Minggu, 07 Desember 2014

THE STORY OF MY LIFE [Chater 7]

THE STORY OF MY LIFE




Author : Alice Abbys
Cast :
1.      Han jina
2.      Kim woobin
3.      Park sunhee
4.      Lee jongsuk
5.      Shin won ho
6.      Kim jongin
7.      Kim taemin
8.      Choi hyunji

Genre : romance, family
Rating : PG-15
Length : chaptered
CHAPTER 7
SHINSEGAE PARKING LOT
Jina`s POV
“kau ini kenapa sih? Tiba-tiba menarikku seperti ini. Kenapa kau marah?” tanyaku. Aku bingung dengan sikapnya. Tiba-tiba dia seperti marah entah pada apa dan menarikku seenaknya.
“kau masih menyukainya?” tanyanya sembari memasukkan barang belanjaanku kedalam bagasi mobil.
“eh? Apa? siapa? Kau bicara apa? aku tidak mengerti.” Ucapku
“pria itu. mantan kekasihmu dan pacar barunya. Kau memperhatikannya bukan?”
“eh?” apa yang dia maksud adalah shin? Apa dia mengira aku  memperhatikan shin? Padahal aku sedang memikirkan sikap woobin padaku dan dia malah mengira aku memperhatikan mantan kekasihku?
“tunggu. Darimana kau tahu dia mantan kekasihku?” tanyaku heran
“aku melihatnya. Saat kalian putus di café itu. itu juga pertama kali aku tertarik padamu” ucapnya seraya menutup bagasi dan melihat tepat ke manik mataku. Membuat jantungku kembali berdetak diluar kendali.
“benarkah? Aku baru tahu.”ucapku cuek untuk menyembunyikan rasa Maluku.
“jangan mengalihkan pembicaraan. Kau masih meyukainya?” tanyanya lagi saat aku baru membuka pintu mobil.
“tidak.” Ucapku tak yakin sambil masuk kedalam mobil. Tak yakin? Apa maksudku? Aku bahkan sama sekali tidak menyukai shin dari awal kami pacaran. Kenapa aku malah bingung menjawab pertanyaan woobin? Kulihat woobin masuk kedalam mobil dan mulai menghidupkan mesin. Dan, ekspresi wajahnya sulit kubaca. Sedikit aneh. Apa dia marah? Kenapa dia harus marah? Apa dia, cemburu?
tapi woobin sama sekali tidak berniat mengobrol di perjalanan pulang. Dia hanya menjawab seperlunya saat aku mencoba mengajak bicara. Dia benar-benar marah untuk alasan yang tidak kuketahui.
Woobin`s POV
“tidak”. Ucapnya. Meskipun hanya satu kata, Ada nada ragu diucapannya. Jadi, dia benar-benar masih menyukai mantannya itu? sial, aku jadi kesal mengetahuinya. Aku tidak bisa menahan rasa amarahku. Dan daripada aku melampiaskannya pada jina, aku lebih memiih untuk diam atau menjawab seadanya saat jina mengajakku bicara.
Dan karena sikapku, bisa kulihat jina mulai gelisah. Dan akhirnya, kami tidak bicara satu sama lain lagi bahkan setelah sampai dirumah. Saat makan malam, aku lebih memilih makan dikamar dan jina pun tidak memaksaku makan bersamanya.
Haah, padahal aku yang mengatakan padanya kalau aku tidak akan membiarkan dia sendirian lagi. Tapi sekarang, justru aku yang meninggalkannya.
Next day, 7 am
Han`s home
Jina`s POV
Aku makan sendrian. Lagi. Semalam woobin sama sekali tidak keluar kamar dan malah meminta kang ahjumma untuk mengantarkan makanan ke kamarnya dengan alasan sedang sibuk. Membuatku makan sendirian. Menyebalkan. Bukankah woobin sendiri yang bilang kalau dia tidak akan membuatku sendirian lagi. Tapi belum ada sehari setelah dia mengatakan itu, dia sendiri yang meninggalkanku.
Menyebalkan. Menyebalkan. Menyebalkan.
TING TONG
Kudengar bel rumahku berbunyi. Dan beberapa saat setelah itu, kang ahjumma mengahampiriku.
“nona, ada tamu yang mencari anda.” Ucap kang ahjumma
“tamu? Siapa?” tanyaku heran. Siapa yang mencariku pagi-pagi sekali. sunhee? Tidak mungkin. Kalau sunhee yang datang, pasti dia tidak perlu memencat bel lagi.
“tuan shin, nona.”
“eh?” shin? Shin ada disini? Kenapa?”
“iya. Tuan shin. Mantan kekasih anda.” Ucap kang ahjumma meyakinkan. Akhirnya aku pergi keruang tamu.
“shin? Apa yang kau lakukan disini?”tanyaku.
“hai, jina. Lama tidak bertemu.” Ucapnya
“apa maumu?” tanyaku to the point
“aku ingin bicara. Ayo pergi kekampus bersama.” Ajaknya.
“apa yang sedang kau bicarakan? Kita kan sudah tidak ada hubungan apapun?” tanyaku heran
“eng, pokoknya, ayo pergi bersama. Kita akan bicara di jalan.” Ucapnya.
Apa pria ini sudah gila? Dia yang memutuskanku. Dan sekarang dia malah mendekatiku lagi? Bahkan mengajak pergi bersama? Apa yang akan dikatakan woobin nanti kalau dia tahu? Woobin? Apa yang kupikirkan? Woobin bahkan sudah melanggar janjinya.
“aku mengerti. Ayo pergi” ucapku akhirnya.
Woobin`s POV
Aku keluar kamar lebih lambat dari biasanya karena aku bangun kesiangan. Semalam aku tidak bisa tidur karena memikirkan sikapku pada jina. Dan setelah aku bisa tidur, aku justru bangun kesiangan sekarang. Kulihat kang ahjumma sedang membereskan piring-piring diatas meja makan. Membereskan?
“apa jina sudah pergi?”tanyaku pada kang ahjumma.
“sudah, tuan. Baru saja nona jina pergi. Nona dijemput oleh tuan shin.” Ucap kang ahjumma.
“shin?” apa aku tidak salah dengar? Shin? Mantan kekasih jina?
“iya. Mantan kekasih nona jina. Beliau datang saat nona jina sedang sarapan. Dan mereka pergi bersama setelah itu.” ucap kang ahjumma.
“aish.” Aku langsung berlari kekamarku dan mengganti baju. Mengambil dompet dan kunci mobilku dan keluar rumah. Menancap gas dengan cukup kuat. Aku harus ke kampus sekarang. Jangan sampai jina dan shin kembali pacaran. Jina milikku. Tidak akan kubiarkan siapapun merebutnya.
At shin`s car
Jina`s POV
“jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku
“kudengar kau sudah bertunangan.”
“iya.”jawabku singkat. “kami dijodohkan.”
“berarti kau tidak mencintainya, bukan?”
“apa maumu? Aku mencintainya atau tidak bukan urusanmu kan?”
“tapi aku masih mencintaimu, jina-ah” . ucapannya membuatku kaget. shin mencintaiku?
“tapi kau yang meniggalkanku.” Ucapku
“itu karena aku, bingung dengan perasaanmu. Kau tidak pernah menunjukkan ketertarikanmu padaku.” Ucapnya. Ah, ini semua salahku. Karena sikap dinginku pada shin lah yang membuatnya meninggalkanku.
“lalu?”
“aku ingin kau kembali padaku.”
“aku tidak mau. Aku tidak punya perasaan apa-apa padamu.”ucapku dingin sembari keluar dari dalam mobil. Aku langsung berjalan cepat kearah kelasku. Menghiraukan shin yang masih memanggilku berkali-kali.
At class
Kulihat sunhee sudah berada dikelas. Sedang senyum-senyum sembari melihat handphonenya.
“kau sedang melihat apa?” tanyaku saat sampai di tempat duduk.
“eh. Morning, princess. Bagaimana kabarmu?” ucap sunhee sambil tersenyum.
“aku Tanya, kau sedang lihat apa sampai membuatmu senyum-senyum sendiri? Seperti orang gila.” Ucapku mengejek.
“lihat ini.” Ucapnya sambil menyerahkan handphonenya padaku. Kulihat sebuah foto. Foto sunhee bersama dengan jongsuk sunbae. Mereka sudah pacaran.
“kami pergi ke taman bermain kemarin. Hehehe” ucapnya lagi saat aku menyerahkan kembali handphonenya.
“sunhee-ah. jina-ah.” panggil seseorang. Ternyata jongsuk sunbae.
“pagi darling.” Ucap sunhee.
“pagi juga, darling” ucap jongsuk. Huuek. Membuatku ingin muntah saja.
“aku pergi saja deh. Takut menggangu.” Ucapku.
“tidak. Tunggu. Aku kesini justru ingin bicara denganmu. Bertanya, lebih tepatnya.” Ucap jongsuk sunbae.
“denganku?” tanyaku heran sembari kembali duduk.
“ada apa dengan hubunganmu dan woobin?” tanyanya.
“apa maksudmu? Tidak ada apa-apa.” ucapku
“tadi aku melihatmu datang bersama pria lain.” ucapnya. Ups, sepertinya akan ada gossip baru.
“pria lain? bukan woobin oppa? Siapa yang mengantarmu, jina?” Tanya sunhee ikut-ikutan.
“shin. Shin datang kerumahku dan mengajakku pergi bersama.”ucapku santai.
“APA?!” Ucap sunhee kaget
“shin? Siapa?” Tanya jongsuk sunbae
“mantan jina”ucap sunhee.
“kenapa dia menjemputmu? Apa dia ingin jadian lagi denganmu?” Tanya sunhee.
“begitulah. Tapi aku tidak mau.” Ucapku.
“tentu saja harus kau tolak. Kau kan sudah punya woobin.” Ucap jongsuk. Aku ingin sekali berteriak padanya kalau woobin baru saja menghianatiku. Tapi kutahan entah karena apa. menghianati? Kami bahkan tidak dekat dan hubungan kami baru sampai pada tahap saling mengenal.
Dosenku tiba-tiba memasuki kelas. Membuat jongsuk sunbae langsung keluar kelas dan pembicaraan kami terhenti sampai disitu.
Woobin`s POV
Aku harus menemuinya. Gadis itu. kami harus bicara. Aku harus minta maaf atas sikapku dari kemarin. Aku harus memperbaiki hubungan kami. Sial. Aku sangat bodoh. Padahal jina sudah mulai membuka diri padaku. Tapi aku justru menghancurkan kepercayaannya hanya karena aku cemburu.
“woobin oppa.” Panggil seseorang. Choi hyunji. Dia adalah tetanggaku sejak kecil sampai dia dan keluarganya pindah rumah saat aku SMP.
“wae? Kau mencari seseorang?” tanyanya.
“jina. Aku mencari jina. Kau melihatnya?” aku tahu hyunji pasti kenal jina. Aku bahkan sanksi ada mahasiswa yang tidak tahu jina.
“jina? Tunanganmu? Lihat. Dia sedang ada kelas. Oya, apa kau dan jina sedang ada masalah? Kulihat tadi pagi dia datang bersama shin.” Ucapnya.
“bukankah pria yang bernama shin itu pacarmu? Aku melihat kalian berdua kemarin di Mall.”tanyaku.
“mantan. Kami putus kemarin. Dia bilang dia ingin kembali pada mantannya. Dia ingin kembali pada jina.” Ucap hyunji. Membuatku kaget. ternyata benar. Lelaki itu datang kerumah tadi pagi untuk kembali pada jina. Apa jina menerimanya? Bukankah jina masih menyukai pria itu? pikiran-pikiran buruk seperti itu berkelebat didalam kepalaku.
“oppa? Woobin oppa?” panggil hyunji. Sepertinya aku melamun.
“mianhe, hyunji-ah. aku pergi dulu.” Ucapku. Baru aku melangkah, tiba-tiba hyunji berdiri kedepanku dan memelukku. Membuatku kaget setengah mati dengan sikapnya.
“oppa, saranghae.” Ucap hyunji.
Jina`s POV
“kau benar-benar menolak ajakan shin untuk kembali bukan?” Tanya sunhee untuk kesekian kalinya.
“iya, nona sunhee. Aku belum cukup gila untuk menerima ajakan shin sedangkan statusku sekarang adalah tunangan orang. Huuh. Kau cerewet sekali.” ucapku.
“aku mengerti. Oh? Itu jongsuk sunbae. Aku akan kesana. Aku pergi dulu ya, jina-ah. kalau ada apa-apa kau harus segera memberitahuku.” Ucap sunhee
“arra, arra. Pergilah. Kau berisik sekali” ucapku sambil sedikit mendorong sunhee pergi menjauh.
Baru sunhee pergi, saat aku hendak berjalan pergi, tiba-tiba tubuhku menegang seketika. Karena didepan sana, aku melihat woobin. Sedang berpelukan dengan seorang gadis. Aku tidak mengerti dengan perasaanku sekarang. Sakit. Sangat sakit. Aku merasa tubuhku limbung sesaat sebelum seseorang menutup mataku dari belakang dan menarikku pergi dari tempat itu.
“shin?!” ucapku saat melihat siapa yang menarikku. Tapi shin tidak mengatakan apa-apa. dia hanya menarikku dan membawaku ke taman kampus yang tidak terlalu ramai, mendudukkanku disalah satu bangku.
“kau tidak apa-apa?”tanyanya saat melihat mataku yang sudah penuh menahan air mata. Aku tidak bisa bicara apa-apa. aku takut saat aku mengeluarkan suara, air mataku akan jatuh.
“jina-ah.”ucapnya. aku hanya menggelengkan kepala.
“kau, kau mencintainya?” pertanyaan shin membuat air mataku tak bisa kubendung lagi. Seketika aku menangis sejadi-jadinya.
“sakit. Sakit, shin.” Ucapku disela-sela tangisanku.
“aku, aku mencintainya.” Ucapku akhirnya. Shin hanya memandangiku sejenak dan langsung menarikku kedalam pelukannya. Menenangkanku.
“tenanglah. Menangislah. Keluarkan semua perasaanmu.”ucapnya. aku hanya bisa semakin menangis mendengar kata-katanya. Aku sudah menyakitinya tetapi dia masih mau menenangkanku. Aku menggelamkan kepalaku didadanya dan menangis sepuasku.
Woobin`s POV
“saranghae, oppa.” Ucap hyunji.
“apa? apa kau sedang bercanda?” ucapku sambil melepaskan pelukannya.
“tidak. Aku tidak bercanda. Aku selalu menyukaimu. Tapi kau tidak pernah tertarik padaku. Tapi kali ini, aku ingin mengatakannya dengan jelas padamu, oppa. Aku mencintaimu.”
“mianhae, hyunji-ah. aku sudah punya tunangan.” Ucapku
“aku tahu. Tapi kalian dijodohkan, bukan? Kalian tidak saling mencintai. Kau bisa membatalkan perjodohan ini dan mulai mencintaiku, oppa. Jebal.” Ucapnya.
“mianhae. Aku mencintainya. Dan aku tidak akan menyerah untuk mendapatkannya.” Ucapku mantap. Ini pertama kalinya aku mengakui perasaanku pada jina didepan orang. Bahkan didepan jongsuk sekalipun aku selalu bilang kalau aku tertarik dengan jina. Tidak lebih. Tapi kali ini, aku tidak akan ragu. Aku memang mencintai jina.
Hyunji sepertinya syok mendengar kata-kataku dan langsung pergi meninggalkanku. Dan aku langsung teringat dengan tujuan awalku. Jina. Baru aku membalikkan badan, aku sangat terkejut melihat jongsuk dan sunhee yang sedang menatapku dengan tatapan marah. Ada apa dengan mereka?  Apa jangan-jangan mereka melihatku berpelukan dengan hyunji barusan?
“jongsuk-ah” ucapku sambil berjalan mendekati jongsuk.
“kau pria brengsek.” Ucap sunhee blak-blakan. Tebakanku benar. Mereka melihatnya.
“aku bisa jelaskan. Aku..” ucapku
“bukan pada kami kau harus menjelaskannya, woobin-ah.”ucap jongsuk membuatku tidak mengerti.
“oppa harus menjelaskannya pada jina.”ucap sunhee
“jina?!” ucapku kaget. apa jina melihatnya?
“jina melihatnya. Dan dia terlihat sangat kaget.” ucap jongsuk
“dan shin membawanya pergi.” Lanjut sunhee. Jina melihatnya? Apalagi shin yang membawa pergi jina. Situasi macam apa ini?
“mereka pergi kemana?” ucapku
“tidak tahu. Kau harus mencarinya sendiri. Kasihan jina. Padahal dia sudah mulai membuka diri padamu. Tapi kau justru dengan mudah menghianatinya.” Ucap sunhee.
“bukan begitu. Aku sama sekali tidak bermaksud..”
“pergilah.” Ucap jongsuk mengingatkan. Aku langsung berlari meninggalkan mereka. Benar. Jina adalah prioritasku sekarang. Aku berlari kearah taman kampus. Aku mulai mengedarkan pandanganku. Mencari keberadaan jina. Dan betapa terkejutnya aku saat aku melihatnya. Jina. Jina sedang berpelukan dengan pria itu. apa jina menerima shin lagi? Apa aku terlambat? Dadaku langsung sakit melihatnya. Apa seperti ini perasaan jina saat melihatku berpelukan dengan hyunji tadi? Dan dadaku tambah sakit melihat jina tertawa pada shin saat pria itu menghapus air mata jina. Aku tidak tahan melihatnya. Aku langsung pergi meniggalkan tempat itu secepatnya. Kulajukan mobilku dengan kecepatan tinggi tanpa tujuan. Aku hanya ingin segera pergi dari tempat itu.
Jina`s POV
Aku menangis cukup keras dan baru menyadarinya saat shin menegurku.
“jina-ah. beberapa orang melihat kearah kita dengan tatapan aneh. Mereka mungkin mengira kau menangis karena aku ingin putus darimu dan kau memelukku karena tidak rela aku tinggalkan.” Ucapnya. Seketika aku langsung menegakkan kepalaku dan tertawa. Seperti biasa. Shin sering berusaha membuatku tertawa dengan bercandaannya dan itu sering berhasil meskipun aku tidak punya perasaan apapun padanya. Dia menghapus sisa air mataku dengan jarinya.
“aneh. Meskipun kau menangis, kau masih terlihat cantik. Sudah diduga dari seorang putri kampus.” Ucapnya lagi yang membuatku tersenyum.hanya sebentar.
“mianhae, shin. Aku..”
“shh. Kau tidak perlu mengatakan apapun lagi. Aku mengerti kalau kau memang tidak bisa kembali padaku. Tapi, aku masih boleh berhubungan denganmu kan? Sebagai teman?” tanyanya.
“eng, pasti. Gomawo, shin” ucapku.
“ayo. Kuantar pulang.” Tawarnya.
“iya. Ah, tapi, aku tidak ingin pulang kerumah. Bisakah kau mengantarku kerumah sunhee?” ucapku. Aku tidak ingin pulang kerumah dengan keadaan seperti ini. Aku harus menenangkan diri dulu.
“aku mengerti. Kajja”.
Park`s home, apgujeong-dong, gangnam-gu, south korea
21.00 pm
“kau sudah capek? Ingin tidur sekarang?” Tanya sunhee.
“iya. Maaf ya, sunhee. Aku pasti mengganggu.”ucapku
“tidak. Sama sekali tidak mengganggu kok. Aku justru senang kau kesini dan menginap. Kau butuh tempat untuk menenangkan diri.” Ucap sunhee. “tidurlah.” Ucapnya lagi
“gomawo, sunhee.”ucapku. siang tadi, saat shin mengantarku pulang, aku mampir kerumah untuk mengambil beberapa pakaian sebentar dan merasa lega saat tahu kalau woobin belum pulang. Dengan dalih ada tugas, aku mendapat izin dari kang ahjumma untuk menginap dirumah sunhee tapi memintanya untuk tidak memberitahu woobin tentang ini. Dan sepertinya kang ahjumma mengerti,dan mengabulkan permintaanku. Buktinya, woobin sama sekali tidak datang kerumah sunhee untuk mencariku. Atau bahkan mungkin dia tidak perduli padaku.
Woobin`s POV
Sekarang sudah jam Sembilan malam. Dan jina belum pulang. Aku mulai gelisah. Berpikir dimana gadis itu sekarang. Apa jangan-jangan dia masih bersama pria itu? pikiranku makin kacau saat kang ahjumma bilang jina tidak pulang tadi siang atau menelepon kerumah membeikan kabar.
Kuraih handphone ku dan menelepon jongsuk. Memintanya menelepon sunhee untuk bertanya apa jina ada dirumahnya atau tidak. Tapi jongsuk bilang tidak ada. Membuatku makin panik.
Kuraih kunci mobilku dan mulai menyusuri jalanan untuk mencarinya. Tapi sudah dua jam aku mencarinya, tidak ketemu. Aku memutar mobilku dan memutuskan untuk pulang. Siapa tahu jina sudah pulang. Tapi ternyata nihil. Kuputuskan untuk menunggunya pulang.
Next day
Sampai pagi aku menuggunya tanpa tidur. Tapi gadis itu sama sekali tidak pulang. Aku yakin dia menginap dirumah temannya. Tapi setahuku jina hanya punya satu teman dekat. Yaitu sunhee. Jongsuk bilang jina tidak menginap dirumah sunhee. Apa itu artinya jina menginap dirumah, shin? Kutepis pemikiran itu.
Kuputuskan untuk mencarinya lagi di kampus. Aku sudah merasa putus asa sekarang. Aku merasa sesak nafas karena tidak ada jina. Entah sejak kapan, gadis itu sudah seperti oksigen buatku. Aku membutuhkannya agar aku bisa tetap hidup.
At university
Aku mencarinya keliling kampus. Tapi tidak ketemu. Pria bernama shin itupun tidak kelihatan batang hidungnya. wajar saja, woobin pabo. Ini hari minggu. Siapa yang akan datang ke kampus di hari minggu? Aku mengirim pesan pada jongsuk dan menanyakan sedang ada dimana dia sekarang. membuatku sedikit lega saat tahu dia sedang bersama sunhee. Aku langsung pergi ketempat mereka berdua untuk menanyakan keberadaan jina. Aku yakin sunhee tahu dimana gadis itu berada.
“sunhee-ah.”panggilku. tapi aku melihat ekspresi sunhee agak aneh. Pasti dia tahu apa yang ingin kuketahui. Keberadaan jina.
“dimana jina?”tanyaku langsung
“eng, tidak tahu. Bukankah dirumah?” ucapnya gelagapan. Membuatku semakin yakin kalau sunhee tahu dimana jina. Bodoh sekali aku percaya padanya kemarin saat dia mengatakan padaku kalau dia tidak tahu dimana jina.
“kumohon beritahu aku, sunhee-ah. aku sudah mencarinya kemana-kemana. Aku juga menuggunya semalaman tapi dia sama sekali tidak pulang kerumah. Kumohon, aku harus segera menyelesaikan kesalahpahaman ini.” Ucapku memelas
“haah. Beritahu saja, hee-ah.”ucap jongsuk akhirnya.
“arraseo. Jina ada dirumahku. Dia menginap dirumahku semalam. Oppa, kumohon. Jangan sakiti jina.” Ucapnya pada akhirnya.
“gomawo, sunhee-ah.” ucapku dan langsung berlari ke parkiran. Mengambil mobilku dan menancap gas. Setelah beberapa saat, aku langsung teringat sesuatu dan mengeluarkan handphoneku. Mengetik sebuah pesan
To: jongsuk
Jongsuk-ah. dimana rumah sunhee?
Send. Aku baru sadar kalau aku tidak tahu rumah sunhee. Aku merasa bodoh karena tadi aku langsung berlari dengan semangat saat tahu dimana jina berada. Aku mulai menancap gas lagi saat menerima pesan balasan dari jongsuk.
Park`s home
Diihat dari alamat yang dikirimkan jongsuk, aku yakin ini rumahnya. Ditambah plat bertuliskan park`s home didepan rumahnya, membuat aku yakin tidak salah tempat. Dari pesan jongsuk, dia bilang jina sedang sendirian dirumah sunhee karena orangtua sunhee sedang pergi keluar kota.
Kuparkir mobilku didepan pagar dan kumasuki rumahnya. Tidak sampai pintu karena aku melihat apa yang kucari sudah berada didepanku. Jina. Gadis itu sedang menyiram tanaman didepan rumah. Memunggungi aku yang membuatnya tidak mengetahui keberadaanku.
“jina?” panggilku. Jina menoleh kearahku dan langsung terkejut dengan kedatanganku. Aku tidak perduli dengan perasaannya sekarang. Aku langsung berjalan kearahnya dan menariknya kedalam pelukanku dan mendekapnya erat.
“jina. Jina.” Ucapku berulang kali. Aku sudah bisa bernafas sekarang karena oksigenku sudah ada dalam dekapanku lagi.
 Jina`s POV
Aku sangat terkejut melihat woobin ada disini. Cih, pasti sunhee yang memberitahunya. Dan aku lebih terkejut lagi saat woobin berjalan kearahku dan memelukku. Menyebut namaku berulang kali. Aku sangat terkejut dan langsung melepaskan pelukannya. Menatapnya dengan bingung.
“jina-ah, aku merindukanmu. Pulanglah. Aku tidak bisa hidup tanpamu.” Ucapnya. Membuat jantungku mendadak berhenti berdetak.
“apa maksudmu? Bukankah kau sudah punya kekasih? Wanita yang kemarin..”
“dia bukan kekasihku. Jina-ah. kau harus percaya padaku.” Ucapnya memotong ucapanku.
“percaya apa? kau menghancurkan kepercayaanku. Kau bilang kau tidak akan membuatku kesepian. Tapi setelah kau mengatakan itu, kau malah mendiamkanku. Bagaimana bisa aku percaya padamu?” ucapku frustasi. Baru aku akan melanjutkan kalimatku saat handphoneku berbunyi menandakan telepon masuk. Shin. Baru akan aku angkat, tiba-tiba woobin mengambil handphoneku dengan kasar dan melemparnya sembarangan.
“yak! Apa yang kau lakukan?” Teriakku. Aku tidak habis pikir apa yang baru saja dilakukannya.
“apa yang kulakukan? Apa yang kau lakukan, jina-ah. kau sedang bicara denganku. Bukan saatnya menerima telepon dari orang lain.”ucapnya
“itu bukan urusanmu. Dan kalau kau lupa, woobin-ssi. Kita dijodohkan. Tidak ada landasan perasaan apapun. Dan aku sudah mengatakannya padamu. Jangan campuri urusanku. Dengan siapapun aku berhubungan, itu tidak ada urusannya denganmu.” Ucapku frustasi.
Author`s POV
 “hentikan omong kosongmu itu, oke?”ucap woobin. Tatapan matanya terlihat marah. “apa kau segitu bodohnya sampai tidak menyadari perasaanku?” desis woobin sambil menarik pinggang gadis itu mendekat, membiarkan bibir mereka menempel dalam satu sentuhan ringan, sebelum memberikan lumatan pelan dan mendesak, membuat jina dengan refleks berjinjit.
Woobin memiringkan wajahnya, menggigit bibir gadis itu ringan, mencari celah untuk masuk. Dan saat dia mendapatkannya, dia menjelajahi rongga mulut gadis itu dengan lidahnya, hanya sebentar kerana setelah itu dengan penuh kendali pria itu mendorong wajah jina, memberikan jarak beberapa inci di antara bibir mereka.
Jina merasakan nafasnya sendiri memburu, berusaha keras menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa. Pria sialan ini bertindak sembarangan lagi dan dia lagi-lagi dengan bodohnya tidak bisa melakukan apa-apa. Setiap sentuhan dari pria itu membuat otaknya macet dan tidak bisa berpikir waras.
“brengsek, kau.” Ucap jina. Dia tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. dia terduduk di tanah. Membenakan wajahnya keatas lutut. Apa woobin benar-benar mencintainya? Ia ingin tahu, ia ingin woobin memberitahunya dengan jelas. Tapi ia juga tidak bisa menanyakannya karena takut mendengar jawabannya. Bagaimana kalau sikap woobin selama ini karena ia tidak mau kehilangan perusahaannya? Bagaimana kalau sikap woobin selama ini hanya untuk membuat hubungan baik dengannya? Ia takut. Ia takut ditinggalkan lagi seperti dulu.
Woobin`s POV
Aku memandangi tubuhnya yang terpuruk ditanah. Apa susah sekali baginya untuk belajar mencintaiku? Tapi tentu saja, dengan segala keegoisanku, aku tidak sanggup melepaskannya. Aku bisa hidup tanpa dia, mungkin aku akan jadi setengah gila kalau itu terjadi, tapi aku tidak mau hidup tanpa dia, karena aku tahu bagaimana akibatnya untukku. Aku berlutut di hadapannya, menarik tubuh yang rapuh itu ke dalam pelukanku. Aku bisa mendengarnya menangis terisak-isak, tidak beraksi apa-apa terhadap perlakuanku.
“tenanglah. Aku tidak akan menuntut apapun darimu lebih dari ini. Tapi kumohon, belajarlah untuk menerimaku.” Ucapku.
Jina melepaskan pelukanku dan menatapku. Setelah itu dia menganggukkan kepalanya. Membuatku menghela napas lega. Aku tidak ingin menuntut lebih jauh lagi. Karena aku tidak ingin mendengar penolakan dari gadis ini. Aku akan hancur kalau itu sampai terjadi.
“ayo pulang.” Ucapku sambil membantunya berdiri.
Han`s home
Jina`s POV
Aku tidak ingin memikirkan apa-apa. aku tidak ingin menanyakan apapun. belum. Aku tidak siap mendengar jawaban woobin. Tapi aku tidak bisa terus menghindar. Aku juga belum bisa memastikan perasaanku. Apakah aku benar-benar jatuh cinta pada pria ini atau tidak. Jadi aku memutuskan untuk mencoba mencari tahu bagaimana perasaan pria ini padaku sedikit demi sedikit. Toh, masih ada waktu sampai keluarga kami memutuskan pernikahan.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Menandakan ada pesan masuk.
From : 09xxx
Jina-ah, apa kabar? Aku sudah pulang ke korea. Dan aku sangat merindukanmu. Aku ingin bertemu denganmu. Bagaimana kalau besok kita bertemu? Makan siang bersama mungkin?
Jongin_
Aku merasa seperti tersambar petir membaca pesan itu. jongin? Jongin? JONGIN? DIA SUDAH KEMBALI KE KOREA?
Woobin`s POV
Aku tidak bisa membendung perasaanku lagi. Aku ingin secepatnya menjadikan jina milikku seutuhnya.

“yeoboseo? Appa? Ada yang ingin kuminta. Soal pernikahanku. Apa bisa appa mempercepatnya menjadi bulan depan?”
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar