Jumat, 08 Agustus 2014

THE STORY OF MY LIFE [Chapter 6]



THE STORY OF MY LIFE


  
Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Park sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance, family
Rating : PG-15
Length : chaptered
CHAPTER 6
Woobin`s  POV
“ibuku yang kau kenal bukanlah ibu kandungku.” Ucapku. Aku penasaran reaksi seperti apa yang akan ditunjukan oleh jina setelah aku mengatakan hal ini. Sebenarnya Ini bukan rahasia, hanya saja aku tidak pernah mau mengatakan pada orang-orang tentang keadaan ini. Bukan sesuatu yang harus dikatakan, pikirku.
“mwo? Kau sedang bercanda sekarang?” ucapnya. Hah? Apa aku tidak salah dengar? Apa gadis ini tidak percaya padaku? Aku baru saja mengatakan hal yang seharusnya menjadi hal taboo dalam keluarga dan gadis ini baru saja menuduhku berbohong?
“yak! Kau pikir ini waktunya bercanda? Aku sedang bicara serius disini dan kau menuduhku berbohong?” ucapku tak percaya.
“tapi, bagaimana bisa..” ucapnya bingung.
“ibu kandungku meninggal karena sakit saat aku berumur 2 tahun. Dan beberapa bulan setelah ibuku meninggal, ayahku menikah lagi dengan ibuku yang sekarang. Dan setahun kemudian jin woon lahir. Cerita yang simple.” Ucapku menjelaskan.
“kau baik-baik saja?” tanyanya. Membuatku menyerngit heran mendengar pertanyaannya.
“maksudku, bagaimana perasaanmu? Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan? Kau kehilangan ibumu di saat usiamu masih 2 tahun, dan baru beberapa bulan ibumu meninggal, ayahmu menikah lagi. Kau pasti tidak baik-baik saja kan? Pastinya kau, eng, sakit hati mungkin? Meskipun usiamu saat itu baru 2 tahun.” tanyanya panjang lebar.
Aku ternganga mendengarnya. Dulu saat aku menceritakan soal ini pada jongsuk, dia hanya mengangguk mengerti dan meminta maaf karena merasa membuat perasaanku tidak enak karena menceritakannya. Tapi gadis ini, dia mengerti bagaimana perasaanku. Memang saat itu aku sempat membenci ibuku karena telah merebut ayahku dari ibuku dan membuat ayahku melupakan ibuku dengan cepat. Bahkan mereka langsung memiliki jin woon tidak lama setelah itu. tapi itu perasaan lama. Sekarang aku sudah bisa menerima mereka berdua. aku hanya tersenyum mendengar kata-kata jina.
“hem, dulu memang iya. Aku sempat membenci ibu dan adikku. Tapi sekarang tidak. Kalau sekarang, aku berterimakasih pada ibuku karena telah membuat ayahku bahagia sekali lagi setelah ibuku meninggal.”ucapku.
“kau benar. Pasti kau tidak ingin ayahmu terus-terusan meratapi ibumu. Lagipula, aku yakin kalau ayahmu pasti tidak akan melupakan ibumu. Ayahmu pasti tetap mencintai ibumu meskipun sekarang ia telah tiada. Aku yakin soal itu.” ucapnya dengan penuh keyakinan. Membuatku seketika meledakkan tawaku.
“hahaha. Kau ini lucu sekali. bagaimana kau bisa tahu soal bagaimana perasaan ayahku? Memangnya kau cenayang?” ledekku.
“huh. Aku kan sedang menghiburmu” ujarnya dengan wajah cemberut. Lucu sekali. aku langsung menghentikan tawaku dan kembali tersenyum padanya.
Jina`s POV
Dia tertawa. Tertawa dengan lepasnya. Oke. Dia memang sedang mentertawakanku, tapi itu justru membuat jantungku berdetak tidak karuan.
“huh. Aku kan sedang menghiburmu.” Ucapku dengan wajah cemberut untuk menyembunyikan kegugupanku yang tak beralasan ini. Setelah itu kulihat dia mulai berhenti tertawa dan menggantinya dengan senyuman. Senyuman yang aku yakin dapat melelehkan hati gadis mana saja. Termasuk aku. aku tahu sekarang pasti wajahku sudah semerah kepiting rebus. Aku langsung berdiri dan berjalan kearah taman belakang untuk mendingin wajahku yang sudah sangat panas sekarang.
“kau sendiri? Apa kau tidak penasaran bagaimana kabar ayahmu sekarang? Apa kau tidak merindukannya?” tanyanya. Aku kaget mendengar pertanyaannya. Membuat tubuhku kaku seketika. Aku terdiam. Sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
“maaf” hanya itu yang diucapkannya kemudian. Setelah itu keheningan kembali menghampiri kami. Hanya suara hembusan angin malam yang terdengar. Yang juga membuat tubuhku mulai menggigil.
“aku baik-baik saja” ucapku memecah keheningan.”bukannya aku tidak merindukannya, tapi aku tidak ingin membuat ibuku sedih. Setelah orangtuaku bercerai, ibuku berusaha matian-matian untuk membesarkan aku dan kakakku. Ibuku bahkan menyetujui usul kakekku agar kami pindah ke Korea dan memulai hidup baru disini. Aku dan kakakku bahkan mengganti nama keluarga kami menggunakan marga keluarga ibuku. Dan aku tidak ingin mengecewakan ibuku.”ucapku panjang lebar.
Kudengar woobin menghela nafas. Membuatku bingung kenapa dia melakukannya. Apa aku mengatakan hal yang salah. Kutatap woobin tepat dimanik matanya. Tapi setelah itu dia malah menarik lenganku dan mendekapku. Membuat kaget. tapi anehnya aku sama sekali tidak keberatan dengan perlakuannya. Aku hanya diam dengan tubuh kaku dengan tangan disamping tubuhku.
Woobin`s POV
Perlu waktu beberapa detik sebelum jina mulai melingkarkan lengannya di pingganng ku, membenamkan wajahnya di dada ku dan mulai terisak pelan. Sedangkan aku itu tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya.
aku mengangkat tanganku, memindahkannya ke belakang kepala gadis itu dan mengusapnya perlahan dalam gerakan teratur. Gadis itu hanya perlu tempat menangis, dan aku bisa memberikannya secara cuma-cuma.
aku membiarkan dirinku tenggelam dalam pikiran lain. aku bisa merasakan setiap lekuk tubuh gadis itu yang terasa pas di tubuhku, dada gadis itu yang menekan dadanku, atau paha kami yang saling bergesekan. Tapi meskipun dengan jarak seintim ini, aku tidak akan berpikir apapun. Tidak dengan gadis ini. Keberadaan gadis ini membuatku nyaman dan aku tidak mau merusak semua itu hanya karena tidak bisa menahan nafsuku sendiri.
Gadis ini gadis pertama yang aku inginkan karena kepribadian yang dia miliki, Bukan karena rasa penasaran untuk menaklukkan, tapi lebih karena kebutuhanku untuk memiliki gadis ini di sampingku. Aku tahu ini sudah terjadi cukup lama, aku hanya menunda-nunda untuk mengakuinya saja. Aku tidak tahu kapan, tapi aku sudah jatuh cinta pada gadis ini dan tidak bisa mengendalikan diri lebih lama lagi.
Jina`s POV
Aku menatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong. Otakku memutar ingatan satu jam yang lalu, saat aku berada dalam pelukan woobin dan menangis sepuasnya. Yang kuingat, aku bahkan tidak tahu untuk apa aku menangis karena di saat yang bersamaan aku merasakan panas yang menguar dari tubuh pria itu, detak jantung pria itu di telingaku, dan aroma tubuh pria itu. Sepertinya aku mulai gila.
Belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini pada seorang pria. Bahkan aku baru mengenal pria ini selama beberapa minggu dan dia sudah berhasil membuatku hampir terkena serangan jantung berulang kali. Bahkan pada `pria` itu sekalipun. Tiba-tiba aku jadi teringat lagi pada ‘pria’ itu. pria yang sudah kunobatkan sebagai cinta pertamaku. Dan pria sama yang sempat hampir kunobatkan sebagai cinta terakhirku. Sebelum akhirnya dia meninggalkanku dengan penuh tanda Tanya.
Pikiranku terisi penuh dengan banyak hal sampai aku tertidur dengan lelapnya.
Next morning 7.00 am
Tidurku lumayan nyenyak semalam kalau dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Aku tidak ada jadwal kuliah pagi ini. Tapi entah kenapa aku ingin bangun pagi. Dan melihat perutku yang mulai minta diisi, aku langsung menuju ke meja makan setelah mandi.
Aku melihatnya. Woobin. Sudah ada di meja makan sedang menikmati sarapannya. Tiba-tiba aku kembali teringat kejadian semalam dan jantungku mulai berdetak diluar kendali tanpa seijinku. Sial. Ini masih pagi, tahu!
“morning. Tidurmu nyenyak?” tanyanya.
“hm hm.” Gumamku asal. Aku masih tidak tahu harus bersikap seperti apa setelah kejadian semalam saat dia memelukku dan membiarkanku menangis di pelukannya.
“baru saja aku ingin membangunkanmu.”
“aku bukan anak kecil, tahu!” ucapku pura-pura cemberut.
“hihi. Kau tidak kuliah hari ini?” Tanya woobin dengan senyumannya. Astaga. Pria ini ingin membuatku mati sepertinya.
“tidak.” Jawabku singkat.
“mau ikut denganku? Aku akan ke SHINSEGAE. mengurus beberapa hal.” Ajaknya. Aku berpikir sejenak.
“aku mau. Tapi setelah itu temani aku belanja. Bagaimana?” tawarku
“tidak masalah.”
At SHINSEGAE , 13.00 pm
Woobin`s POV
Aku sudah menyelesaikan urusanku disini dan sekarang aku sedang menemani gadis ini berbelanja.
“aku baru tahu kalau kau sangat hobby shoping.” Ucapku dengan sedikit nada mencibir.
“wae? Kau bilang mau menemaniku berbelanja.” Ucapnya
“aku bilang ingin menemani. Bukannya menjadi tukang angkut barang belanjaanmu.” Ucapku tak percaya. Kedua tanganku sudah terisi dengan barang belanjaan gadis ini. Pantas saja gaya berpakaiannya selalu modist. Cara berbelanjanya saja seperti ini.
Tapi aku tidak sepenuhnya kesal. aku menyukai sensasi yang kudapatkan selagi menunggui gadis itu di depan kamar ganti, degupan jantungku saat tirai mulai terbuka, dan bagaimana gadis itu berdiri di hadapanku meminta pendapat tentang penampilannya.
Aku suka dengan kenyataan bahwa aku menjadi orang pertama yang melihat gadis itu dalam balutan gaun pilihannya, bagaimana aku tidak bisa berhenti terpana melihat gadis itu menjadi semakin cantik setiap kali dia mengganti baju dan memamerkan diri di hadapanku. Cara gadis itu tersenyum menanyakan pendapatku yang selalu berupa anggukan, karena tidak ada satu jenis pakaian pun yang terlihat tidak pantas di tubuh gadis itu.
“aku lapar. Ayo makan siang dulu.” Ucapnya seraya menarik lenganku memasuki foodcourt sebelum aku sempat berkomentar lebih jauh.
Jina memesan dua potong hamburger dan segelas jus jeruk. Yang langsung dilahapnya dengan nikmat.
“sering-sering memakan makanan cepat saji itu tidak baik, jina-ah.”ucapku sembari mengelap saus yang menempel dibibirnya. Membuat pipinya meyemburkan semburat merah yang membuatnya menjadi sangat lucu.
“aku tidak selalu makan makanan cepat saji kok. Biasanya Aku ..”
“biasanya kau akan makan di café di dekat kampus atau pergi ke café langganan di suatu tempat bersama sahabatmu.” Ucapku menebak apa yang akan jina katakan. Dan melihat ekspresi jina saat ini sepertinya tebakanku benar.
“itu sama saja, jina. Yang kumaksud makanan sehat adalah makanan bergizi buatan rumah. Kang ahjumma kan bisa memasak masakan yang sehat untukmu. Kau tidak perlu terus-terusan makan diluar rumah. Kau juga bisa membawa bekal.”ucapku panjang lebar.
“alasanku makan diluar adalah karena aku tidak mau makan dirumah. Kalau dirumah, aku pasti akan makan sendirian karena para pelayan tidak mau makan bersamaku dengan alasan bahwa mereka Cuma seorang pelayan. Dan makan sendirian itu tidak enak. Makanya aku lebih memilih makan diluar bersama sunhee.” Jelasnya panjang lebar. Sekarang aku mengerti bahwa sikap acuh tak acuhnya selama ini adalah karena dia kesepian. Dan dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Terutama ibu dan kakaknya.
“kalau begitu, mulai sekarang kau harus makan masakan rumah. Dan membawa bekal untuk makan siang. Kau tidak perlu khawatir, karena mulai sekarang aku akan selalu menemanimu agar kau tidak kesepian”
“kesepian? Siapa yang kau maksud kesepian? Aku? apa aku kelihatan seperti anak kesepian?” ucapnya tak terima
“bukan begitu. Yang jelas, mulai sekarang aku akan selalu menemanimu.”
Jina`s POV
Aku butuh oksigen. Aku rasa oksigen disekitarku mulai menipis. Pria ini memberikan dampak yang luar biasa pada tubuhku. Apa dia sadar apa yang baru saja dia katakan? Meskipun sikapnya barusan hanya sebuah perhatian biasa, tapi itu memberikan dampak yang tidak biasa pada jantungku.
Pria ini adalah pria pertama yang bisa mengerti isi hatiku yang selama ini selalu kusembunyikan bahkan dari sunhee. Pria ini dapat memberikan perhatian yang tidak dapat kudapatkan dari ibu dan kakakku. Bahkan perhatiannya lebih dari sunhee yang sudah mengenalku selama lima tahun.
Ini tidak adil. Bagaimana bisa pria dihadapanku ini bersikap biasa saja sedangkan dirinya sendiri memberikan pengaruh yang luar biasa pada diriku. Aku merasa seperti orang yang bodoh.
“kau baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba melamun?” tanyanya.
Aku melihatnya. Pria itu. shin won ho dan kekasih barunya memasuki tempat ini sambil bergandengan tangan. Dan bisa kulihat wanita itu juga melihat kearahku. Dan setelah itu, apa yang dilakukannya. Dia makin menempel erat ke shin. Memamerkan kemesraan. Cih. Dia pikir itu akan membuatku cemburu? Sayang sekali, aku malah merasa mau muntah melihatnya.
Author`s POV
Woobin bingung melihat jina yang tiba-tiba melamun melihat kearah pintu masuk. dan saat dia ikut melihat kearah yang sama, dia mengerti apa alasannya. Ada pria itu. pria yang woobin ingat memutuskan jina di café waktu itu. yang artinya pria itu adalah mantan kekasih jina. Dia melihat pria itu masuk bersama seorang gadis yang sedang bergelayut manja. Membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya karena jijik melihat tingkah wanita itu.
Apa itu alasannya jina jadi melamun? Apa jina masih menyukai pria itu? pikir woobin.
“ayo pergi.” Ucap woobin tiba-tiba membuyarkan lamunan jina. Tanpa menunggu jawaban jina, woobin langsung membawa semua belanjaan jina dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menarik lengan jina dan menggandengnya.
Woobin sengaja menggandeng lengan jina dan keluar melewati shin dan pacarnya untuk membuat mereka cemburu. Tanpa sadar bahwa yang sebenarnya cemburu adalah woobin. Dia tidak suka kalau jina masih memikirkan mantan kekasihnya padahal statusnya sekarang adalah tunangannya.
Shin dan choi hyunji-pacar baru shin- menyadari woobin dan jina yang langsung pergi setelah mereka baru duduk.
“kau lihat yang barusan? Bukankah itu jina? Siapa pria yang bersamanya?” Tanya shin curiga.
“kau tidak tahu? Itu tunangannya. Namanya kim woobin. Anak pemilik phantom corp.” jawab hyunji santai.
“tunangannya? Kapan mereka bertunangan?” ucap shin panik. Sebenarnya, dia masih menyukai jina. Hanya saja, saat itu dia sedikit tergoda dengan hyunji yang mendekatinya. Dan melihat sikap jina yang cuek padanya, dia memutuskan untuk memilih hyunji dan meninggalkan jina.
“sekitar seminggu yang lalu. Pestanya diadakan besar-besaran. Banyak pengusaha besar yang diundang. Ayahku juga diundang. Karena itu aku tahu tentang mereka.”
Hyunji merasa ada yang aneh dengan shin. Hyunji tahu, pasti shin kesal karena jina sudah punya kekasih baru. Hyunji juga tahu bahwa shin masih menyukai jina. Dia tahu kalau sebenarnya shin sama sekali tidak menyukainya. Hyunji hanya senang merebut kekasih orang lain. kebiasaan buruknya sejak SMP.
“kenapa? Apa kau menyesal memutuskan jina?” Tanya hyunji blak-blakan.
“eh? Bukan. Maksudku,” ucap shin gelagapan.
“tidak apa-apa. kau ingin aku membantumu?”
“eh? Apa maksudmu?” Tanya shin bingung
“aku tertarik pada kim woobin. Aku ingin dia jadi milikku. Jadi singkatnya, aku mengajakmu bekerja sama. Aku akan membantumu kembali pada jina. Dengan begitu, aku bisa merebut wobin dari jina.” Tawar hyunji
“eh? Eeeh?”
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar