Jumat, 08 Agustus 2014

THE STORY OF MY LIFE [Chapter 6]



THE STORY OF MY LIFE


  
Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Park sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance, family
Rating : PG-15
Length : chaptered
CHAPTER 6
Woobin`s  POV
“ibuku yang kau kenal bukanlah ibu kandungku.” Ucapku. Aku penasaran reaksi seperti apa yang akan ditunjukan oleh jina setelah aku mengatakan hal ini. Sebenarnya Ini bukan rahasia, hanya saja aku tidak pernah mau mengatakan pada orang-orang tentang keadaan ini. Bukan sesuatu yang harus dikatakan, pikirku.
“mwo? Kau sedang bercanda sekarang?” ucapnya. Hah? Apa aku tidak salah dengar? Apa gadis ini tidak percaya padaku? Aku baru saja mengatakan hal yang seharusnya menjadi hal taboo dalam keluarga dan gadis ini baru saja menuduhku berbohong?
“yak! Kau pikir ini waktunya bercanda? Aku sedang bicara serius disini dan kau menuduhku berbohong?” ucapku tak percaya.
“tapi, bagaimana bisa..” ucapnya bingung.
“ibu kandungku meninggal karena sakit saat aku berumur 2 tahun. Dan beberapa bulan setelah ibuku meninggal, ayahku menikah lagi dengan ibuku yang sekarang. Dan setahun kemudian jin woon lahir. Cerita yang simple.” Ucapku menjelaskan.
“kau baik-baik saja?” tanyanya. Membuatku menyerngit heran mendengar pertanyaannya.
“maksudku, bagaimana perasaanmu? Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan? Kau kehilangan ibumu di saat usiamu masih 2 tahun, dan baru beberapa bulan ibumu meninggal, ayahmu menikah lagi. Kau pasti tidak baik-baik saja kan? Pastinya kau, eng, sakit hati mungkin? Meskipun usiamu saat itu baru 2 tahun.” tanyanya panjang lebar.
Aku ternganga mendengarnya. Dulu saat aku menceritakan soal ini pada jongsuk, dia hanya mengangguk mengerti dan meminta maaf karena merasa membuat perasaanku tidak enak karena menceritakannya. Tapi gadis ini, dia mengerti bagaimana perasaanku. Memang saat itu aku sempat membenci ibuku karena telah merebut ayahku dari ibuku dan membuat ayahku melupakan ibuku dengan cepat. Bahkan mereka langsung memiliki jin woon tidak lama setelah itu. tapi itu perasaan lama. Sekarang aku sudah bisa menerima mereka berdua. aku hanya tersenyum mendengar kata-kata jina.
“hem, dulu memang iya. Aku sempat membenci ibu dan adikku. Tapi sekarang tidak. Kalau sekarang, aku berterimakasih pada ibuku karena telah membuat ayahku bahagia sekali lagi setelah ibuku meninggal.”ucapku.
“kau benar. Pasti kau tidak ingin ayahmu terus-terusan meratapi ibumu. Lagipula, aku yakin kalau ayahmu pasti tidak akan melupakan ibumu. Ayahmu pasti tetap mencintai ibumu meskipun sekarang ia telah tiada. Aku yakin soal itu.” ucapnya dengan penuh keyakinan. Membuatku seketika meledakkan tawaku.
“hahaha. Kau ini lucu sekali. bagaimana kau bisa tahu soal bagaimana perasaan ayahku? Memangnya kau cenayang?” ledekku.
“huh. Aku kan sedang menghiburmu” ujarnya dengan wajah cemberut. Lucu sekali. aku langsung menghentikan tawaku dan kembali tersenyum padanya.
Jina`s POV
Dia tertawa. Tertawa dengan lepasnya. Oke. Dia memang sedang mentertawakanku, tapi itu justru membuat jantungku berdetak tidak karuan.
“huh. Aku kan sedang menghiburmu.” Ucapku dengan wajah cemberut untuk menyembunyikan kegugupanku yang tak beralasan ini. Setelah itu kulihat dia mulai berhenti tertawa dan menggantinya dengan senyuman. Senyuman yang aku yakin dapat melelehkan hati gadis mana saja. Termasuk aku. aku tahu sekarang pasti wajahku sudah semerah kepiting rebus. Aku langsung berdiri dan berjalan kearah taman belakang untuk mendingin wajahku yang sudah sangat panas sekarang.
“kau sendiri? Apa kau tidak penasaran bagaimana kabar ayahmu sekarang? Apa kau tidak merindukannya?” tanyanya. Aku kaget mendengar pertanyaannya. Membuat tubuhku kaku seketika. Aku terdiam. Sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
“maaf” hanya itu yang diucapkannya kemudian. Setelah itu keheningan kembali menghampiri kami. Hanya suara hembusan angin malam yang terdengar. Yang juga membuat tubuhku mulai menggigil.
“aku baik-baik saja” ucapku memecah keheningan.”bukannya aku tidak merindukannya, tapi aku tidak ingin membuat ibuku sedih. Setelah orangtuaku bercerai, ibuku berusaha matian-matian untuk membesarkan aku dan kakakku. Ibuku bahkan menyetujui usul kakekku agar kami pindah ke Korea dan memulai hidup baru disini. Aku dan kakakku bahkan mengganti nama keluarga kami menggunakan marga keluarga ibuku. Dan aku tidak ingin mengecewakan ibuku.”ucapku panjang lebar.
Kudengar woobin menghela nafas. Membuatku bingung kenapa dia melakukannya. Apa aku mengatakan hal yang salah. Kutatap woobin tepat dimanik matanya. Tapi setelah itu dia malah menarik lenganku dan mendekapku. Membuat kaget. tapi anehnya aku sama sekali tidak keberatan dengan perlakuannya. Aku hanya diam dengan tubuh kaku dengan tangan disamping tubuhku.
Woobin`s POV
Perlu waktu beberapa detik sebelum jina mulai melingkarkan lengannya di pingganng ku, membenamkan wajahnya di dada ku dan mulai terisak pelan. Sedangkan aku itu tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya.
aku mengangkat tanganku, memindahkannya ke belakang kepala gadis itu dan mengusapnya perlahan dalam gerakan teratur. Gadis itu hanya perlu tempat menangis, dan aku bisa memberikannya secara cuma-cuma.
aku membiarkan dirinku tenggelam dalam pikiran lain. aku bisa merasakan setiap lekuk tubuh gadis itu yang terasa pas di tubuhku, dada gadis itu yang menekan dadanku, atau paha kami yang saling bergesekan. Tapi meskipun dengan jarak seintim ini, aku tidak akan berpikir apapun. Tidak dengan gadis ini. Keberadaan gadis ini membuatku nyaman dan aku tidak mau merusak semua itu hanya karena tidak bisa menahan nafsuku sendiri.
Gadis ini gadis pertama yang aku inginkan karena kepribadian yang dia miliki, Bukan karena rasa penasaran untuk menaklukkan, tapi lebih karena kebutuhanku untuk memiliki gadis ini di sampingku. Aku tahu ini sudah terjadi cukup lama, aku hanya menunda-nunda untuk mengakuinya saja. Aku tidak tahu kapan, tapi aku sudah jatuh cinta pada gadis ini dan tidak bisa mengendalikan diri lebih lama lagi.
Jina`s POV
Aku menatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong. Otakku memutar ingatan satu jam yang lalu, saat aku berada dalam pelukan woobin dan menangis sepuasnya. Yang kuingat, aku bahkan tidak tahu untuk apa aku menangis karena di saat yang bersamaan aku merasakan panas yang menguar dari tubuh pria itu, detak jantung pria itu di telingaku, dan aroma tubuh pria itu. Sepertinya aku mulai gila.
Belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini pada seorang pria. Bahkan aku baru mengenal pria ini selama beberapa minggu dan dia sudah berhasil membuatku hampir terkena serangan jantung berulang kali. Bahkan pada `pria` itu sekalipun. Tiba-tiba aku jadi teringat lagi pada ‘pria’ itu. pria yang sudah kunobatkan sebagai cinta pertamaku. Dan pria sama yang sempat hampir kunobatkan sebagai cinta terakhirku. Sebelum akhirnya dia meninggalkanku dengan penuh tanda Tanya.
Pikiranku terisi penuh dengan banyak hal sampai aku tertidur dengan lelapnya.
Next morning 7.00 am
Tidurku lumayan nyenyak semalam kalau dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Aku tidak ada jadwal kuliah pagi ini. Tapi entah kenapa aku ingin bangun pagi. Dan melihat perutku yang mulai minta diisi, aku langsung menuju ke meja makan setelah mandi.
Aku melihatnya. Woobin. Sudah ada di meja makan sedang menikmati sarapannya. Tiba-tiba aku kembali teringat kejadian semalam dan jantungku mulai berdetak diluar kendali tanpa seijinku. Sial. Ini masih pagi, tahu!
“morning. Tidurmu nyenyak?” tanyanya.
“hm hm.” Gumamku asal. Aku masih tidak tahu harus bersikap seperti apa setelah kejadian semalam saat dia memelukku dan membiarkanku menangis di pelukannya.
“baru saja aku ingin membangunkanmu.”
“aku bukan anak kecil, tahu!” ucapku pura-pura cemberut.
“hihi. Kau tidak kuliah hari ini?” Tanya woobin dengan senyumannya. Astaga. Pria ini ingin membuatku mati sepertinya.
“tidak.” Jawabku singkat.
“mau ikut denganku? Aku akan ke SHINSEGAE. mengurus beberapa hal.” Ajaknya. Aku berpikir sejenak.
“aku mau. Tapi setelah itu temani aku belanja. Bagaimana?” tawarku
“tidak masalah.”
At SHINSEGAE , 13.00 pm
Woobin`s POV
Aku sudah menyelesaikan urusanku disini dan sekarang aku sedang menemani gadis ini berbelanja.
“aku baru tahu kalau kau sangat hobby shoping.” Ucapku dengan sedikit nada mencibir.
“wae? Kau bilang mau menemaniku berbelanja.” Ucapnya
“aku bilang ingin menemani. Bukannya menjadi tukang angkut barang belanjaanmu.” Ucapku tak percaya. Kedua tanganku sudah terisi dengan barang belanjaan gadis ini. Pantas saja gaya berpakaiannya selalu modist. Cara berbelanjanya saja seperti ini.
Tapi aku tidak sepenuhnya kesal. aku menyukai sensasi yang kudapatkan selagi menunggui gadis itu di depan kamar ganti, degupan jantungku saat tirai mulai terbuka, dan bagaimana gadis itu berdiri di hadapanku meminta pendapat tentang penampilannya.
Aku suka dengan kenyataan bahwa aku menjadi orang pertama yang melihat gadis itu dalam balutan gaun pilihannya, bagaimana aku tidak bisa berhenti terpana melihat gadis itu menjadi semakin cantik setiap kali dia mengganti baju dan memamerkan diri di hadapanku. Cara gadis itu tersenyum menanyakan pendapatku yang selalu berupa anggukan, karena tidak ada satu jenis pakaian pun yang terlihat tidak pantas di tubuh gadis itu.
“aku lapar. Ayo makan siang dulu.” Ucapnya seraya menarik lenganku memasuki foodcourt sebelum aku sempat berkomentar lebih jauh.
Jina memesan dua potong hamburger dan segelas jus jeruk. Yang langsung dilahapnya dengan nikmat.
“sering-sering memakan makanan cepat saji itu tidak baik, jina-ah.”ucapku sembari mengelap saus yang menempel dibibirnya. Membuat pipinya meyemburkan semburat merah yang membuatnya menjadi sangat lucu.
“aku tidak selalu makan makanan cepat saji kok. Biasanya Aku ..”
“biasanya kau akan makan di café di dekat kampus atau pergi ke café langganan di suatu tempat bersama sahabatmu.” Ucapku menebak apa yang akan jina katakan. Dan melihat ekspresi jina saat ini sepertinya tebakanku benar.
“itu sama saja, jina. Yang kumaksud makanan sehat adalah makanan bergizi buatan rumah. Kang ahjumma kan bisa memasak masakan yang sehat untukmu. Kau tidak perlu terus-terusan makan diluar rumah. Kau juga bisa membawa bekal.”ucapku panjang lebar.
“alasanku makan diluar adalah karena aku tidak mau makan dirumah. Kalau dirumah, aku pasti akan makan sendirian karena para pelayan tidak mau makan bersamaku dengan alasan bahwa mereka Cuma seorang pelayan. Dan makan sendirian itu tidak enak. Makanya aku lebih memilih makan diluar bersama sunhee.” Jelasnya panjang lebar. Sekarang aku mengerti bahwa sikap acuh tak acuhnya selama ini adalah karena dia kesepian. Dan dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Terutama ibu dan kakaknya.
“kalau begitu, mulai sekarang kau harus makan masakan rumah. Dan membawa bekal untuk makan siang. Kau tidak perlu khawatir, karena mulai sekarang aku akan selalu menemanimu agar kau tidak kesepian”
“kesepian? Siapa yang kau maksud kesepian? Aku? apa aku kelihatan seperti anak kesepian?” ucapnya tak terima
“bukan begitu. Yang jelas, mulai sekarang aku akan selalu menemanimu.”
Jina`s POV
Aku butuh oksigen. Aku rasa oksigen disekitarku mulai menipis. Pria ini memberikan dampak yang luar biasa pada tubuhku. Apa dia sadar apa yang baru saja dia katakan? Meskipun sikapnya barusan hanya sebuah perhatian biasa, tapi itu memberikan dampak yang tidak biasa pada jantungku.
Pria ini adalah pria pertama yang bisa mengerti isi hatiku yang selama ini selalu kusembunyikan bahkan dari sunhee. Pria ini dapat memberikan perhatian yang tidak dapat kudapatkan dari ibu dan kakakku. Bahkan perhatiannya lebih dari sunhee yang sudah mengenalku selama lima tahun.
Ini tidak adil. Bagaimana bisa pria dihadapanku ini bersikap biasa saja sedangkan dirinya sendiri memberikan pengaruh yang luar biasa pada diriku. Aku merasa seperti orang yang bodoh.
“kau baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba melamun?” tanyanya.
Aku melihatnya. Pria itu. shin won ho dan kekasih barunya memasuki tempat ini sambil bergandengan tangan. Dan bisa kulihat wanita itu juga melihat kearahku. Dan setelah itu, apa yang dilakukannya. Dia makin menempel erat ke shin. Memamerkan kemesraan. Cih. Dia pikir itu akan membuatku cemburu? Sayang sekali, aku malah merasa mau muntah melihatnya.
Author`s POV
Woobin bingung melihat jina yang tiba-tiba melamun melihat kearah pintu masuk. dan saat dia ikut melihat kearah yang sama, dia mengerti apa alasannya. Ada pria itu. pria yang woobin ingat memutuskan jina di café waktu itu. yang artinya pria itu adalah mantan kekasih jina. Dia melihat pria itu masuk bersama seorang gadis yang sedang bergelayut manja. Membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya karena jijik melihat tingkah wanita itu.
Apa itu alasannya jina jadi melamun? Apa jina masih menyukai pria itu? pikir woobin.
“ayo pergi.” Ucap woobin tiba-tiba membuyarkan lamunan jina. Tanpa menunggu jawaban jina, woobin langsung membawa semua belanjaan jina dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menarik lengan jina dan menggandengnya.
Woobin sengaja menggandeng lengan jina dan keluar melewati shin dan pacarnya untuk membuat mereka cemburu. Tanpa sadar bahwa yang sebenarnya cemburu adalah woobin. Dia tidak suka kalau jina masih memikirkan mantan kekasihnya padahal statusnya sekarang adalah tunangannya.
Shin dan choi hyunji-pacar baru shin- menyadari woobin dan jina yang langsung pergi setelah mereka baru duduk.
“kau lihat yang barusan? Bukankah itu jina? Siapa pria yang bersamanya?” Tanya shin curiga.
“kau tidak tahu? Itu tunangannya. Namanya kim woobin. Anak pemilik phantom corp.” jawab hyunji santai.
“tunangannya? Kapan mereka bertunangan?” ucap shin panik. Sebenarnya, dia masih menyukai jina. Hanya saja, saat itu dia sedikit tergoda dengan hyunji yang mendekatinya. Dan melihat sikap jina yang cuek padanya, dia memutuskan untuk memilih hyunji dan meninggalkan jina.
“sekitar seminggu yang lalu. Pestanya diadakan besar-besaran. Banyak pengusaha besar yang diundang. Ayahku juga diundang. Karena itu aku tahu tentang mereka.”
Hyunji merasa ada yang aneh dengan shin. Hyunji tahu, pasti shin kesal karena jina sudah punya kekasih baru. Hyunji juga tahu bahwa shin masih menyukai jina. Dia tahu kalau sebenarnya shin sama sekali tidak menyukainya. Hyunji hanya senang merebut kekasih orang lain. kebiasaan buruknya sejak SMP.
“kenapa? Apa kau menyesal memutuskan jina?” Tanya hyunji blak-blakan.
“eh? Bukan. Maksudku,” ucap shin gelagapan.
“tidak apa-apa. kau ingin aku membantumu?”
“eh? Apa maksudmu?” Tanya shin bingung
“aku tertarik pada kim woobin. Aku ingin dia jadi milikku. Jadi singkatnya, aku mengajakmu bekerja sama. Aku akan membantumu kembali pada jina. Dengan begitu, aku bisa merebut wobin dari jina.” Tawar hyunji
“eh? Eeeh?”
TBC

THE STORY OF MY LIFE [CHAPTER 5]



THE STORY OF MY LIFE

  
Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Park sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance, family
Rating : PG-15
Length : chaptered

CHAPTER 5

jika kita sedang bersama seseorang yang disukai waktu akan terasa begitu cepat.

Thursday may 28 2014 7 am
Han`s home, apgujeong-dong, gangnam-gu
Author`s POV
“jina-ah, ppali ireona.”
Jina merasa ada yang memanggil namanya. Suara laki-laki. Karena merasa asing dengan suara ini, maka jina membuka matanya dengan susah payah. Jina mencoba mengumpulkan fokusnya dan malah terkejut setengah mati saat melihat wajah woobin yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.
“kyaaa. What the hell you doing here, woobin?!” pekik jina yang langsung melompat bangun karena terkejut.
“membangunkanmu. Memangnya kau kira aku sedang apa, hah? Sudah jam tujuh. Bukankah kau ada kelas pagi ini? Cepatlah siap-siap dan sarapan. Aku tunggu dibawah.” Ucap woobin santai sembari berjalan keluar kamar.
“what the hell?! Ah, aku lupa. Orang itu tinggal disini dari kemarin. Haaah” ujar jina sambil turun dari tempat tidurnya dan melangkah kearah kamar mandi.
Mulai dari kemarin, woobin tinggal di rumah keluarga han dan menempati kamar tamu disebelah kamar jina. Jina sempat menolak dan berniat mengusir woobin dari rumahnya kalau saja woobin tidak ngotot untuk tetap tinggal dengan alasan menghormati permintaan gilbert.
“gil hyung yang meminta langsung kepadaku untuk menjagamu, bagaimana aku bisa menolak permintaanya? Aku bisa dianggap kurang ajar kalau aku pulang sekarang hanya karena kau menolak.” Itu yang dikatakan woobin kemarin dan dengan seenaknya pula dia menempati kamar disebelah kamarku.
“orang itu seenaknya saja. Dia kira dia raja?! Ugh. Menyebalkan.” Gerutu jina selama ia mandi.
At dining room
Woobin sedang mengoleskan selai keatas rotinya saat melihat jina yang sedang menuruni tangga dan berjalan kearahnya. Woobin sedikit terpana melihat cara berpakaian gadis itu. kemeja longgar berwarna putih, tanktop, celana jins, dan sepatu kets. Ditambah rambutnya yang diikat kebelakang, tetapi tetap dapat membuat jantung woobin berdetak dengan cepat.
“duduklah.” Ucap woobin sambil menyodorkan beberapa potong roti yang sudah dioleskan selai olehnya tadi.
Jina menganguk dan duduk didepan woobin. Gadis itu memakan roti yang tadi diberikan woobin sambil sekilas melihat pria itu. oh, lupakan kata ‘sekilas’ itu. pria ini terlalu tampan untuk dilihat hanya sekilas.
Woobin mengenakan kemeja putih pas badan dan celana jins dan sepatu kets berwarna biru tua. Jina tidak merasa heran sekarang kenapa pria ini digilai oleh para wanita dan menjadi idola kampus. Dia saja yang baru menyadarinya.
“aku akan mengantarmu kekampus.” Ucap woobin memecah keheningan. Membuyarkan lamunan jina.
“eoh? Tidak perlu. Aku bisa membawa mobil sendiri. Lagipula biasanya aku pergi bersama sunhee.” Tolak jina.
“kau pergi bersamaku saja. Lagipula sunhee akan pergi bersama jongsuk.”
“jongsuk sunbae?”
“iya. Kau tidak tahu? Akhir-akhir ini mereka cukup dekat menurutku.”
“hm.. iya sih.” Jina berusaha mengingat-ingat kejadian akhir-akhir ini tentang sunhee. Sahabatnya itu memang beberapa kali pergi bersama jongsuk sunbae.
“kau sudah selesai? Ayo berangkat.”
“eoh? Iya.”
Di mobil, jina memperhatikan pria disampingnya dari sudut matanya. Pria ini mengemudikan mobil dengan raut wajah serius, mata yang tajam, dan tangannya yang sering mengacak-acak rambut hitam tebalnya. Wajah tampan, tubuh tinggi, pintar, dan memiliki kekayaan yang tidak bisa dibilang sedikit. Jenis pria yang akan selalu berhasil membuat setiap wanita jatuh cinta, bahkan meskipun mereka tidak menginginkannya. Dan dengan kenyataan bahwa sekarang pria ini adalah tunangannya, membuat jina tersenyum-seyum sendiri. Perasaan yang aneh, pikirnya.
Jina tersadar bahwa mereka sudah tiba dikampus. Dia membuka sabuk pengamannya dan langsung keluar dari mobil. Disusul woobin yang langsung menghampirinya agar mereka bisa berjalan bersama memasuki kampus. Membuat semua mahasiswa dan mahasiswi yang melihat mereka terheran.
“mereka semua bingung kenapa kita datang bersama.” Ucap jina
“biarkan saja.”
“hmm, penggemarmu bisa patah hati kalau tahu kita sudah bertunangan.”
“sama halnya dengan dengan fans mu, tahu. Lagipula aku tidak perduli pada mereka semua. Tunanganku itu kamu. Jadi aku hanya perlu memperhatikanmu saja.”
“kau tidak kecewa? Kau bisa kehilangan penggemar kalau mereka mendengar apa yang baru saja kau ucapkan.” Ucap jina. Sebenarnya ia ingin langsung lari dan menyembunyikan suara detak jantungnya yang mulai tidak karuan karena ucapan woobin barusan.
“ini bekalmu.” Ucap woobin mengacuhkan kata-kata jina barusan sambil menyodorkan kotak bekal kecil kearah jina.
“nanti aku akan menjemputmu dikelas dan kita akan makan siang sama-sama.” Ucapnya lagi setelah jina mengambil kotak bekalnya.
“tidak usah. tidak perlu repot-repot.”
“tidak mau. Pokoknya nanti aku kan menjemputmu. Titik. Aku ingin makan siang denganmu. Kalau kau kabur, aku tidak akan makan siang.”
“hah?! Kau kekanak-kanakan.” ucap jina
“terserah. Pokoknya kita harus makan bersama. Dan, jina-ah, jaga dirimu. Sampai jumpa nanti siang.” Ucap woobin dengan senyumnya dan langsung pergi sebelum jina bicara apapun lagi. Meninggalkan jina yang masih berdiri ditempatnya. Merasakan detak jantungnya yang sudah tidak karuan lagi karena perhatian woobin barusan.
Sial, dia sudah menjadi salah satu wanita yang terperangkap oleh pesona woobin.
Jina`s class , 11 am
Kelas sudah mulai sepi karena pelajaran sudah selesai 5 menit yang lalu. Sebagian sudah keluar kelas dan sebagian lagi masih dikelas untuk sekedar mengobrol lebih lama atau sedang membicarakan hal-hal lainnya. Sama seperti jina yang masih mengobrol dengan sunhee.
“sunhee-ah, apa kau pacaran dengan jongsuk sunbae?” Tanya jina penasaran
“aniya, kami tidak pacaran.” Ucap sunhee gelagapan.
“tapi akhir-akhir ini kalian kelihatan dekat. Kau bahkan diantar jemput olehnya.”
“yah, anggap saja sedang pendekatan. Hehe. Kau sendiri? Sudah ada kemajuan dengan woobin? Kau juga diantar olehnya.”
“woobin tinggal dirumahku sekarang.”
“MWORAGO?!” ucap sunhee histeris “ bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Kenapa aku baru tahu? Sejak kapan?” tanyanya bertubi-tubi.
“aish, kau berisik sekali. sejak kemarin. Gil dan mom pergi ke New York dan akan menetap untuk sementara. Dan entah apa yang dipikirkan gil, dia meminta woobin untuk tinggal dirumahku dan menjagaku. Absurd.”
Baru sunhee akan mengajukan pertanyaan lagi. Mereka dikejutkan dengan teriakan histeris dari teman-teman sekelasnya yang membuat mereka menoleh kearah mereka melihat. Woobin. Pantas saja mereka histeris. Ini pertama kalinya woobin datang ketempat mereka. Woobin mengacuhkan anak-anak lainnya dan berjalan kearah jina.
“untunglah kau tidak kabur. Aku lapar. Ayo makan.” Ucapnya cuek dan langsung menarik lengan jina sebelum jina membuka suara. Mereka langsung pergi dengan cepat.
“huh. Mereka bahkan tidak pamit dulu.” Gerutu sunhee yang ditinggalkan bersama orang-orang yang penasaran dengan woobin dan jina. Karena takut menjadi sasaran pertanyaan mereka, sunhee sendiripun langsung melesat keluar kelas.
At canteen
“Kau ini kasar sekali. tiba-tiba menarikku dan membawaku seenakmu sendiri. Aku bahkan tidak sempat pamitan pada sunhee. Yak! Kau dengar tidak.” Oceh jina saat mereka sudah duduk di salah satu kursi di kantin.
“kau ini berisik sekali. cepat makan bekalmu. Aku tidak ingin kau sakit karena telat makan. Dan bekalmu sudah kupastikan lebih sehat daripada makanan kantin” ucap woobin. Baru jina akan mengajukan protes lagi, tiba-tiba ada yang mengahampiri mereka.
“sunbae, aku ingin bertanya. Apa hubungan kalian? Dari tadi pagi kalian datang bersama dan sekarang kalian makan bersama. Apa kalian pacaran?” Tanya wanita yang tiba-tiba datang ini. Dan sudah pasti yang ditanyai adalah woobin.
“itu bukan urusanmu.” Jawab jina. Melihat justru jina yang menjawab pertanyaannya, wanita ini justru tidak berhenti mengoceh.
“kalau benar kalian pacaran, kenapa sunbae memilih dia? Meskipun gadis ini cantik, tapi kelakuannya buruk. Cara bicaranya juga ketus. Sama sekali tidak cocok dengan sunbae.” Ucap wanita itu ketus.
“ap-“ baru saja jina akan protes lagi. Mulutnya langsung tertutup dengan sesuatu yang lembut.
Semua orang di kantin yang dari tadi memperhatikan mereka juga ikut terkejut karena woobin tiba-tiba saja mencium bibir jina. Jina sendiri pun sangat terkejut. Mungkin lebih terkejut dari orang-orang yang melihatnya. Termasuk wanita yang tadi melabrak mereka.
“dia bukan pacarku. Lebih dari itu. gadis ini adalah tunanganku. Calon istriku. Dan dia adalah calon terbaik yang kumiliki.” Ucap woobin lantang setelah melepaskan ciumannya.
“jadi tolong, jangan campuri urusanku.” Ucapnya lagi. Setelah itu woobin langsung menarik jina yang masih terbengong keluar dari kantin.
Han`s home, apgujeong-dong, gangnam-gu
“apa sih yang kau pikirkan sampai-sampai menciumku didepan umum?! Apa kau tidak tahu malu? Apa kau tidak lihat bagaimana ekspresi kaget mereka yang ada di kantin?” ucap jina meledak-ledak.
“kau berisik sekali. tidak masalah kan aku menciummu? Kau kan tunanganku. Kupikir aku punya hak.”
“kau tidak punya hak apa-apa. dan aku benci dengan sikapmu. Kau bahkan sama sekali tidak tertarik padaku. Tapi kau sudah dua kali menciumku. Kau sangat aneh. Apa yang kau rencanakan? Apa kau sengaja mempermainkanku?” ucap jina emosi.
Mendengar ucapan jina, woobbin langsung menarik lengan jina agar jina menatapnya.
“mempermainkanmu? Apa aku terlihat mempermainkanmu? Kau pikir aku ini pria macam apa? Dengar. Aku tidak akan mencium gadis yang tidak aku sukai. Kau mengerti?” ucap woobin yang setelah itu langsung meninggalkan jina dan masuk ke kamarnya.
“mwo.. mwoya?”
19.30 pm
“Jina-ah, makan malam.” Ucap woobin sambil mengetuk pintu kamar jina.
Jina sendiri tidak tertarik untuk membukakan pintu. Apalagi untuk makan malam berdua saja dengan woobin. Jina langsung teringat dengan kata-kata woobin tadi siang.
“Aku tidak akan mencium gadis yang tidak aku sukai. Kau mengerti?”
Arrgh. Kalimat woobin membuatku bingung saja. Apa artinya dia menyukaiku? Tapi dia tidak pernah mengatakannya. Dan sikapnya selama ini yang terkadang perhatian dan terkadang cuek hanya semakin membuat bingung saja.
“jina-ah. cepat buka pintunya atau aku akan mendobraknya.” Ancam woobin dari luar. Tapi jna tidak bergeming. Tetap pada posisinya ditempat tidur.
BRAK!
Jina langsung terkejut dan spontan menegakkan tubuhnya dan lebih terkejut lagi melihat pintu kamarnya yang sudah lepas dari tempatnya semula. Dia menebak, pasti woobin baru saja menendangnya sekuat tenaga. Dan melihat ekspresi woobin yang sama sekali tidak ramah, membuat jina merasa takut.
“a-apa yang kau lakukan?! Kau baru saja menghancurkan pintu kamarku!” ucap jina gelagapan. Tapi woobin hanya diam dan berjalan kearah jina.
“aku menyuruhmu makan tapi kau sama sekali tidak mau keluar kamar. Jadi aku terpaksa mendobrak kamarmu.” Ucap woobin santai dan langsung menarik jina keluar dari kamar.
“kau ini ternyata pria pemaksa.” Gerutu jina
“benarkah? Kalau begitu kau harus mulai terbiasa dengan semua sifatku, nona han.” Ujar woobin santai.
“heol.”
Jina dan woobin makan dalam diam. Tidak ada yang berminat untuk memulai percakapan sama sekali. sampai akhirnya woobin menyerah dan meminta waktu jina sebentar untuk bicara. Woobin mengajak jina untuk mengobrol di taman belakang sambil minum teh.
“aku ingin minta maaf” ucap woobin mengawali.
“aku ingin minta maaf kalau sikapku selama ini selalu membuatmu kesal.” Lanjutnya lagi.
“memang. Sampai sekarangpun kau masih menyebalkan.” Ujar jina ketus
“tapi aku tidak akan menyesali apa yang sudah apa yang kulakukan.”
“apa?”
“begini saja, ayo mulai semua dari awal. Mulai dari perkenalan. Aku ingin memperbaiki semuanya dari awal. Dengan cara baik-baik.” Ucap woobin menawarkan. Ini sama sekali bukan caranya. Biasanya ia akan meninggalkan sesuatu yang jelas-jelas tidak tertarik padanya. Tapi gadis ini berbeda. Ia ingin menjalani hubungan yang baik dengannya. Ia ingin dipandang dengan baik oleh gadis ini.
Jina bisa melihat ketulusan dari ucapan woobin sekarang. Dan ia juga merasa harus memulai hubungan yang baik dengan pria ini. Mengingat bahwa pria ini merupakan calon suaminya, dia tidak bisa terus-terusan menghindar. Apalagi saat dia sudah mulai tertarik pada pria ini seperti sekarang.
“call. Aku setuju. Ayo mulai semua dari awal. Dengan cara baik-baik.” Ucap jina sambil tersenyum pada woobin. Senyum tulus pertamanya untuk woobin. Membuat wajah woobin merah seketika.
Sial. Bagaimana bisa gadis ini membuatnya terpana hanya karena sebuah senyuman? Dia jadi terlihat seperti anak remaja yang jantungnya berdegup sedemikian kencang hanya karena melihat gadis yang disukainya melintas lewat.
“jadi? Dari mana kita mulai? Apa perlu aku mulai dari memberitahumu namaku?” ucap jina jahil
“bagaimana kalau dimulai dari keluarga?” Tanya woobin hati-hati. Dia sudah tahu sebagian besar cerita tentang keluarga jina. Karena itu, dia sedikit takut menanyakannya.
“keluargaku? Sederhana. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Ayahku tidak ada. Kupikir kau pasti sudah tahu soal itu. Ah, apa kau penasaran tentang kewarganegaraanku? Ayahku orang amerika. Ibuku campuran amerika dan korea. Orangtuaku menikah dan tinggal di Amerika. Kakakkupun lahir di Amerika. Tapi saat ibuku hamil aku, beliau bilang Ia ingin aku dilahirkan di Korea. Tapi saat umurku satu tahun, kami kembali ke Amerika.” Ucap jina panjang lebar. woobin bingung melihatnya. ia pikir jina akan tersinggung atau semacamnya saat woobin menanyakan tentang keluarganya.
“saat aku berumur sepuluh tahun, orang tuaku bercerai. Ayahku dibuang dari kilton corp. dan kekuasaan kilton corp diberikan pada ibuku. Tapi kakek dan nenekku meminta mom membawa aku dan kakakku pindah ke Korea. Mereka juga memindahkan kantor pusat ke Korea agar ibuku bisa tetap menjadi pemimpin perusahaan. Aku mengubah marga keluargaku dan menggunakan marga ibuku. Han. Jina clark berubah menjadi han jina. Dan disinilah aku sekarang.” Jelasnya lagi. Ada sedikit nada kesedihan dari suaranya meskipun wajahnya terlihat datar-datar saja. “dan, bagaimana denganmu?” tanyanya.
“kau benar-benar ingin mendengarnya?”Tanya woobin. “hm, mungkin aku memang harus menceritakannya padamu, mengingat kau adalah calon istriku.” Lanjutnya lagi dengan nada sedikit bercanda.
“apa-apaan itu?” ucap jina dengan nada kesal.
“ibuku yang kau kenal bukanlah ibu kandungku.” 
TBC