnya
dengan sempurna bagaikan malaikat-malaikat yang ada di cerita dongeng.
Woobin
melihat gadis itu memasuki ruangan, bersama seorang pria?! Dan yang lebih
mengejutkannya lagi, pria itu adalah adiknya, kim jin woon. woobin tidak
mengerti apa yang terjadi padanya. Tapi yang jelas, woobin meras kepalanya jadi
panas dan dia mulai emosi. Woobin langsung berjalan kearah mereka berdua dan
langsung menarik lengan jina menuju kearahnya.
“oh,
woobin hyung. Annyeong” ucap jin woon pada woobin.
“kenapa
kalian berdua bisa datang bersama?” Tanya woobin to the point.
“aku
bertemu dengannya di pintu masuk. kau tidak tahu? Kami berdua satu jurusan
dikampus dan satu kelas di beberapa mata kuliah.” Ucap jina santai.
“aku
baru tahu kalau ternyata jina yang dijodohkan denganmu. Selamat ya hyung,
tunanganmu sangat cantik. Kalian berdua benar-benar cocok.” Ucap jin woon lagi.
“kalian
berdua dipanggil eomma. Acara akan segera dimulai. Jin woon-ah, kau temani aku
saja, ne?” ucap yoora yang tiba-tiba datang.
“oke,
nuna.”jawab jin woon yang langsung pergi mengekori yoora.
Acara
berlangsung meriah. Setelah sesi tukar cincin, pembawa acara dengan iseng
meminta woobin dan jina untuk berciuman yang langsung ditolak mentah-mentah
oleh mereka berdua. dan sekarang semua tamu sedang meniknmati hidangan yang
disediakan dan berdansa.
Jina
sedang meminum wine didalam gelasnya, berjalan kearah balkon untuk menghirup
udara segar. Dia belum lelah. Hanya saja dia masih belum percaya bahwa sekarang
statusnya sudah berubah menjadi tunangan seseorang.
“good
evening, nyonya kim.” Ujar seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri jina.
“siapa
yang kau panggil nyonya kim, hah? Park Sunhee?”ujar jina ketus
“hehe.
Tidak berdansa dengan tunanganmu?” Tanya sunhee sambil menunjuk kearah woobin
yang sedang berdansa dengan ibunya.
“kau
bisa lihat sendiri kalau dia sedang berdansa dengan ibunya kan?” jawab jina
ketus.
“aigoo,
seharusnya kau berbahagia sedikit. Hari ini hari special, tahu. Oya, sepertinya
jin woon patah hati melihatmu bertunangan dengan kakaknya.”
“hah?!”
“kau
tidak sadar, selama ini kan jin woon menyukaimu. Kau saja yang tidak
menyadarinya.” Ucap sunhee. Belum sempat jina menjawabnya, tiba-tiba woobin
datang menghampiri mereka.
“ehem,
sunhee-ssi. Bisa kau tinggalkan kami berdua?” Tanya woobin
“ah,
tentu saja, woobin-ssi. Aku pergi dulu ya, jina.” Pamit sunhee.
“wanna
dance with me, ms.han?”
“Finally offering me a dance?” ejek gadis itu
dengan nada menggoda saat mereka berdua sudah berdiri di tengah ruangan.
woobin
mengangkat lengannya dan jina berputar, mengikuti gerakan orang-orang lain di
sekeliling mereka.
“I always leave the best for the last,” ucap pria itu
santai
“Are you trying to flirt to me?”
“Judge it as you want.”
Dengan
satu gerakan cepat pria itu menarik pinggangnya sehingga tubuh mereka beradu.
Paha menggesek paha dan dada menekan dada.
Gadis
itu mengerjap kaget, tidak menyangka dengan sentuhan intim yang begitu
tiba-tiba itu.
“This,” bisik woobin dengan nada rendah. “is what you called flirting. Got it?”
jina
menelan ludahnya dengan susah payah. “This
is public place, woobin.”
“I just can’t handle myself. It’s just… out of
control. I never do this before.” woobin menggelengkan kepalanya dengan tangan
yang bergerak naik menangkup tengkuk gadis itu, memaksa Jina mendongak
menatapnya. “Blame yourself, Na-ya.
You have to stop teasing me.”
“Me? Teasing you?” seru gadis itu syok.
“Oke.
Kau tidak melakukannya. Aku saja yang….” woobin berhenti dengan gusar. “Mungkin
kau bisa menunduk saja, jadi aku bisa berhenti melihat wajahmu.”
“Cih,”
cemooh Jina, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi dan menuruti permintaan pria
itu untuk menundukkan wajahnya. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba pria ini
bersikap seperti menggodanya.
“apa
kau dekat dengan jin woon?” Tanya woobin tiba-tiba
“itu
bukan urusanmu, tuan kim. Bukankah di awal kau sudah berjanji tidak akan
mencampuri urusanku?” ucap jina
“tentu
saja sekarang ini urusanku. Kau tunanganku. Tapi kau malah dekat dengan adikku.
Calon adik iparmu, nona han.” Terang woobin dengan penakanan disetiap kata-katanya.
“wae,
kau cemburu?” goda jina sambil tersenyum jahil yang justru membuat woobin
kehilangan kendali karena senyumannya.
“shit.
I can`t hold it any longer.”
“Waegeuraesseo?”
tuntut Jina saat woobin menarik tangannya dengan kasar tanpa permisi, menggiringnya
dengan paksa melewati kerumunan, keluar dari ruang pesta, dan terus berjalan ke
sudut, sampai pria itu membuka pintu menuju tangga yang sangat jarang dilewati
orang.
Dia
baru akan membuka mulutnya lagi saat tubuhnya terhempas ke sudut, terhimpit di
antara tubuh woobin dan dinding di belakang punggungnya. Matanya terbuka lebar
saat pria itu memegangi wajahnya dengan kedua tangan, membuatnya mendongak,
lalu memiringkan kepalanya sendiri dan menyatukan bibir mereka dalam satu
gerakan cepat yang tidak terduga.
Jakun
woobin bergerak, saat pria itu menelan ludah, pusing dengan akibat yang
ditimbulkan oleh perbuatan tidak pantasnya. Bibir gadis itu terasa lembut,
manis, dan begitu panas di bawah sentuhan bibirnya yang bergerak tergesa,
seolah mereka memiliki waktu yang sangat terbatas.
Jina,
tanpa berpikir, refleks membuka mulutnya saat bibir pria itu menekan, menuntut
lebih jauh. Lidah woobin menyusuri rongga mulutnya, bergerak di sela gigi,
langit-langit, dan sisi bagian dalam mulutnya, sedangkan lumatan bibir pria itu
terasa lebih intens, mendesak, terkesan meledak-ledak.
woobin
melepaskan gadis itu saat nafasnya sudah memburu, beralih menciumi pipi gadis
itu dengan ringan, bergerak ke rahang, lalu benar-benar berhenti, mengubur
wajahnya di helaian rambut gadis itu yang sudah berantakan karena sentuhannya. Woobin
menegakkan tubuhnya, mengecup gadis itu lagi sekilas, lalu tersenyum miring.
“Not too bad for our first kiss, eh?”
Jina
tidak tahu harus berkata apa. semuanya terjadi begitu singkat. Dia bahkan tidak
terlalu ingat kalau woobin mengantarnya pulang setelah ciuman itu.
“malam,
na-ya.” Hanya itu yang diingatnya setelah malam itu.
Han`s
home apgujeong-dong, gangnam-gu
may
28 2014 14.00 pm
hari-hari
setelah itupun berjalan seperti sebelumnya. Saat woobin belum masuk kedalam
kehidupan jina. Jina sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Woobin juga sibuk
dengan urusan skripsi dan perusahaan. Singkatnya, mereka sudah satu minggu
tidak bertemu setelah ciuman di hari pertunangan mereka.
“I`m
home.” Ucap jina saat memasuki rumah
“welcome
home.” Jawab nyonya sharon.
“uh?
Mom? Mom sudah pulang?”
“kami
akan kembali ke newyork untuk sementara waktu, jina-ah.” ucap nyonya sharon
“kami?”
“ya.
Mom dan kakakmu. Ada masalah dengan perusahaan di New York. Dan kakakmu hampir
satu bulan tidak mengurus langsung perusahaan disana. Sekarang malah terjadi
masalah. Dan mom akan ikut untuk membantu kakakmu” ucap mom panjang lebar
“masalah?
Apa serius?” Tanya jina mulai khawatir.
“entahlah.
Mom akan ada disana sampai keadaan membaik lagi. Kau tidak apa-apa kan aku
tinggal?”
“i`m
fine mom.” Jawab jina seadanya.
“tenang
saja. Aku sudah meminta seseorang untuk menjagamu selama kami tidak ada. Sore
ini dia akan datang kesini dan tinggal disini bersamamu selama kami tidak ada.”
Ujar Gil yang keluar dari kamarnya sembari menarik koper yang lansung diambil
oleh supir jung untuk dimasukkan kedalam mobil.
“seseorang?
Menjagaku? Astaga gil, aku bukan anak kecil yang harus dijaga lagi. Lagipula
ada kang ahjuma yang akan menjagaku. Aku tidak perlu orang lain lagi.” Ucap
jina menolak.
“aku
tidak menerima kata tidak, jina-ah. baik-baiklah kau dirumah. Got it?” ucap gil
sembari mencium kening adiknya itu.
“we
love you, sweety.” Ucap mom sambil mencium jina.
“I
love you too. Becareful, ne?”
Setelah
itu gilbert dan nyonya sharon berangkat ke New York.
Sore
itu, saat jina sedang duduk-duduk sambil membaca buku dibalkon kamarnya,
tiba-tiba kang ahjuma mengetuk pintu kamar jina.
“nona
muda, ada tamu yang mencari anda. Katanya dia adalah orang yang akan tinggal
disini selama tuan gilbert dan nyonya sharon tidak ada.” Ucap kang ahjuma.
“ah,
ne. aku akan keluar.” Jina keluar kamar dan melihat kang ahjuma yang tersenyum
melihat jina. Membuat jina keheranan dengan siapa tamu itu. jina sendiri lupa
tentang ‘penjaga’ yang diminta gilbert untuk tinggal disini. Jina berniat
menyuruhnya pulang karena dia tidak butuh ‘penjaga’. Toh ini bukan pertama
kalinya dia ditinggal ibu dan kakaknya ke New York.
Jina
baru akan mengatakan niatnya pada tamu tersebut, namun mengurungkan niatnya
karena sekarang jina sedang terkejut stengah mati melihat tamu tersebut.
“annyeong,
jina-ah. sudah seminggu tidak bertemu ya?”
“woobin?!”
TBC
So,
gimana chapter kali ini? Disini adalah first kiss nya woobin dan jina. Akhirnya
(?).. not too bad, eh? Ah, o iya comment nya please. Hehe ^_^
Wait
for the next chapter, ne… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar