THE
STORY OF MY LIFE
Author
: Alice Abbys
Cast
:
1. Han jina
2.
Kim
woobin
3.
Park
sunhee
4.
Lee
jongsuk
5.
Shin
won ho
6.
Kim
jongin
7.
Kim
taemin
8. Choi hyunji
Genre
: romance, family
Rating
: PG-15
Length
: chaptered
CHAPTER 7
SHINSEGAE
PARKING LOT
Jina`s POV
“kau ini kenapa sih? Tiba-tiba
menarikku seperti ini. Kenapa kau marah?” tanyaku. Aku bingung dengan sikapnya.
Tiba-tiba dia seperti marah entah pada apa dan menarikku seenaknya.
“kau masih menyukainya?” tanyanya
sembari memasukkan barang belanjaanku kedalam bagasi mobil.
“eh? Apa? siapa? Kau bicara apa?
aku tidak mengerti.” Ucapku
“pria itu. mantan kekasihmu dan
pacar barunya. Kau memperhatikannya bukan?”
“eh?” apa yang dia maksud adalah
shin? Apa dia mengira aku memperhatikan
shin? Padahal aku sedang memikirkan sikap woobin padaku dan dia malah mengira
aku memperhatikan mantan kekasihku?
“tunggu. Darimana kau tahu dia
mantan kekasihku?” tanyaku heran
“aku melihatnya. Saat kalian putus
di cafĂ© itu. itu juga pertama kali aku tertarik padamu” ucapnya seraya menutup
bagasi dan melihat tepat ke manik mataku. Membuat jantungku kembali berdetak
diluar kendali.
“benarkah? Aku baru tahu.”ucapku
cuek untuk menyembunyikan rasa Maluku.
“jangan mengalihkan pembicaraan.
Kau masih meyukainya?” tanyanya lagi saat aku baru membuka pintu mobil.
“tidak.” Ucapku tak yakin sambil
masuk kedalam mobil. Tak yakin? Apa maksudku? Aku bahkan sama sekali tidak
menyukai shin dari awal kami pacaran. Kenapa aku malah bingung menjawab
pertanyaan woobin? Kulihat woobin masuk kedalam mobil dan mulai menghidupkan
mesin. Dan, ekspresi wajahnya sulit kubaca. Sedikit aneh. Apa dia marah? Kenapa
dia harus marah? Apa dia, cemburu?
tapi woobin sama sekali tidak
berniat mengobrol di perjalanan pulang. Dia hanya menjawab seperlunya saat aku
mencoba mengajak bicara. Dia benar-benar marah untuk alasan yang tidak
kuketahui.
Woobin`s POV
“tidak”. Ucapnya. Meskipun hanya
satu kata, Ada nada ragu diucapannya. Jadi, dia benar-benar masih menyukai
mantannya itu? sial, aku jadi kesal mengetahuinya. Aku tidak bisa menahan rasa
amarahku. Dan daripada aku melampiaskannya pada jina, aku lebih memiih untuk
diam atau menjawab seadanya saat jina mengajakku bicara.
Dan karena sikapku, bisa kulihat
jina mulai gelisah. Dan akhirnya, kami tidak bicara satu sama lain lagi bahkan
setelah sampai dirumah. Saat makan malam, aku lebih memilih makan dikamar dan
jina pun tidak memaksaku makan bersamanya.
Haah, padahal aku yang mengatakan
padanya kalau aku tidak akan membiarkan dia sendirian lagi. Tapi sekarang,
justru aku yang meninggalkannya.
Next day, 7
am
Han`s home
Jina`s POV
Aku makan sendrian. Lagi. Semalam
woobin sama sekali tidak keluar kamar dan malah meminta kang ahjumma untuk
mengantarkan makanan ke kamarnya dengan alasan sedang sibuk. Membuatku makan
sendirian. Menyebalkan. Bukankah woobin sendiri yang bilang kalau dia tidak
akan membuatku sendirian lagi. Tapi belum ada sehari setelah dia mengatakan
itu, dia sendiri yang meninggalkanku.
Menyebalkan. Menyebalkan.
Menyebalkan.
TING TONG
Kudengar bel rumahku berbunyi. Dan
beberapa saat setelah itu, kang ahjumma mengahampiriku.
“nona, ada tamu yang mencari anda.”
Ucap kang ahjumma
“tamu? Siapa?” tanyaku heran. Siapa
yang mencariku pagi-pagi sekali. sunhee? Tidak mungkin. Kalau sunhee yang
datang, pasti dia tidak perlu memencat bel lagi.
“tuan shin, nona.”
“eh?” shin? Shin ada disini?
Kenapa?”
“iya. Tuan shin. Mantan kekasih
anda.” Ucap kang ahjumma meyakinkan. Akhirnya aku pergi keruang tamu.
“shin? Apa yang kau lakukan
disini?”tanyaku.
“hai, jina. Lama tidak bertemu.”
Ucapnya
“apa maumu?” tanyaku to the point
“aku ingin bicara. Ayo pergi
kekampus bersama.” Ajaknya.
“apa yang sedang kau bicarakan?
Kita kan sudah tidak ada hubungan apapun?” tanyaku heran
“eng, pokoknya, ayo pergi bersama.
Kita akan bicara di jalan.” Ucapnya.
Apa pria ini sudah gila? Dia yang
memutuskanku. Dan sekarang dia malah mendekatiku lagi? Bahkan mengajak pergi
bersama? Apa yang akan dikatakan woobin nanti kalau dia tahu? Woobin? Apa yang
kupikirkan? Woobin bahkan sudah melanggar janjinya.
“aku mengerti. Ayo pergi” ucapku
akhirnya.
Woobin`s POV
Aku keluar kamar lebih lambat dari
biasanya karena aku bangun kesiangan. Semalam aku tidak bisa tidur karena
memikirkan sikapku pada jina. Dan setelah aku bisa tidur, aku justru bangun
kesiangan sekarang. Kulihat kang ahjumma sedang membereskan piring-piring
diatas meja makan. Membereskan?
“apa jina sudah pergi?”tanyaku pada
kang ahjumma.
“sudah, tuan. Baru saja nona jina
pergi. Nona dijemput oleh tuan shin.” Ucap kang ahjumma.
“shin?” apa aku tidak salah dengar?
Shin? Mantan kekasih jina?
“iya. Mantan kekasih nona jina.
Beliau datang saat nona jina sedang sarapan. Dan mereka pergi bersama setelah
itu.” ucap kang ahjumma.
“aish.” Aku langsung berlari
kekamarku dan mengganti baju. Mengambil dompet dan kunci mobilku dan keluar
rumah. Menancap gas dengan cukup kuat. Aku harus ke kampus sekarang. Jangan
sampai jina dan shin kembali pacaran. Jina milikku. Tidak akan kubiarkan
siapapun merebutnya.
At shin`s
car
Jina`s POV
“jadi, apa yang ingin kau
bicarakan?” tanyaku
“kudengar kau sudah bertunangan.”
“iya.”jawabku singkat. “kami
dijodohkan.”
“berarti kau tidak mencintainya,
bukan?”
“apa maumu? Aku mencintainya atau
tidak bukan urusanmu kan?”
“tapi aku masih mencintaimu, jina-ah”
. ucapannya membuatku kaget. shin mencintaiku?
“tapi kau yang meniggalkanku.”
Ucapku
“itu karena aku, bingung dengan
perasaanmu. Kau tidak pernah menunjukkan ketertarikanmu padaku.” Ucapnya. Ah,
ini semua salahku. Karena sikap dinginku pada shin lah yang membuatnya
meninggalkanku.
“lalu?”
“aku ingin kau kembali padaku.”
“aku tidak mau. Aku tidak punya
perasaan apa-apa padamu.”ucapku dingin sembari keluar dari dalam mobil. Aku
langsung berjalan cepat kearah kelasku. Menghiraukan shin yang masih
memanggilku berkali-kali.
At class
Kulihat sunhee sudah berada dikelas. Sedang senyum-senyum
sembari melihat handphonenya.
“kau sedang melihat apa?” tanyaku
saat sampai di tempat duduk.
“eh. Morning, princess. Bagaimana
kabarmu?” ucap sunhee sambil tersenyum.
“aku Tanya, kau sedang lihat apa
sampai membuatmu senyum-senyum sendiri? Seperti orang gila.” Ucapku mengejek.
“lihat ini.” Ucapnya sambil
menyerahkan handphonenya padaku. Kulihat sebuah foto. Foto sunhee bersama
dengan jongsuk sunbae. Mereka sudah pacaran.
“kami pergi ke taman bermain
kemarin. Hehehe” ucapnya lagi saat aku menyerahkan kembali handphonenya.
“sunhee-ah. jina-ah.” panggil seseorang.
Ternyata jongsuk sunbae.
“pagi darling.” Ucap sunhee.
“pagi juga, darling” ucap jongsuk.
Huuek. Membuatku ingin muntah saja.
“aku pergi saja deh. Takut
menggangu.” Ucapku.
“tidak. Tunggu. Aku kesini justru
ingin bicara denganmu. Bertanya, lebih tepatnya.” Ucap jongsuk sunbae.
“denganku?” tanyaku heran sembari
kembali duduk.
“ada apa dengan hubunganmu dan
woobin?” tanyanya.
“apa maksudmu? Tidak ada apa-apa.”
ucapku
“tadi aku melihatmu datang bersama
pria lain.” ucapnya. Ups, sepertinya akan ada gossip baru.
“pria lain? bukan woobin oppa?
Siapa yang mengantarmu, jina?” Tanya sunhee ikut-ikutan.
“shin. Shin datang kerumahku dan
mengajakku pergi bersama.”ucapku santai.
“APA?!” Ucap sunhee kaget
“shin? Siapa?” Tanya jongsuk sunbae
“mantan jina”ucap sunhee.
“kenapa dia menjemputmu? Apa dia
ingin jadian lagi denganmu?” Tanya sunhee.
“begitulah. Tapi aku tidak mau.”
Ucapku.
“tentu saja harus kau tolak. Kau
kan sudah punya woobin.” Ucap jongsuk. Aku ingin sekali berteriak padanya kalau
woobin baru saja menghianatiku. Tapi kutahan entah karena apa. menghianati?
Kami bahkan tidak dekat dan hubungan kami baru sampai pada tahap saling
mengenal.
Dosenku tiba-tiba memasuki kelas.
Membuat jongsuk sunbae langsung keluar kelas dan pembicaraan kami terhenti
sampai disitu.
Woobin`s POV
Aku harus menemuinya. Gadis itu.
kami harus bicara. Aku harus minta maaf atas sikapku dari kemarin. Aku harus
memperbaiki hubungan kami. Sial. Aku sangat bodoh. Padahal jina sudah mulai
membuka diri padaku. Tapi aku justru menghancurkan kepercayaannya hanya karena
aku cemburu.
“woobin oppa.” Panggil seseorang.
Choi hyunji. Dia adalah tetanggaku sejak kecil sampai dia dan keluarganya
pindah rumah saat aku SMP.
“wae? Kau mencari seseorang?”
tanyanya.
“jina. Aku mencari jina. Kau
melihatnya?” aku tahu hyunji pasti kenal jina. Aku bahkan sanksi ada mahasiswa
yang tidak tahu jina.
“jina? Tunanganmu? Lihat. Dia
sedang ada kelas. Oya, apa kau dan jina sedang ada masalah? Kulihat tadi pagi
dia datang bersama shin.” Ucapnya.
“bukankah pria yang bernama shin
itu pacarmu? Aku melihat kalian berdua kemarin di Mall.”tanyaku.
“mantan. Kami putus kemarin. Dia
bilang dia ingin kembali pada mantannya. Dia ingin kembali pada jina.” Ucap
hyunji. Membuatku kaget. ternyata benar. Lelaki itu datang kerumah tadi pagi
untuk kembali pada jina. Apa jina menerimanya? Bukankah jina masih menyukai
pria itu? pikiran-pikiran buruk seperti itu berkelebat didalam kepalaku.
“oppa? Woobin oppa?” panggil
hyunji. Sepertinya aku melamun.
“mianhe, hyunji-ah. aku pergi
dulu.” Ucapku. Baru aku melangkah, tiba-tiba hyunji berdiri kedepanku dan
memelukku. Membuatku kaget setengah mati dengan sikapnya.
“oppa, saranghae.” Ucap hyunji.
Jina`s POV
“kau benar-benar menolak ajakan
shin untuk kembali bukan?” Tanya sunhee untuk kesekian kalinya.
“iya, nona sunhee. Aku belum cukup
gila untuk menerima ajakan shin sedangkan statusku sekarang adalah tunangan
orang. Huuh. Kau cerewet sekali.” ucapku.
“aku mengerti. Oh? Itu jongsuk
sunbae. Aku akan kesana. Aku pergi dulu ya, jina-ah. kalau ada apa-apa kau
harus segera memberitahuku.” Ucap sunhee
“arra, arra. Pergilah. Kau berisik
sekali” ucapku sambil sedikit mendorong sunhee pergi menjauh.
Baru sunhee pergi, saat aku hendak
berjalan pergi, tiba-tiba tubuhku menegang seketika. Karena didepan sana, aku
melihat woobin. Sedang berpelukan dengan seorang gadis. Aku tidak mengerti
dengan perasaanku sekarang. Sakit. Sangat sakit. Aku merasa tubuhku limbung
sesaat sebelum seseorang menutup mataku dari belakang dan menarikku pergi dari
tempat itu.
“shin?!” ucapku saat melihat siapa
yang menarikku. Tapi shin tidak mengatakan apa-apa. dia hanya menarikku dan
membawaku ke taman kampus yang tidak terlalu ramai, mendudukkanku disalah satu
bangku.
“kau tidak apa-apa?”tanyanya saat
melihat mataku yang sudah penuh menahan air mata. Aku tidak bisa bicara
apa-apa. aku takut saat aku mengeluarkan suara, air mataku akan jatuh.
“jina-ah.”ucapnya. aku hanya
menggelengkan kepala.
“kau, kau mencintainya?” pertanyaan
shin membuat air mataku tak bisa kubendung lagi. Seketika aku menangis
sejadi-jadinya.
“sakit. Sakit, shin.” Ucapku
disela-sela tangisanku.
“aku, aku mencintainya.” Ucapku
akhirnya. Shin hanya memandangiku sejenak dan langsung menarikku kedalam
pelukannya. Menenangkanku.
“tenanglah. Menangislah. Keluarkan
semua perasaanmu.”ucapnya. aku hanya bisa semakin menangis mendengar
kata-katanya. Aku sudah menyakitinya tetapi dia masih mau menenangkanku. Aku
menggelamkan kepalaku didadanya dan menangis sepuasku.
Woobin`s POV
“saranghae, oppa.” Ucap hyunji.
“apa? apa kau sedang bercanda?”
ucapku sambil melepaskan pelukannya.
“tidak. Aku tidak bercanda. Aku
selalu menyukaimu. Tapi kau tidak pernah tertarik padaku. Tapi kali ini, aku
ingin mengatakannya dengan jelas padamu, oppa. Aku mencintaimu.”
“mianhae, hyunji-ah. aku sudah
punya tunangan.” Ucapku
“aku tahu. Tapi kalian dijodohkan,
bukan? Kalian tidak saling mencintai. Kau bisa membatalkan perjodohan ini dan
mulai mencintaiku, oppa. Jebal.” Ucapnya.
“mianhae. Aku mencintainya. Dan aku
tidak akan menyerah untuk mendapatkannya.” Ucapku mantap. Ini pertama kalinya
aku mengakui perasaanku pada jina didepan orang. Bahkan didepan jongsuk
sekalipun aku selalu bilang kalau aku tertarik dengan jina. Tidak lebih. Tapi
kali ini, aku tidak akan ragu. Aku memang mencintai jina.
Hyunji sepertinya syok mendengar
kata-kataku dan langsung pergi meninggalkanku. Dan aku langsung teringat dengan
tujuan awalku. Jina. Baru aku membalikkan badan, aku sangat terkejut melihat
jongsuk dan sunhee yang sedang menatapku dengan tatapan marah. Ada apa dengan
mereka? Apa jangan-jangan mereka
melihatku berpelukan dengan hyunji barusan?
“jongsuk-ah” ucapku sambil berjalan
mendekati jongsuk.
“kau pria brengsek.” Ucap sunhee
blak-blakan. Tebakanku benar. Mereka melihatnya.
“aku bisa jelaskan. Aku..” ucapku
“bukan pada kami kau harus
menjelaskannya, woobin-ah.”ucap jongsuk membuatku tidak mengerti.
“oppa harus menjelaskannya pada
jina.”ucap sunhee
“jina?!” ucapku kaget. apa jina
melihatnya?
“jina melihatnya. Dan dia terlihat
sangat kaget.” ucap jongsuk
“dan shin membawanya pergi.” Lanjut
sunhee. Jina melihatnya? Apalagi shin yang membawa pergi jina. Situasi macam
apa ini?
“mereka pergi kemana?” ucapku
“tidak tahu. Kau harus mencarinya
sendiri. Kasihan jina. Padahal dia sudah mulai membuka diri padamu. Tapi kau
justru dengan mudah menghianatinya.” Ucap sunhee.
“bukan begitu. Aku sama sekali
tidak bermaksud..”
“pergilah.” Ucap jongsuk
mengingatkan. Aku langsung berlari meninggalkan mereka. Benar. Jina adalah
prioritasku sekarang. Aku berlari kearah taman kampus. Aku mulai mengedarkan
pandanganku. Mencari keberadaan jina. Dan betapa terkejutnya aku saat aku
melihatnya. Jina. Jina sedang berpelukan dengan pria itu. apa jina menerima
shin lagi? Apa aku terlambat? Dadaku langsung sakit melihatnya. Apa seperti ini
perasaan jina saat melihatku berpelukan dengan hyunji tadi? Dan dadaku tambah
sakit melihat jina tertawa pada shin saat pria itu menghapus air mata jina. Aku
tidak tahan melihatnya. Aku langsung pergi meniggalkan tempat itu secepatnya.
Kulajukan mobilku dengan kecepatan tinggi tanpa tujuan. Aku hanya ingin segera
pergi dari tempat itu.
Jina`s POV
Aku menangis cukup keras dan baru
menyadarinya saat shin menegurku.
“jina-ah. beberapa orang melihat
kearah kita dengan tatapan aneh. Mereka mungkin mengira kau menangis karena aku
ingin putus darimu dan kau memelukku karena tidak rela aku tinggalkan.”
Ucapnya. Seketika aku langsung menegakkan kepalaku dan tertawa. Seperti biasa.
Shin sering berusaha membuatku tertawa dengan bercandaannya dan itu sering
berhasil meskipun aku tidak punya perasaan apapun padanya. Dia menghapus sisa
air mataku dengan jarinya.
“aneh. Meskipun kau menangis, kau
masih terlihat cantik. Sudah diduga dari seorang putri kampus.” Ucapnya lagi
yang membuatku tersenyum.hanya sebentar.
“mianhae, shin. Aku..”
“shh. Kau tidak perlu mengatakan
apapun lagi. Aku mengerti kalau kau memang tidak bisa kembali padaku. Tapi, aku
masih boleh berhubungan denganmu kan? Sebagai teman?” tanyanya.
“eng, pasti. Gomawo, shin” ucapku.
“ayo. Kuantar pulang.” Tawarnya.
“iya. Ah, tapi, aku tidak ingin
pulang kerumah. Bisakah kau mengantarku kerumah sunhee?” ucapku. Aku tidak
ingin pulang kerumah dengan keadaan seperti ini. Aku harus menenangkan diri
dulu.
“aku mengerti. Kajja”.
Park`s
home, apgujeong-dong, gangnam-gu, south korea
21.00 pm
“kau sudah capek? Ingin tidur
sekarang?” Tanya sunhee.
“iya. Maaf ya, sunhee. Aku pasti
mengganggu.”ucapku
“tidak. Sama sekali tidak
mengganggu kok. Aku justru senang kau kesini dan menginap. Kau butuh tempat
untuk menenangkan diri.” Ucap sunhee. “tidurlah.” Ucapnya lagi
“gomawo, sunhee.”ucapku. siang
tadi, saat shin mengantarku pulang, aku mampir kerumah untuk mengambil beberapa
pakaian sebentar dan merasa lega saat tahu kalau woobin belum pulang. Dengan
dalih ada tugas, aku mendapat izin dari kang ahjumma untuk menginap dirumah
sunhee tapi memintanya untuk tidak memberitahu woobin tentang ini. Dan
sepertinya kang ahjumma mengerti,dan mengabulkan permintaanku. Buktinya, woobin
sama sekali tidak datang kerumah sunhee untuk mencariku. Atau bahkan mungkin
dia tidak perduli padaku.
Woobin`s POV
Sekarang sudah jam Sembilan malam.
Dan jina belum pulang. Aku mulai gelisah. Berpikir dimana gadis itu sekarang.
Apa jangan-jangan dia masih bersama pria itu? pikiranku makin kacau saat kang
ahjumma bilang jina tidak pulang tadi siang atau menelepon kerumah membeikan
kabar.
Kuraih handphone ku dan menelepon
jongsuk. Memintanya menelepon sunhee untuk bertanya apa jina ada dirumahnya
atau tidak. Tapi jongsuk bilang tidak ada. Membuatku makin panik.
Kuraih kunci mobilku dan mulai
menyusuri jalanan untuk mencarinya. Tapi sudah dua jam aku mencarinya, tidak
ketemu. Aku memutar mobilku dan memutuskan untuk pulang. Siapa tahu jina sudah
pulang. Tapi ternyata nihil. Kuputuskan untuk menunggunya pulang.
Next day
Sampai pagi aku menuggunya tanpa
tidur. Tapi gadis itu sama sekali tidak pulang. Aku yakin dia menginap dirumah
temannya. Tapi setahuku jina hanya punya satu teman dekat. Yaitu sunhee.
Jongsuk bilang jina tidak menginap dirumah sunhee. Apa itu artinya jina
menginap dirumah, shin? Kutepis pemikiran itu.
Kuputuskan untuk mencarinya lagi di
kampus. Aku sudah merasa putus asa sekarang. Aku merasa sesak nafas karena
tidak ada jina. Entah sejak kapan, gadis itu sudah seperti oksigen buatku. Aku
membutuhkannya agar aku bisa tetap hidup.
At
university
Aku mencarinya keliling kampus.
Tapi tidak ketemu. Pria bernama shin itupun tidak kelihatan batang hidungnya. wajar
saja, woobin pabo. Ini hari minggu. Siapa yang akan datang ke kampus di hari
minggu? Aku mengirim pesan pada jongsuk dan menanyakan sedang ada dimana dia
sekarang. membuatku sedikit lega saat tahu dia sedang bersama sunhee. Aku
langsung pergi ketempat mereka berdua untuk menanyakan keberadaan jina. Aku
yakin sunhee tahu dimana gadis itu berada.
“sunhee-ah.”panggilku. tapi aku
melihat ekspresi sunhee agak aneh. Pasti dia tahu apa yang ingin kuketahui.
Keberadaan jina.
“dimana jina?”tanyaku langsung
“eng, tidak tahu. Bukankah
dirumah?” ucapnya gelagapan. Membuatku semakin yakin kalau sunhee tahu dimana
jina. Bodoh sekali aku percaya padanya kemarin saat dia mengatakan padaku kalau
dia tidak tahu dimana jina.
“kumohon beritahu aku, sunhee-ah.
aku sudah mencarinya kemana-kemana. Aku juga menuggunya semalaman tapi dia sama
sekali tidak pulang kerumah. Kumohon, aku harus segera menyelesaikan
kesalahpahaman ini.” Ucapku memelas
“haah. Beritahu saja, hee-ah.”ucap
jongsuk akhirnya.
“arraseo. Jina ada dirumahku. Dia
menginap dirumahku semalam. Oppa, kumohon. Jangan sakiti jina.” Ucapnya pada
akhirnya.
“gomawo, sunhee-ah.” ucapku dan
langsung berlari ke parkiran. Mengambil mobilku dan menancap gas. Setelah
beberapa saat, aku langsung teringat sesuatu dan mengeluarkan handphoneku.
Mengetik sebuah pesan
To: jongsuk
Jongsuk-ah. dimana rumah sunhee?
Send. Aku baru sadar kalau aku
tidak tahu rumah sunhee. Aku merasa bodoh karena tadi aku langsung berlari
dengan semangat saat tahu dimana jina berada. Aku mulai menancap gas lagi saat
menerima pesan balasan dari jongsuk.
Park`s
home
Diihat dari alamat yang dikirimkan
jongsuk, aku yakin ini rumahnya. Ditambah plat bertuliskan park`s home didepan
rumahnya, membuat aku yakin tidak salah tempat. Dari pesan jongsuk, dia bilang
jina sedang sendirian dirumah sunhee karena orangtua sunhee sedang pergi keluar
kota.
Kuparkir mobilku didepan pagar dan
kumasuki rumahnya. Tidak sampai pintu karena aku melihat apa yang kucari sudah
berada didepanku. Jina. Gadis itu sedang menyiram tanaman didepan rumah.
Memunggungi aku yang membuatnya tidak mengetahui keberadaanku.
“jina?” panggilku. Jina menoleh
kearahku dan langsung terkejut dengan kedatanganku. Aku tidak perduli dengan
perasaannya sekarang. Aku langsung berjalan kearahnya dan menariknya kedalam
pelukanku dan mendekapnya erat.
“jina. Jina.” Ucapku berulang kali.
Aku sudah bisa bernafas sekarang karena oksigenku sudah ada dalam dekapanku
lagi.
Jina`s POV
Aku sangat terkejut melihat woobin
ada disini. Cih, pasti sunhee yang memberitahunya. Dan aku lebih terkejut lagi
saat woobin berjalan kearahku dan memelukku. Menyebut namaku berulang kali. Aku
sangat terkejut dan langsung melepaskan pelukannya. Menatapnya dengan bingung.
“jina-ah, aku merindukanmu.
Pulanglah. Aku tidak bisa hidup tanpamu.” Ucapnya. Membuat jantungku mendadak
berhenti berdetak.
“apa maksudmu? Bukankah kau sudah
punya kekasih? Wanita yang kemarin..”
“dia bukan kekasihku. Jina-ah. kau
harus percaya padaku.” Ucapnya memotong ucapanku.
“percaya apa? kau menghancurkan
kepercayaanku. Kau bilang kau tidak akan membuatku kesepian. Tapi setelah kau
mengatakan itu, kau malah mendiamkanku. Bagaimana bisa aku percaya padamu?”
ucapku frustasi. Baru aku akan melanjutkan kalimatku saat handphoneku berbunyi
menandakan telepon masuk. Shin. Baru akan aku angkat, tiba-tiba woobin
mengambil handphoneku dengan kasar dan melemparnya sembarangan.
“yak! Apa yang kau lakukan?”
Teriakku. Aku tidak habis pikir apa yang baru saja dilakukannya.
“apa yang kulakukan? Apa yang kau lakukan, jina-ah. kau
sedang bicara denganku. Bukan saatnya menerima telepon dari orang lain.”ucapnya
“itu bukan urusanmu. Dan kalau kau
lupa, woobin-ssi. Kita dijodohkan. Tidak ada landasan perasaan apapun. Dan aku
sudah mengatakannya padamu. Jangan campuri urusanku. Dengan siapapun aku
berhubungan, itu tidak ada urusannya denganmu.” Ucapku frustasi.
Author`s POV
“hentikan omong kosongmu itu, oke?”ucap woobin. Tatapan matanya
terlihat marah. “apa kau segitu bodohnya sampai tidak menyadari perasaanku?”
desis woobin sambil menarik pinggang gadis itu mendekat, membiarkan bibir
mereka menempel dalam satu sentuhan ringan, sebelum memberikan lumatan pelan
dan mendesak, membuat jina dengan refleks berjinjit.
Woobin
memiringkan wajahnya, menggigit bibir gadis itu ringan, mencari celah untuk
masuk. Dan saat dia mendapatkannya, dia menjelajahi rongga mulut gadis itu
dengan lidahnya, hanya sebentar kerana setelah itu dengan penuh kendali pria
itu mendorong wajah jina, memberikan jarak beberapa inci di antara bibir
mereka.
Jina
merasakan nafasnya sendiri memburu, berusaha keras menghirup oksigen sebanyak
yang dia bisa. Pria sialan ini bertindak sembarangan lagi dan dia lagi-lagi
dengan bodohnya tidak bisa melakukan apa-apa. Setiap sentuhan dari pria itu
membuat otaknya macet dan tidak bisa berpikir waras.
“brengsek,
kau.” Ucap jina. Dia tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. dia terduduk
di tanah. Membenakan wajahnya keatas lutut. Apa woobin benar-benar
mencintainya? Ia ingin tahu, ia ingin woobin memberitahunya dengan jelas. Tapi
ia juga tidak bisa menanyakannya karena takut mendengar jawabannya. Bagaimana
kalau sikap woobin selama ini karena ia tidak mau kehilangan perusahaannya?
Bagaimana kalau sikap woobin selama ini hanya untuk membuat hubungan baik
dengannya? Ia takut. Ia takut ditinggalkan lagi seperti dulu.
Woobin`s POV
Aku
memandangi tubuhnya yang terpuruk ditanah. Apa susah sekali baginya untuk
belajar mencintaiku? Tapi
tentu saja, dengan segala keegoisanku, aku tidak sanggup melepaskannya. Aku
bisa hidup tanpa dia, mungkin aku akan jadi setengah gila kalau itu terjadi,
tapi aku tidak mau hidup tanpa dia, karena aku tahu bagaimana akibatnya
untukku. Aku berlutut di hadapannya, menarik tubuh yang rapuh itu ke dalam
pelukanku. Aku bisa mendengarnya menangis terisak-isak, tidak beraksi apa-apa
terhadap perlakuanku.
“tenanglah.
Aku tidak akan menuntut apapun darimu lebih dari ini. Tapi kumohon, belajarlah
untuk menerimaku.” Ucapku.
Jina
melepaskan pelukanku dan menatapku. Setelah itu dia menganggukkan kepalanya.
Membuatku menghela napas lega. Aku tidak ingin menuntut lebih jauh lagi. Karena
aku tidak ingin mendengar penolakan dari gadis ini. Aku akan hancur kalau itu
sampai terjadi.
“ayo
pulang.” Ucapku sambil membantunya berdiri.
Han`s home
Jina`s POV
Aku tidak ingin memikirkan
apa-apa. aku tidak ingin menanyakan apapun. belum. Aku tidak siap mendengar
jawaban woobin. Tapi aku tidak bisa terus menghindar. Aku juga belum bisa
memastikan perasaanku. Apakah aku benar-benar jatuh cinta pada pria ini atau
tidak. Jadi aku memutuskan untuk mencoba mencari tahu bagaimana perasaan pria
ini padaku sedikit demi sedikit. Toh, masih ada waktu sampai keluarga kami
memutuskan pernikahan.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi.
Menandakan ada pesan masuk.
From : 09xxx
Jina-ah, apa kabar? Aku sudah
pulang ke korea. Dan aku sangat merindukanmu. Aku ingin bertemu denganmu.
Bagaimana kalau besok kita bertemu? Makan siang bersama mungkin?
Jongin_
Aku merasa seperti tersambar
petir membaca pesan itu. jongin? Jongin? JONGIN? DIA SUDAH KEMBALI KE KOREA?
Woobin`s POV
Aku tidak bisa membendung
perasaanku lagi. Aku ingin secepatnya menjadikan jina milikku seutuhnya.
“yeoboseo? Appa? Ada yang ingin
kuminta. Soal pernikahanku. Apa bisa appa mempercepatnya menjadi bulan depan?”
TBC