THE
STORY OF MY LIFE
Author
: Alice Abbys
Cast
:
1. Han jina
2.
Kim
woobin
3. Park
sunhee
4.
Lee
jongsuk
5.
Shin
won ho
6.
Kim
jongin
7.
Kim
taemin
8. Choi hyunji
Genre
: romance, family
Rating
: PG-15
Length
: chaptered
CHAPTER 6
Woobin`s POV
“ibuku yang kau kenal bukanlah
ibu kandungku.” Ucapku. Aku penasaran reaksi seperti apa yang akan ditunjukan
oleh jina setelah aku mengatakan hal ini. Sebenarnya Ini bukan rahasia, hanya
saja aku tidak pernah mau mengatakan pada orang-orang tentang keadaan ini. Bukan
sesuatu yang harus dikatakan, pikirku.
“mwo? Kau sedang bercanda
sekarang?” ucapnya. Hah? Apa aku tidak salah dengar? Apa gadis ini tidak
percaya padaku? Aku baru saja mengatakan hal yang seharusnya menjadi hal taboo
dalam keluarga dan gadis ini baru saja menuduhku berbohong?
“yak! Kau pikir ini waktunya
bercanda? Aku sedang bicara serius disini dan kau menuduhku berbohong?” ucapku
tak percaya.
“tapi, bagaimana bisa..” ucapnya
bingung.
“ibu kandungku meninggal karena
sakit saat aku berumur 2 tahun. Dan beberapa bulan setelah ibuku meninggal,
ayahku menikah lagi dengan ibuku yang sekarang. Dan setahun kemudian jin woon
lahir. Cerita yang simple.” Ucapku menjelaskan.
“kau baik-baik saja?” tanyanya.
Membuatku menyerngit heran mendengar pertanyaannya.
“maksudku, bagaimana perasaanmu?
Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan? Kau kehilangan ibumu di saat
usiamu masih 2 tahun, dan baru beberapa bulan ibumu meninggal, ayahmu menikah
lagi. Kau pasti tidak baik-baik saja kan? Pastinya kau, eng, sakit hati
mungkin? Meskipun usiamu saat itu baru 2 tahun.” tanyanya panjang lebar.
Aku ternganga mendengarnya. Dulu
saat aku menceritakan soal ini pada jongsuk, dia hanya mengangguk mengerti dan
meminta maaf karena merasa membuat perasaanku tidak enak karena
menceritakannya. Tapi gadis ini, dia mengerti bagaimana perasaanku. Memang saat
itu aku sempat membenci ibuku karena telah merebut ayahku dari ibuku dan
membuat ayahku melupakan ibuku dengan cepat. Bahkan mereka langsung memiliki
jin woon tidak lama setelah itu. tapi itu perasaan lama. Sekarang aku sudah
bisa menerima mereka berdua. aku hanya tersenyum mendengar kata-kata jina.
“hem, dulu memang iya. Aku sempat
membenci ibu dan adikku. Tapi sekarang tidak. Kalau sekarang, aku
berterimakasih pada ibuku karena telah membuat ayahku bahagia sekali lagi
setelah ibuku meninggal.”ucapku.
“kau benar. Pasti kau tidak ingin
ayahmu terus-terusan meratapi ibumu. Lagipula, aku yakin kalau ayahmu pasti
tidak akan melupakan ibumu. Ayahmu pasti tetap mencintai ibumu meskipun
sekarang ia telah tiada. Aku yakin soal itu.” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Membuatku seketika meledakkan tawaku.
“hahaha. Kau ini lucu sekali.
bagaimana kau bisa tahu soal bagaimana perasaan ayahku? Memangnya kau
cenayang?” ledekku.
“huh. Aku kan sedang menghiburmu”
ujarnya dengan wajah cemberut. Lucu sekali. aku langsung menghentikan tawaku
dan kembali tersenyum padanya.
Jina`s POV
Dia tertawa. Tertawa dengan
lepasnya. Oke. Dia memang sedang mentertawakanku, tapi itu justru membuat
jantungku berdetak tidak karuan.
“huh. Aku kan sedang
menghiburmu.” Ucapku dengan wajah cemberut untuk menyembunyikan kegugupanku
yang tak beralasan ini. Setelah itu kulihat dia mulai berhenti tertawa dan
menggantinya dengan senyuman. Senyuman yang aku yakin dapat melelehkan hati
gadis mana saja. Termasuk aku. aku tahu sekarang pasti wajahku sudah semerah
kepiting rebus. Aku langsung berdiri dan berjalan kearah taman belakang untuk
mendingin wajahku yang sudah sangat panas sekarang.
“kau sendiri? Apa kau tidak penasaran
bagaimana kabar ayahmu sekarang? Apa kau tidak merindukannya?” tanyanya. Aku
kaget mendengar pertanyaannya. Membuat tubuhku kaku seketika. Aku terdiam. Sama
sekali tidak menjawab pertanyaannya.
“maaf” hanya itu yang
diucapkannya kemudian. Setelah itu keheningan kembali menghampiri kami. Hanya
suara hembusan angin malam yang terdengar. Yang juga membuat tubuhku mulai
menggigil.
“aku baik-baik saja” ucapku
memecah keheningan.”bukannya aku tidak merindukannya, tapi aku tidak ingin
membuat ibuku sedih. Setelah orangtuaku bercerai, ibuku berusaha matian-matian
untuk membesarkan aku dan kakakku. Ibuku bahkan menyetujui usul kakekku agar
kami pindah ke Korea dan memulai hidup baru disini. Aku dan kakakku bahkan
mengganti nama keluarga kami menggunakan marga keluarga ibuku. Dan aku tidak
ingin mengecewakan ibuku.”ucapku panjang lebar.
Kudengar woobin menghela nafas.
Membuatku bingung kenapa dia melakukannya. Apa aku mengatakan hal yang salah.
Kutatap woobin tepat dimanik matanya. Tapi setelah itu dia malah menarik
lenganku dan mendekapku. Membuat kaget. tapi anehnya aku sama sekali tidak
keberatan dengan perlakuannya. Aku hanya diam dengan tubuh kaku dengan tangan
disamping tubuhku.
Woobin`s POV
Perlu waktu beberapa detik
sebelum jina mulai melingkarkan lengannya di pingganng ku, membenamkan wajahnya
di dada ku dan mulai terisak pelan. Sedangkan aku itu tidak melakukan apa-apa
untuk menghentikannya.
aku mengangkat tanganku, memindahkannya ke
belakang kepala gadis itu dan mengusapnya perlahan dalam gerakan teratur. Gadis
itu hanya perlu tempat menangis, dan aku bisa memberikannya secara cuma-cuma.
aku membiarkan dirinku tenggelam dalam pikiran
lain. aku bisa merasakan setiap lekuk tubuh gadis itu yang terasa pas di
tubuhku, dada gadis itu yang menekan dadanku, atau paha kami yang saling
bergesekan. Tapi meskipun dengan jarak seintim ini, aku tidak akan berpikir
apapun. Tidak dengan gadis ini. Keberadaan gadis ini membuatku nyaman dan aku
tidak mau merusak semua itu hanya karena tidak bisa menahan nafsuku sendiri.
Gadis ini gadis pertama yang aku inginkan
karena kepribadian yang dia miliki, Bukan karena rasa penasaran untuk
menaklukkan, tapi lebih karena kebutuhanku untuk memiliki gadis ini di sampingku.
Aku tahu ini sudah terjadi cukup lama, aku hanya menunda-nunda untuk
mengakuinya saja. Aku tidak tahu kapan, tapi aku sudah jatuh cinta pada gadis ini
dan tidak bisa mengendalikan diri lebih lama lagi.
Jina`s POV
Aku menatap langit-langit kamarku dengan
tatapan kosong. Otakku memutar ingatan satu jam yang lalu, saat aku berada
dalam pelukan woobin dan menangis sepuasnya. Yang kuingat, aku bahkan tidak
tahu untuk apa aku menangis karena di saat yang bersamaan aku merasakan panas
yang menguar dari tubuh pria itu, detak jantung pria itu di telingaku, dan
aroma tubuh pria itu.
Sepertinya aku mulai gila.
Belum pernah aku merasakan perasaan seperti
ini pada seorang pria. Bahkan aku baru mengenal pria ini selama beberapa minggu
dan dia sudah berhasil membuatku hampir terkena serangan jantung berulang kali.
Bahkan pada `pria` itu sekalipun.
Tiba-tiba aku jadi teringat lagi pada ‘pria’
itu. pria yang sudah kunobatkan sebagai cinta pertamaku. Dan pria sama yang
sempat hampir kunobatkan sebagai cinta terakhirku. Sebelum akhirnya dia meninggalkanku
dengan penuh tanda Tanya.
Pikiranku terisi penuh dengan banyak hal
sampai aku tertidur dengan lelapnya.
Next morning 7.00
am
Tidurku lumayan nyenyak semalam kalau
dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Aku tidak ada jadwal kuliah pagi
ini. Tapi entah kenapa aku ingin bangun pagi. Dan melihat perutku yang mulai
minta diisi, aku langsung menuju ke meja makan setelah mandi.
Aku melihatnya. Woobin. Sudah ada di
meja makan sedang menikmati sarapannya. Tiba-tiba aku kembali teringat kejadian
semalam dan jantungku mulai berdetak diluar kendali tanpa seijinku. Sial. Ini
masih pagi, tahu!
“morning. Tidurmu nyenyak?” tanyanya.
“hm hm.” Gumamku asal. Aku masih tidak
tahu harus bersikap seperti apa setelah kejadian semalam saat dia memelukku dan
membiarkanku menangis di pelukannya.
“baru saja aku ingin membangunkanmu.”
“aku bukan anak kecil, tahu!” ucapku
pura-pura cemberut.
“hihi. Kau tidak kuliah hari ini?”
Tanya woobin dengan senyumannya. Astaga. Pria ini ingin membuatku mati
sepertinya.
“tidak.” Jawabku singkat.
“mau ikut denganku? Aku akan ke
SHINSEGAE. mengurus beberapa hal.” Ajaknya. Aku berpikir sejenak.
“aku mau. Tapi setelah itu temani aku
belanja. Bagaimana?” tawarku
“tidak masalah.”
At
SHINSEGAE , 13.00 pm
Woobin`s POV
Aku sudah menyelesaikan urusanku
disini dan sekarang aku sedang menemani gadis ini berbelanja.
“aku baru tahu kalau kau sangat hobby
shoping.” Ucapku dengan sedikit nada mencibir.
“wae? Kau bilang mau menemaniku
berbelanja.” Ucapnya
“aku bilang ingin menemani. Bukannya
menjadi tukang angkut barang belanjaanmu.” Ucapku tak percaya. Kedua tanganku
sudah terisi dengan barang belanjaan gadis ini. Pantas saja gaya berpakaiannya
selalu modist. Cara berbelanjanya saja seperti ini.
Tapi aku tidak sepenuhnya kesal. aku menyukai
sensasi yang kudapatkan selagi menunggui gadis itu di depan kamar ganti,
degupan jantungku saat tirai mulai terbuka, dan bagaimana gadis itu berdiri di hadapanku
meminta pendapat tentang penampilannya.
Aku suka dengan kenyataan bahwa aku menjadi
orang pertama yang melihat gadis itu dalam balutan gaun pilihannya, bagaimana aku
tidak bisa berhenti terpana melihat gadis itu menjadi semakin cantik setiap
kali dia mengganti baju dan memamerkan diri di hadapanku. Cara gadis itu
tersenyum menanyakan pendapatku yang selalu berupa anggukan, karena tidak ada
satu jenis pakaian pun yang terlihat tidak pantas di tubuh gadis itu.
“aku lapar. Ayo makan siang dulu.” Ucapnya
seraya menarik lenganku memasuki foodcourt sebelum aku sempat berkomentar lebih
jauh.
Jina memesan dua potong hamburger dan segelas
jus jeruk. Yang langsung dilahapnya dengan nikmat.
“sering-sering memakan makanan cepat saji itu
tidak baik, jina-ah.”ucapku sembari mengelap saus yang menempel dibibirnya.
Membuat pipinya meyemburkan semburat merah yang membuatnya menjadi sangat lucu.
“aku tidak selalu makan makanan cepat saji
kok. Biasanya Aku ..”
“biasanya kau akan makan di café di dekat
kampus atau pergi ke café langganan di suatu tempat bersama sahabatmu.” Ucapku
menebak apa yang akan jina katakan. Dan melihat ekspresi jina saat ini
sepertinya tebakanku benar.
“itu sama saja, jina. Yang kumaksud makanan
sehat adalah makanan bergizi buatan rumah. Kang ahjumma kan bisa memasak
masakan yang sehat untukmu. Kau tidak perlu terus-terusan makan diluar rumah.
Kau juga bisa membawa bekal.”ucapku panjang lebar.
“alasanku makan diluar adalah karena aku tidak
mau makan dirumah. Kalau dirumah, aku pasti akan makan sendirian karena para
pelayan tidak mau makan bersamaku dengan alasan bahwa mereka Cuma seorang
pelayan. Dan makan sendirian itu tidak enak. Makanya aku lebih memilih makan
diluar bersama sunhee.” Jelasnya panjang lebar. Sekarang aku mengerti bahwa
sikap acuh tak acuhnya selama ini adalah karena dia kesepian. Dan dia tidak
ingin orang lain mengetahuinya. Terutama ibu dan kakaknya.
“kalau begitu, mulai sekarang kau harus makan
masakan rumah. Dan membawa bekal untuk makan siang. Kau tidak perlu khawatir,
karena mulai sekarang aku akan selalu menemanimu agar kau tidak kesepian”
“kesepian? Siapa yang kau maksud kesepian? Aku?
apa aku kelihatan seperti anak kesepian?” ucapnya tak terima
“bukan begitu. Yang jelas, mulai sekarang aku
akan selalu menemanimu.”
Jina`s POV
Aku butuh oksigen. Aku rasa oksigen
disekitarku mulai menipis. Pria ini memberikan dampak yang luar biasa pada
tubuhku. Apa dia sadar apa yang baru saja dia katakan? Meskipun sikapnya
barusan hanya sebuah perhatian biasa, tapi itu memberikan dampak yang tidak
biasa pada jantungku.
Pria ini adalah pria pertama yang bisa
mengerti isi hatiku yang selama ini selalu kusembunyikan bahkan dari sunhee.
Pria ini dapat memberikan perhatian yang tidak dapat kudapatkan dari ibu dan
kakakku. Bahkan perhatiannya lebih dari sunhee yang sudah mengenalku selama
lima tahun.
Ini tidak adil. Bagaimana bisa pria
dihadapanku ini bersikap biasa saja sedangkan dirinya sendiri memberikan
pengaruh yang luar biasa pada diriku. Aku merasa seperti orang yang bodoh.
“kau baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba
melamun?” tanyanya.
Aku melihatnya. Pria itu. shin won ho dan
kekasih barunya memasuki tempat ini sambil bergandengan tangan. Dan bisa
kulihat wanita itu juga melihat kearahku. Dan setelah itu, apa yang
dilakukannya. Dia makin menempel erat ke shin. Memamerkan kemesraan. Cih. Dia
pikir itu akan membuatku cemburu? Sayang sekali, aku malah merasa mau muntah
melihatnya.
Author`s POV
Woobin bingung melihat jina yang tiba-tiba
melamun melihat kearah pintu masuk. dan saat dia ikut melihat kearah yang sama,
dia mengerti apa alasannya. Ada pria itu. pria yang woobin ingat memutuskan
jina di café waktu itu. yang artinya pria itu adalah mantan kekasih jina. Dia
melihat pria itu masuk bersama seorang gadis yang sedang bergelayut manja.
Membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya karena jijik melihat tingkah wanita
itu.
Apa itu alasannya
jina jadi melamun? Apa jina masih menyukai pria itu? pikir woobin.
“ayo pergi.” Ucap woobin tiba-tiba membuyarkan
lamunan jina. Tanpa menunggu jawaban jina, woobin langsung membawa semua
belanjaan jina dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menarik lengan
jina dan menggandengnya.
Woobin sengaja menggandeng lengan jina dan
keluar melewati shin dan pacarnya untuk membuat mereka cemburu. Tanpa sadar
bahwa yang sebenarnya cemburu adalah woobin. Dia tidak suka kalau jina masih
memikirkan mantan kekasihnya padahal statusnya sekarang adalah tunangannya.
Shin dan choi hyunji-pacar baru shin-
menyadari woobin dan jina yang langsung pergi setelah mereka baru duduk.
“kau lihat yang barusan? Bukankah itu jina?
Siapa pria yang bersamanya?” Tanya shin curiga.
“kau tidak tahu? Itu tunangannya. Namanya kim
woobin. Anak pemilik phantom corp.” jawab hyunji santai.
“tunangannya? Kapan mereka bertunangan?” ucap
shin panik. Sebenarnya, dia masih menyukai jina. Hanya saja, saat itu dia
sedikit tergoda dengan hyunji yang mendekatinya. Dan melihat sikap jina yang
cuek padanya, dia memutuskan untuk memilih hyunji dan meninggalkan jina.
“sekitar seminggu yang lalu. Pestanya diadakan
besar-besaran. Banyak pengusaha besar yang diundang. Ayahku juga diundang.
Karena itu aku tahu tentang mereka.”
Hyunji merasa ada yang aneh dengan shin.
Hyunji tahu, pasti shin kesal karena jina sudah punya kekasih baru. Hyunji juga
tahu bahwa shin masih menyukai jina. Dia tahu kalau sebenarnya shin sama sekali
tidak menyukainya. Hyunji hanya senang merebut kekasih orang lain. kebiasaan
buruknya sejak SMP.
“kenapa? Apa kau menyesal memutuskan jina?”
Tanya hyunji blak-blakan.
“eh? Bukan. Maksudku,” ucap shin gelagapan.
“tidak apa-apa. kau ingin aku membantumu?”
“eh? Apa maksudmu?” Tanya shin bingung
“aku tertarik pada kim woobin. Aku ingin dia
jadi milikku. Jadi singkatnya, aku mengajakmu bekerja sama. Aku akan membantumu
kembali pada jina. Dengan begitu, aku bisa merebut wobin dari jina.” Tawar
hyunji
“eh? Eeeh?”
TBC