THE
STORY OF MY LIFE
Author
: Alice Abbys
Cast
:
1. Han jina
2.
Kim
woobin
3. Park
sunhee
4.
Lee
jongsuk
5.
Shin
won ho
6.
Kim
jongin
7.
Kim
taemin
8. Choi hyunji
Genre
: romance, family
Rating
: PG-15
Length
: chaptered
CHAPTER 5
jika kita sedang bersama seseorang yang disukai waktu akan terasa begitu cepat.
Thursday may 28 2014 7
am
Han`s home,
apgujeong-dong, gangnam-gu
Author`s POV
“jina-ah, ppali ireona.”
Jina merasa ada yang memanggil
namanya. Suara laki-laki. Karena merasa asing dengan suara ini, maka jina
membuka matanya dengan susah payah. Jina mencoba mengumpulkan fokusnya dan
malah terkejut setengah mati saat melihat wajah woobin yang hanya berjarak
beberapa centi dari wajahnya.
“kyaaa. What the hell you doing
here, woobin?!” pekik jina yang langsung melompat bangun karena terkejut.
“membangunkanmu. Memangnya kau
kira aku sedang apa, hah? Sudah jam tujuh. Bukankah kau ada kelas pagi ini?
Cepatlah siap-siap dan sarapan. Aku tunggu dibawah.” Ucap woobin santai sembari
berjalan keluar kamar.
“what the hell?! Ah, aku lupa.
Orang itu tinggal disini dari kemarin. Haaah” ujar jina sambil turun dari
tempat tidurnya dan melangkah kearah kamar mandi.
Mulai dari kemarin, woobin
tinggal di rumah keluarga han dan menempati kamar tamu disebelah kamar jina.
Jina sempat menolak dan berniat mengusir woobin dari rumahnya kalau saja woobin
tidak ngotot untuk tetap tinggal dengan alasan menghormati permintaan gilbert.
“gil hyung yang meminta langsung kepadaku untuk menjagamu, bagaimana
aku bisa menolak permintaanya? Aku bisa dianggap kurang ajar kalau aku pulang
sekarang hanya karena kau menolak.” Itu yang dikatakan woobin kemarin dan
dengan seenaknya pula dia menempati kamar disebelah kamarku.
“orang itu seenaknya saja. Dia
kira dia raja?! Ugh. Menyebalkan.” Gerutu jina selama ia mandi.
At dining room
Woobin sedang mengoleskan selai
keatas rotinya saat melihat jina yang sedang menuruni tangga dan berjalan
kearahnya. Woobin sedikit terpana melihat cara berpakaian gadis itu. kemeja
longgar berwarna putih, tanktop, celana jins, dan sepatu kets. Ditambah
rambutnya yang diikat kebelakang, tetapi tetap dapat membuat jantung woobin
berdetak dengan cepat.
“duduklah.” Ucap woobin sambil
menyodorkan beberapa potong roti yang sudah dioleskan selai olehnya tadi.
Jina menganguk dan duduk didepan
woobin. Gadis itu memakan roti yang tadi diberikan woobin sambil sekilas
melihat pria itu. oh, lupakan kata ‘sekilas’ itu. pria ini terlalu tampan untuk
dilihat hanya sekilas.
Woobin mengenakan kemeja putih
pas badan dan celana jins dan sepatu kets berwarna biru tua. Jina tidak merasa
heran sekarang kenapa pria ini digilai oleh para wanita dan menjadi idola
kampus. Dia saja yang baru menyadarinya.
“aku akan mengantarmu kekampus.”
Ucap woobin memecah keheningan. Membuyarkan lamunan jina.
“eoh? Tidak perlu. Aku bisa
membawa mobil sendiri. Lagipula biasanya aku pergi bersama sunhee.” Tolak jina.
“kau pergi bersamaku saja.
Lagipula sunhee akan pergi bersama jongsuk.”
“jongsuk sunbae?”
“iya. Kau tidak tahu? Akhir-akhir
ini mereka cukup dekat menurutku.”
“hm.. iya sih.” Jina berusaha
mengingat-ingat kejadian akhir-akhir ini tentang sunhee. Sahabatnya itu memang
beberapa kali pergi bersama jongsuk sunbae.
“kau sudah selesai? Ayo
berangkat.”
“eoh? Iya.”
Di mobil, jina memperhatikan
pria disampingnya dari sudut matanya. Pria ini mengemudikan mobil dengan raut
wajah serius, mata yang tajam, dan tangannya yang sering mengacak-acak rambut
hitam tebalnya. Wajah tampan, tubuh tinggi, pintar, dan memiliki kekayaan yang
tidak bisa dibilang sedikit. Jenis pria yang akan selalu berhasil membuat
setiap wanita jatuh cinta, bahkan meskipun mereka tidak menginginkannya. Dan
dengan kenyataan bahwa sekarang pria ini adalah tunangannya, membuat jina
tersenyum-seyum sendiri. Perasaan yang aneh, pikirnya.
Jina tersadar
bahwa mereka sudah tiba dikampus. Dia membuka sabuk pengamannya dan langsung
keluar dari mobil. Disusul woobin yang langsung menghampirinya agar mereka bisa
berjalan bersama memasuki kampus. Membuat semua mahasiswa dan mahasiswi yang
melihat mereka terheran.
“mereka semua
bingung kenapa kita datang bersama.” Ucap jina
“biarkan saja.”
“hmm, penggemarmu
bisa patah hati kalau tahu kita sudah bertunangan.”
“sama halnya
dengan dengan fans mu, tahu. Lagipula aku tidak perduli pada mereka semua.
Tunanganku itu kamu. Jadi aku hanya perlu memperhatikanmu saja.”
“kau tidak
kecewa? Kau bisa kehilangan penggemar kalau mereka mendengar apa yang baru saja
kau ucapkan.” Ucap jina. Sebenarnya ia ingin langsung lari dan menyembunyikan
suara detak jantungnya yang mulai tidak karuan karena ucapan woobin barusan.
“ini bekalmu.”
Ucap woobin mengacuhkan kata-kata jina barusan sambil menyodorkan kotak bekal
kecil kearah jina.
“nanti aku akan
menjemputmu dikelas dan kita akan makan siang sama-sama.” Ucapnya lagi setelah
jina mengambil kotak bekalnya.
“tidak usah.
tidak perlu repot-repot.”
“tidak mau.
Pokoknya nanti aku kan menjemputmu. Titik. Aku ingin makan siang denganmu.
Kalau kau kabur, aku tidak akan makan siang.”
“hah?! Kau
kekanak-kanakan.” ucap jina
“terserah.
Pokoknya kita harus makan bersama. Dan, jina-ah, jaga dirimu. Sampai jumpa
nanti siang.” Ucap woobin dengan senyumnya dan langsung pergi sebelum jina
bicara apapun lagi. Meninggalkan jina yang masih berdiri ditempatnya. Merasakan
detak jantungnya yang sudah tidak karuan lagi karena perhatian woobin barusan.
Sial, dia sudah
menjadi salah satu wanita yang terperangkap oleh pesona woobin.
Jina`s class , 11 am
Kelas sudah mulai
sepi karena pelajaran sudah selesai 5 menit yang lalu. Sebagian sudah keluar
kelas dan sebagian lagi masih dikelas untuk sekedar mengobrol lebih lama atau
sedang membicarakan hal-hal lainnya. Sama seperti jina yang masih mengobrol
dengan sunhee.
“sunhee-ah, apa
kau pacaran dengan jongsuk sunbae?” Tanya jina penasaran
“aniya, kami
tidak pacaran.” Ucap sunhee gelagapan.
“tapi akhir-akhir
ini kalian kelihatan dekat. Kau bahkan diantar jemput olehnya.”
“yah, anggap saja
sedang pendekatan. Hehe. Kau sendiri? Sudah ada kemajuan dengan woobin? Kau
juga diantar olehnya.”
“woobin tinggal
dirumahku sekarang.”
“MWORAGO?!” ucap
sunhee histeris “ bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Kenapa aku baru tahu? Sejak
kapan?” tanyanya bertubi-tubi.
“aish, kau
berisik sekali. sejak kemarin. Gil dan mom pergi ke New York dan akan menetap
untuk sementara. Dan entah apa yang dipikirkan gil, dia meminta woobin untuk
tinggal dirumahku dan menjagaku. Absurd.”
Baru sunhee akan
mengajukan pertanyaan lagi. Mereka dikejutkan dengan teriakan histeris dari
teman-teman sekelasnya yang membuat mereka menoleh kearah mereka melihat.
Woobin. Pantas saja mereka histeris. Ini pertama kalinya woobin datang ketempat
mereka. Woobin mengacuhkan anak-anak lainnya dan berjalan kearah jina.
“untunglah kau
tidak kabur. Aku lapar. Ayo makan.” Ucapnya cuek dan langsung menarik lengan
jina sebelum jina membuka suara. Mereka langsung pergi dengan cepat.
“huh. Mereka
bahkan tidak pamit dulu.” Gerutu sunhee yang ditinggalkan bersama orang-orang
yang penasaran dengan woobin dan jina. Karena takut menjadi sasaran pertanyaan
mereka, sunhee sendiripun langsung melesat keluar kelas.
At canteen
“Kau ini kasar
sekali. tiba-tiba menarikku dan membawaku seenakmu sendiri. Aku bahkan tidak
sempat pamitan pada sunhee. Yak! Kau dengar tidak.” Oceh jina saat mereka sudah
duduk di salah satu kursi di kantin.
“kau ini berisik
sekali. cepat makan bekalmu. Aku tidak ingin kau sakit karena telat makan. Dan
bekalmu sudah kupastikan lebih sehat daripada makanan kantin” ucap woobin. Baru
jina akan mengajukan protes lagi, tiba-tiba ada yang mengahampiri mereka.
“sunbae, aku
ingin bertanya. Apa hubungan kalian? Dari tadi pagi kalian datang bersama dan
sekarang kalian makan bersama. Apa kalian pacaran?” Tanya wanita yang tiba-tiba
datang ini. Dan sudah pasti yang ditanyai adalah woobin.
“itu bukan
urusanmu.” Jawab jina. Melihat justru jina yang menjawab pertanyaannya, wanita
ini justru tidak berhenti mengoceh.
“kalau benar
kalian pacaran, kenapa sunbae memilih dia? Meskipun gadis ini cantik, tapi
kelakuannya buruk. Cara bicaranya juga ketus. Sama sekali tidak cocok dengan
sunbae.” Ucap wanita itu ketus.
“ap-“ baru saja
jina akan protes lagi. Mulutnya langsung tertutup dengan sesuatu yang lembut.
Semua orang di
kantin yang dari tadi memperhatikan mereka juga ikut terkejut karena woobin
tiba-tiba saja mencium bibir jina. Jina sendiri pun sangat terkejut. Mungkin
lebih terkejut dari orang-orang yang melihatnya. Termasuk wanita yang tadi
melabrak mereka.
“dia bukan
pacarku. Lebih dari itu. gadis ini adalah tunanganku. Calon istriku. Dan dia
adalah calon terbaik yang kumiliki.” Ucap woobin lantang setelah melepaskan
ciumannya.
“jadi tolong,
jangan campuri urusanku.” Ucapnya lagi. Setelah itu woobin langsung menarik
jina yang masih terbengong keluar dari kantin.
Han`s
home, apgujeong-dong, gangnam-gu
“apa sih yang kau
pikirkan sampai-sampai menciumku didepan umum?! Apa kau tidak tahu malu? Apa
kau tidak lihat bagaimana ekspresi kaget mereka yang ada di kantin?” ucap jina
meledak-ledak.
“kau berisik
sekali. tidak masalah kan aku menciummu? Kau kan tunanganku. Kupikir aku punya
hak.”
“kau tidak punya
hak apa-apa. dan aku benci dengan sikapmu. Kau bahkan sama sekali tidak
tertarik padaku. Tapi kau sudah dua kali menciumku. Kau sangat aneh. Apa yang
kau rencanakan? Apa kau sengaja mempermainkanku?” ucap jina emosi.
Mendengar ucapan
jina, woobbin langsung menarik lengan jina agar jina menatapnya.
“mempermainkanmu?
Apa aku terlihat mempermainkanmu? Kau pikir aku ini pria macam apa? Dengar. Aku
tidak akan mencium gadis yang tidak aku sukai. Kau mengerti?” ucap woobin yang
setelah itu langsung meninggalkan jina dan masuk ke kamarnya.
“mwo.. mwoya?”
19.30 pm
“Jina-ah, makan
malam.” Ucap woobin sambil mengetuk pintu kamar jina.
Jina sendiri
tidak tertarik untuk membukakan pintu. Apalagi untuk makan malam berdua saja
dengan woobin. Jina langsung teringat dengan kata-kata woobin tadi siang.
“Aku
tidak akan mencium gadis yang tidak aku sukai. Kau mengerti?”
Arrgh. Kalimat woobin membuatku bingung saja. Apa artinya dia
menyukaiku? Tapi dia tidak pernah mengatakannya. Dan sikapnya selama ini yang
terkadang perhatian dan terkadang cuek hanya semakin membuat bingung saja.
“jina-ah. cepat buka pintunya atau aku akan mendobraknya.” Ancam
woobin dari luar. Tapi jna tidak bergeming. Tetap pada posisinya ditempat
tidur.
BRAK!
Jina langsung terkejut dan spontan menegakkan tubuhnya dan lebih
terkejut lagi melihat pintu kamarnya yang sudah lepas dari tempatnya semula.
Dia menebak, pasti woobin baru saja menendangnya sekuat tenaga. Dan melihat
ekspresi woobin yang sama sekali tidak ramah, membuat jina merasa takut.
“a-apa yang kau lakukan?! Kau baru saja menghancurkan pintu
kamarku!” ucap jina gelagapan. Tapi woobin hanya diam dan berjalan kearah jina.
“aku menyuruhmu makan tapi kau sama sekali tidak mau keluar kamar.
Jadi aku terpaksa mendobrak kamarmu.” Ucap woobin santai dan langsung menarik
jina keluar dari kamar.
“kau ini ternyata pria pemaksa.” Gerutu jina
“benarkah? Kalau begitu kau harus mulai terbiasa dengan semua
sifatku, nona han.” Ujar woobin santai.
“heol.”
Jina dan woobin makan dalam diam. Tidak ada yang berminat untuk
memulai percakapan sama sekali. sampai akhirnya woobin menyerah dan meminta
waktu jina sebentar untuk bicara. Woobin mengajak jina untuk mengobrol di taman
belakang sambil minum teh.
“aku ingin minta maaf” ucap woobin mengawali.
“aku ingin minta maaf kalau sikapku selama ini selalu membuatmu
kesal.” Lanjutnya lagi.
“memang. Sampai sekarangpun kau masih menyebalkan.” Ujar jina
ketus
“tapi aku tidak akan menyesali apa yang sudah apa yang kulakukan.”
“apa?”
“begini saja, ayo mulai semua dari awal. Mulai dari perkenalan.
Aku ingin memperbaiki semuanya dari awal. Dengan cara baik-baik.” Ucap woobin
menawarkan. Ini sama sekali bukan caranya. Biasanya ia akan meninggalkan
sesuatu yang jelas-jelas tidak tertarik padanya. Tapi gadis ini berbeda. Ia
ingin menjalani hubungan yang baik dengannya. Ia ingin dipandang dengan baik
oleh gadis ini.
Jina bisa melihat ketulusan dari ucapan woobin sekarang. Dan ia
juga merasa harus memulai hubungan yang baik dengan pria ini. Mengingat bahwa
pria ini merupakan calon suaminya, dia tidak bisa terus-terusan menghindar.
Apalagi saat dia sudah mulai tertarik pada pria ini seperti sekarang.
“call. Aku setuju. Ayo mulai semua dari awal. Dengan cara
baik-baik.” Ucap jina sambil tersenyum pada woobin. Senyum tulus pertamanya
untuk woobin. Membuat wajah woobin merah seketika.
Sial. Bagaimana
bisa gadis ini membuatnya terpana hanya karena sebuah senyuman? Dia jadi
terlihat seperti anak remaja yang jantungnya berdegup sedemikian kencang hanya
karena melihat gadis yang disukainya melintas lewat.
“jadi? Dari mana kita mulai? Apa perlu aku mulai dari
memberitahumu namaku?” ucap jina jahil
“bagaimana kalau dimulai dari keluarga?” Tanya woobin hati-hati.
Dia sudah tahu sebagian besar cerita tentang keluarga jina. Karena itu, dia
sedikit takut menanyakannya.
“keluargaku? Sederhana. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Ayahku
tidak ada. Kupikir kau pasti sudah tahu soal itu. Ah, apa kau penasaran tentang
kewarganegaraanku? Ayahku orang amerika. Ibuku campuran amerika dan korea.
Orangtuaku menikah dan tinggal di Amerika. Kakakkupun lahir di Amerika. Tapi
saat ibuku hamil aku, beliau bilang Ia ingin aku dilahirkan di Korea. Tapi saat
umurku satu tahun, kami kembali ke Amerika.” Ucap jina panjang lebar. woobin
bingung melihatnya. ia pikir jina akan tersinggung atau semacamnya saat woobin
menanyakan tentang keluarganya.
“saat aku berumur sepuluh tahun, orang tuaku bercerai. Ayahku
dibuang dari kilton corp. dan kekuasaan kilton corp diberikan pada ibuku. Tapi
kakek dan nenekku meminta mom membawa aku dan kakakku pindah ke Korea. Mereka
juga memindahkan kantor pusat ke Korea agar ibuku bisa tetap menjadi pemimpin
perusahaan. Aku mengubah marga keluargaku dan menggunakan marga ibuku. Han.
Jina clark berubah menjadi han jina. Dan disinilah aku sekarang.” Jelasnya
lagi. Ada sedikit nada kesedihan dari suaranya meskipun wajahnya terlihat
datar-datar saja. “dan, bagaimana denganmu?” tanyanya.
“kau benar-benar ingin mendengarnya?”Tanya woobin. “hm, mungkin
aku memang harus menceritakannya padamu, mengingat kau adalah calon istriku.”
Lanjutnya lagi dengan nada sedikit bercanda.
“apa-apaan itu?” ucap jina dengan nada kesal.
“ibuku yang kau kenal bukanlah ibu kandungku.”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar